Contemn The Love

Tersedia juga di Wattpad


Help the author in order to keep the spirit in making a BL Story again with the way the vote, comment, and a share of this story. Thanks to the readers. Happy reading 😘

                               EPILOG

                            Main role : 

                                  Vee  

      

                                  Pad                      


                                Beam


                        Support Role :

                                Fian


                                 Met


                                 Sain


                                 Nae


                          Dheo & Yiha


                                Naap


                               Dham


                       Noe (Vee's Mom)


                      Yaht (Vee's Dad)


                              Mr.Saim


                            Episode 1

Cinta adalah 2 perasaan dan 2 visi yang bergabung menjadi satu dan membentuk satu perasaan dengna visi yang sama, yaitu selalu bersama walaupun banyak rintangan yang harus kita lewati dan banyak orng yang menentang hubungan ini, kita tetap setia dengan pasangan kita. Tidak peduli laki-laki atau perempuan, miskin atau kaya, pintar atau bodoh, baik atau jahat, tampan/cantik atau buruk, selama itu tidak mengganggu kehidupan orang lain. Itulah arti CINTA menurutku.

Semua berawal sejak aku masuk senior high school. Sebenarnya aku tidak ingin bersekolah disini, tapi karena kemampuanku tidak sebaik sahabatku, akhirnya aku harus berpisah dengan sahabatku dan sekolah disini. Awalnya aku masih baik-baik saja sekolah disana, bergaul dengan teman-teman yang lain, berkumpul dengan Geng-ku, pokoknya melakukan apa yang biasa anak sekolah lakukan. Aku memiliki 2 Geng, yang pertama Geng yang biasa berkumpul dimana aja (disekolah, rumah tmn, kafe, dll), terkadang sampai tengah malam aku masih bermain dengan tmn-temanku, pokoknya klo udah ngumpul pasti lupa sama waktu, itu yg membuat aku selalu ingin berkumpul dengan mereka. Dan yang kedua Geng yang hanya berkumpul di sekolah saja. Walaupun hanya disekolah saja, tapi tidak kalah seru dengan Geng pertamaku, setiap jam kosong kita selalu ke kantin untuk makan bareng, sampai terkadang dimarahi guru karena makan di kantin saat jam kosong, tapi kita tidak menghiraukan mereka dan melanjutkan makan. Geng ini juga yang membuatku menjadi nakal, semua  seragam aku kecilkan, tidak takut dengan kakak kelas, tidak pernah masuk pelajaran agama, jarang ikut pelajaran olahraga, pokoknya selalu kabur saat jam pelajaran, itu yg membuatku senang bisa berteman dengan mereka. Aku selalu membagi waktuku untuk berkumpul dengan kedua Geng-ku. Aku merasa seperti orang yang pling beruntung karena bisa bertemu dan kenal dengan mereka.

***

10:00 am

Hari ini, seperti biasanya, aku sedang berkumpul dengan Met, Nae, dan Fian di kantin untuk makan siang. Tak lama kita duduk, seorang pria yang menurutku tampan melewati kita. Mukanya memang tidak asing, aku merasa pernah melihatnya. 


Vee : "Hey, kalian kenal dengan pria itu?"
Met : "Pria mana?"
Vee : "itu, yang sedang membeli makan."
Met : "Aku tidak tahu, tapi dia sangat tampan."
Nae : "Oh, dia itu seniorku saat aku di junior high school, namanya Beam, dari dulu sampai sekarang tetap saja terlihat tampan, jadi wajar banyak pria dan wanita yang menyukainya. Ibunya sangat cantik. Ia (Ibunya) seorang artis terkenal."
Fian : "Benarkah? Pasti dia menjadi terkenal juga karena ibunya, dan dia pasti sangat kaya."
Nae : "Kau benar. Aku pernah melewati rumahnya, sangat besar seperti istana. Aku rasa rumahnya mempunyai apapun yang dia inginkan."
Met : "Itu sudah pasti. Semua yang diinginkannya pasti akan terpenuhi, dan para wanita itu (menunjuk ke Geng senior) pasti juga mendekatinya. Dasar wanita murahan."
Vee : "Bisakah sehari saja kau diam? Aku capek mendengar ocehanmu itu."
Met : "Aku seperti ini karena perilaku mereka yang membuat aku seperti ini. Mereka membuat semua orang disini takut. Mereka pikir siapa mereka?"
Nae : "Aku setuju denganmu, mereka memang tidak pantas untuk ditakuti."
Fian : "Tapi aku pikir P'Beam tidak akan mau dengan mereka, aku merasa sangat yakin."
Vee : "Huft. Aku akan masuk kelas, aku tidak mood untuk bolos kelas karena ocehan kalian."
Met : "Hei Vee, ayolah, kita minta maaf, aku tidak ingin masuk kelas, pelajaran matematika sangat membosankan."
Vee : "Kalian disini saja, aku akan masuk kelas. Selesai kelas aku akan kembali kesini."

Saat menuju kelas, aku bertemu dngn P'Beam dan dia langsung memanggilku.


Beam : "Vee."
Vee : "P' memanggilku?"
Beam : "Disini tidak ada orang lain selain kau, jadi siapa lagi yang aku panggil?"
Vee : "Hehe... Ngomong-ngomong, dari mana P' tau namaku?"
Beam : "Siapa sih yang tidak mengenalmu dan teman-temanmu, orang yang selalu bolos pelajaran."
Vee : "Hehe... Oh iya, ada apa, P'?"
Beam : "Kau ingin kemana?"
Vee : "Aku ingin masuk kelas, P'."
Beam : "Benarkah? Apa aku tidak salah dengar? Sejak kapan kau masuk kelas?"
Vee : "Sialan kau. Aku tidak sepenuhnya bolos kelas, aku juga ingin lulus. Lagi pula aku lagi tidak mood untuk bolos kelas."
Beam : "Hahaha, Oke oke, Baiklah klo begitu. Semangat ya belajarnya!"
Vee : "Makasih, P'. Aku masuk kelas dulu ya."
Beam : "Iya."

Selesai kelas aku langsung bergegas menuju kantin menemui teman-temanku. Dalam perjalanan aku bertemu dengan P'Beam.


Beam : "Hai Vee, bagaimana kelasnya?"
Vee : "Membosankan, gurunya terlalu banyak bicara dan memberikan nasehat dibandingkan pelajaran."
Beam : "Guru Matematika memang seperti itu."
Vee : "Dari mana P' tau klo aku belajar matematika?"
Beam : "Ohh, tadi aku ke toilet dan kebetulan lewat kelasmu, lalu aku mengintip ke kelasmu."
Vee : "Kau mengintip saat aku belajar? Dasar mata keranjang."
Beam : "Hahaha... aku hanya penasaran bagaimana seorang pembolos belajar."
Vee : "Sialan kau!"
Beam : "Hahaha... Aku bercanda. Sekarang kau ingin kemana?"
Vee : "Ke kantin."
Beam : "Bareng saja, kebetulan aku juga ingin kesana."
Vee : "Tidak usah, nnti teman-temanku dan orang lain akan melihat, aku tidak ingin jadi omongan orang lain."
Beam : "Tidak apa, mereka tidak akan berkomentar tentang kita, aku yang akan tanggung jawab."
Vee : "Tapi..."
Beam : "Sudah ayolah, kan kita hanya berjalan ke kantin."
Vee : "Baiklah, tapi jangan dekat-dekat denganku."
Beam : "Iya, bawel."

Kami berdua pun berjalan ke kantin bersama. Sesampai disana semua orang melihat kami berdua, termasuk teman-temanku, tapi aku tidak menghiraukan mereka, lagipula kita hanya berjalan ke kantin dan tidak berdekatan.


Vee : "Baiklah kau boleh pergi sekarang."
Beam : "Aku akan menemanimu sampai di teman-temanmu."
Vee : "Itu tidak perlu, aku bisa berjalan sendiri."
Beam : "Sudah tidak apa."

Met : "Ehem... Ehem... Aduh tenggorokanku tiba-tiba terasa sangat gatal."
Nae : "Cuaca hari ini juga terasa sangat panas. Huft."
Vee : "Jangan mengejekku. Aku tadi tidak sengaja bertemu dengannya di koridor dan kebetulan dia juga ingin ke kantin, jadi kita pergi bersama."
Beam : "Itu benar. Hehe."
Fian : "Benarkah seperti itu?"
Vee : "Jangan berpikir macam-macam atau akan kupukul kalian."
Met : "Oy... Oy... Oy... Mengapa kau tiba-tiba menjadi sangat marah? Kita hanya bertanya."
Vee : "Kalian mengejekku. Baiklah kau boleh pergi sekarang."
Beam : "Baiklah. Oh iya, apa aku boleh meminta ID LINE-mu?"
Nae : "Aduh cuacanya makin panas saja, aku tidak tahan lagi, aku akan membeli minuman."
Vee : "Untuk apa?"
Beam : "Untuk berjaga-jaga saja."
Vee : "Apa maksudmu?"
Beam : "Ya siapa tau kita bisa pergi bersama lagi atau hal lain?"
Vee : "Kau memang sangat playboy. Aku tidak akan memberikannya."
Beam : "Ayolah."
Met : "Berikan saja, tidak ada ruginya juga untukmu."
Fian : "Dia benar, lagipula kita tidak sering chatan, jadi pasti kau akan kesepian karena tidak ada yang chatmu. Berikan saja."
Vee : "Kalian memang suka sekali memgerjaiku."
Beam : "Boleh tidak?"
Vee : "Huft. Umm. Berikan HP-mu!"
Beam : "Ini."
Vee : "Jangan chat macam-macam denganku."
Beam : "Tenang saja. Baiklah kalau begitu, aku pergi sekarang. Sampai jumpa. Jangan lupa balas chatku."
Vee : "Hmm."

Vee: "HEY, kalian tidak seharusnya seperti itu, aku ini teman kalian, kalian harus membantuku, bukannya malah mencampakkanku."
Met : "Karena kami sangat sayang kepadamu makanya kami membiarkannya, kau itu udh lama sendiri, km harus mempunyai pacar, setidaknya ada yang menanyakan kabarmu selain kita."
Fian : "Met benar. Kau seharusnya sedikit terbuka dengan orang lain, karena tidak selamanya kita akan selalu ada bersamamu, kita juga akan memiliki pacar. Jadi, kau juga harus memiliki pacar agar kau tidak sendirian. Lagipula P'Beam kaya, kau akan dibawa dia kemana pun kau mau menggunakan mobilnya yanh mewah itu."
Vee : "Apa yg kalian pikirkan. Aku tidak pernah berpikir untuk mempunyai pacar karena aku memiliki kalian, orang yang selalu ada untukku, jadi untuk apa aku memiliki pacar."
Met : "Aku tau, tapi kita tidak mungkin selamanya seperti ini, suatu hari nanti kita pasti akan memiliki pacar dan kita akan mempunyai waktu lebih dengan pacar kita. Jadi kau harus mulai berpikir untuk membuka diri dengan orang lain dan memiliki pacar."
Vee : "Tapi aku belum siap untuk pacaran, aku masih ingin berkumpul dan bersenang-senang dengan kalian."
Fian : "Aku juga, tapi aku juga ingin memiliki pacar, aku ingin seperti yg lain, jalan bersama pacarnya, tinggal bersama, tidur bersama, dan lainnya, kau pasti mengerti."
Vee : "Hmm. Sudahlah aku tidak ingin kita membahasnya lagi."
Nae : "Hey, apa yang aku lewatkan? Mengapa kalian serius sekali? Dimana P'Beam? Apa dia sudah pergi?"
Met : "Kau banyak bertanya, kau tidak perlu tau."
Nae : "Kau pikir aku siapa? Aku ini temanmu."
Fian : "Ini masalah cinta antara Vee dengan P'Beam. Benar kan, Vee?"
Vee : "Aku sudah bilang diam."
Nae : "Ada apa denganmu, Vee? Ada apa dengannya?"
Vee : "Sudahlah aku ingin pulang."
Nae : "Mengapa kau terburu-buru?"
Vee : "Aku sangat lelah, aku ingin istirahat. Aku duluan."
Nae : "Tunggu sebentar, aku baru ingin makan dan kau ingin meninggalkanku."
Vee : "Kau makanlah dengan Met Dan Fian."
Nae : "Kau memang kejam."
Fian : "Biarkan saja, dia butuh istirahat."

08:00 pm

LINE :

Beam : Hey pembolos.
Vee : jangan memanggilku seperti itu, aku tidak suka.
Beam : Hehehe, baiklah aku minta maaf.
Vee : Hm.
Beam : Kau sedang apa?
Vee : Baru selesai mandi.
Beam : Apa aku boleh mandi bersamamu?
Vee : Sialan kau.
Beam : Hahaha.
Vee : Huh.
Beam : Aku ingin bertanya.
Vee : Bertanya apa?
Beam : Rumahmu berada dimana?
Vee : Memang kenapa? Apa kau ingin menerorku?
Beam : Tidak, aku hanya bertanya saja.
Vee : Aku tinggal di Shukumvit Road.
Beam : Benarkah? Rumahku melewati jalan tersebut.
Vee : Lalu?
Beam : Bagaimana kalau besok aku menjemputmu?
Vee : Jangan harap!
Beam : Ayolah.
Vee : Aku sudah bilang, kita jangan terlalu dekat, akan menjadi omongan semua nanti, aku tidak mau.
Beam : Tidak akan. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Bagaimana?

Vee teringat dengan omongan temannya. Dia berpikir, teman-temannya tidak akan pernah selalu bersamanya, mereka pasti akan mempunyai pacar dan menghabiskan banyak waktu dengan pacar mereka masing-masing. Dia tidak ingin teman-temannya tidak bahagia hanya karena dirinya. Dia jgmuga tidak mungkin akan selalu sendiri, dia juga harus mulai membuka diri dengann orang lain, karena mau bagaimana pun juga dia harus mempunyai pacar dan melanjutkan kehidupan.

Beam : Hey, bagaimana?
Beam : Hey
Beam : P
Beam : P
Beam : P
Beam : P
Beam : P
Beam : Hey
1 panggilan tak terjawab
Beam : HEI
Vee : Oh iya ada apa?
Beam : Bagaimana? Mau aku jemput tidak?
Vee : Mmm... Baiklah kalau kau memaksa.
Beam : Oke, aku akan menjemputmu jam 7:00 am.
Vee : Iya.
Beam : Baiklah kalau begitu, aku akan tidur skrng. Selamat malam.
Vee : Selamat malam juga.
Beam : 😘
Vee : 🖕


Hari ini adalah hari yang cukup membuat Vee berubah, dirinya yang dulu sangat tertutup dengan orang lain, sangat tidak suka apabila ada yang mendekatinya, sangat pemarah, kini dia menjadi luluh dan mulai membuka dirinya dengan orang lain berkat tmn²nya, termasuk Beam.

***

06:00 am

Kriiing... Kriiing... Kring... (Alarm berbunyi)

Vee : "Hooaamm... Hari ini aku harus mengubah penampilanku, aku harus rapi, aku tidak ingin terlihat buruk di depan P'Beam. Aku harus segera bersiap-siap."

Hari ini adalah hari pertama dimana Vee akan berangkat bersama Beam, dia mengubah penampilannya karena dia berpikir apabila penampilannya buruk, itu akan berdampak buruk juga bagi penilaian Beam terhadap Vee. Dia ingin First Impression Beam ke Vee baik, dia tidak ingin hari pertama dia jalan bersamanya kacau.

07:00 am

Tiiin... Tiiin... Tiiin... 

Mobil Beam sudah berada tepat di depan rumah Vee.


Vee : "Iya tunggu sebentar."
Vee : "Ibu, Ayah, aku berangkat sekarang temanku sudah menjemputku."
Ibu Vee : "Temanmu yang mana? Sejak kapan kau dijemput oleh Temanmu?"
Vee : "Sudahlah, Bu, aku tidak punya waktu untuk membicarakannya, aku akan telat masuk sekolah. Aku berangkat ya, aku sayang Ibu."
Ibu Vee : "Iya hati-hati, sayang."
Ibu Vee : "Sayang, sejak kapan dia dijemput temannya? Apa kau mengenalnya?"
Ayah Vee : "Entahlah. Mungkin temannya yang biasa. Biarkan saja."

Beam : "Hei, penampilanmu hari ini berbeda dari biasanya."
Vee : "Diamlah! Ayo berangkat."
Beam : "Ayo."

Beam : "Oh Iya mereka tmn-temanku."
Vee : "Apa? Tmn-temanmu? Dimana?"
Beam : "Dibelakangmu."
Dheo, Naap : "HAI N'VEE!"
Vee : "HAH?!"

Vee : "Mengapa P' tidak beritahu aku kalau ada mereka?"
Beam : "Aku lupa memberitahumu, mereka menumpang di mobilku, biasanya mereka tidak bersamaku, tapi karena mobil Naap sedang di bengkel , jadi mereka ikut denganku hari ini."
Vee : "Oh begitu "
Naap : "Apa kau keberatan jika kami ikut dengan kalian?"
Vee : "Oh tidak kok, seharusnya aku yang bicara seperti itu karena P'Beam adalah teman kalian hehe."
Dheo : "Tidak apa, Beam hanya mengizinkan teman-temannya dan orang yang spesial baginya saja yang dapat menaiki mobilnya, jadu pasti kau adalah salah orang yang spesial baginya."
Vee : "Tidak P', aku saja baru berkenalan dengan P'Beam kemaruin, jadi mana mungkin aku orang yang spesial baginya, benar kan, P'?"
Beam : "Entahlah."
Naap : "Uuww... Jawaban seperti itu tandanya berarti Beam bingung 'iya' atau 'tidak', tapi lebih dominan 'iya'."
Dheo : "Naap benar, kita hanya akan menuggu beberapa hari saja dan jawabannya akan berubah dari 'Entahlah' menjadi 'iya' Hahaha."
Beam : "Kalian selalu menggodaku. Sudah ayo berangkat, nanti kita akan terlambat."
Vee : "Iya."

Dalam perjalanan

Beam : "Vee, aku ingin bertanya?"
Vee : "Bertanya apa, P'?"
Beam : "Mengapa kau sangat tertutup dengan orang lain dan hanya bergaul dengan Teman-temanmu?"
Vee : "Mmm... Itu karena dari dulu aku tidak pandai bergaul, aku hanya mempunyai sedikit teman, makanya aku hanya terbiasa dengan sedikit teman."
Beam : "Tapi kau harus sering bergaul dengan yang lain juga, karena itu bagus untukmu nanti."
Vee : "Iya, aku juga sedang mencoba untuk membuka diri dengan orng lain."
Beam : "Kenapa kau tidak memulainya denganku saja?"
Dheo : "Ehem... Naap bagaimana jika pulang nanti kita ke bar? Besok kan hari tidak masuk, lagipula aku juga sudah lama tidak pergi ke bar."
Naap : "Tentu."
Vee : (melirik ke arah Dheo) "Jngn bermimpi!"
Beam : "Hahaha."
Vee : "Sudah, turunkan aku disini saja P', aku tidak ingin orang lain melihat."
Beam : "Tidak, aku dari awal bilang akan mengantarmu sampai sekolah, jadi aku akan menurunkanmu di sekolah."
Vee : "Ini sudah di depan gerbang sekolah."
Beam : "Tapi belum di dalam sekolah."
Vee : "Kau terlalu berlebihan. Sudah turunkan aku disini saja, P'."
Beam : "Tidak, Disini juga ada teman-temanku, jadu tidak akan ada yang berpikiran aneh kepada kita."
Vee : "Hmm terserah P' saja."

Sesampainya kita disekolah

Vee : "Terima kasih, P'."
Beam : "Sama-sama. Tunggu, hari ini kamu pulang jam berapa?"
Vee : "Belum tau, P', memang ada apa?"
Beam : "Aku akan mengantarmu pulang."
Vee : "Tidak perlu, P', hari ini aku akan pergi dngn teman-temanku."
Beam : "Oh begitu, baiklah kalau begitu."
Vee : "Iya. Baiklah aku akan menemui teman-temanku. Sampai jumpa P'Beam, P'Dheo, P'Naap."
Dheo, Naap : "Sampai jumpa, N', semangat belajarnya."

Di kantin

Fian : "Hey Vee, hari ini kau berangkat dengan siapa? Tadi aku melihatmu keluar daru mobil seseorang."
Vee : "Aku diantar P'Beam."
Met : "Ternyata berita itu benar. Cepat sekali kau dekat dengannya. Apa saja yang sudah kalian lakukan?"
Vee : "Heh, pikiranmu memang kotor. Aku hanya diantar dengannya, lagipula bukan hanya aku saja disana, ada P'Dheo dan P'Naap juga."
Nae : "Kau berangkat bersama mereka? Wow, hebat sekali kau bisa dekat dengan 3 pria tampan. Mengapa kau tidak mengajakku? Siapa tau aku bisa mendapatkan salah satu dari mereka Hehe."
Vee : "Apa kalian tidak ada hal lain untuk dibicarakan? Mengapa harus aku? Memang tidak ada berita baru?"
Met : "Kaulah berita baru itu. Semua orang membicarakanmu karena kau baru saja berangkat bersama dngn P'Beam dan teman-temannya."
Vee : "Benarkah?"
Nae : "Itu benar. Lihat ini. Kau benar-benar menjadi sangat terkenal."
Vee : "Siapa yang berani memposting ini?"
Nae : "Siapa lagi, tentu saja P'Pad, musuhmu dari dulu sampai skrng."
Vee : "Dia benar-benar sudah keterlaluan, aku tidak bisa menerima ini."
Fian : "Hey, kau mau kemana?"
Vee : "Aku akan memberinya pelajaran karena dia berani main-main denganku."
Fian : "Tenanglah dulu."
Vee : "TIDAK BISA, aku sudah cukup diam selama ini, sekarang sudah waktunya aku memberinya pelajaran."
Nae : "Jangan ganggu dia, kau akan terkena masalah."
Vee : "Aku tidak peduli, kalian temanku, kalian harus membelaku."
Fian : "Vee tunggu! Hei, kalian bantu aku."
Nae : "Aku akan ikut Vee, aku tidak ingin dia terkena masalah karena menyakiti P'Pad."
Met : "Aku tidak akan menghalanginya, itu keputusannya."
Fian : "Kau memang teman yang buruk. Ayo cepat ikuti dia."

Vee dan teman-temannya mencari ke kelasnya, namun dia tidak berada di kelasnya. Mereka memutuskan untuk berpencar. Met mencari di setiap ruangan lantai 4, namun tidak ada, Fian mencari di setiap ruangan lantai 3, namun tidak ada, Nae mencari di setiap ruangan lantai 2, namun tidak ada, Vee mencari di setiap ruangan lantai 1, namun tidak ada jg. Vee ingat ada satu ruangan yg belum ia kunjungi, yaitu halaman belakang. Dia bergegas menuju kesana dan betul saja, Pad dan tmn²nya berada disana sedang merokok. Dia langsung menghampiri Pad.

Vee : "HEI! KAU PIKIR SIAPA KAU BERANI,BERANINYA MENYEBARKAN HAL-HAL TENTANGKU?"
Pad : "Memang kenyataannya begitu. Kau berangkat bersama Beam."
Vee : "Kau tidak tau apa-apa, seharusnya kau tidak memposting itu."
Pad : "Lalu apa yang harus aku lakukan? Semua sudah tau berita itu."
Vee : "Aku ingin kau menghapus postingan tersebut dan katakan kepada semua orang bahwa berita itu tidak benar."
Pad : "Jika aku tidak mau, apa yang akan kau lakukan?"
Vee : "Aku akan menghajarmu."
Pad : "Cobalah jika kau berani."
Vee : Kau ini memang benar-benar..."
Mr.Saim : "BERHENTI! Apa yang kalian lakukan?"
Vee : "Dia menyebarkan berita tentangku."
Pad : "Tapi benar kan?"
Vee : "Itu sama sekali tidak benar. Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya."
Pad : "Tapi tadi aku melihat kau turun dari mobil Beam."
Vee : "KAU INI..."
Mr.Saim : "SUDAH! DIAM! Kalian ini seharusnya masuk kelas dan belajar, bukannya berkelahi disini. Pokoknya saya tidak ingin melihat kalian berkelahi. Jika saya melihat kalian berkelahi, kalian akan saya beri hukuman yg sangat berat. Dengar itu. Sekarang cepat kalian masuk ke kelas, saya akan kembali lg kesini dan mengecek."
Nae : "Sudahlah Vee, tidak ada gunanya juga kau berkelahi dngnnya. Memang dengan cara seperti itu dia akan langsung menghapus postingannya?"
Fian : "Nae benar. Lebih baik kau pikirkan cara yang lain agar dia menghapus postingan itu."
Pad : "Begini saja, kau harus membuktikan bahwa kau memang tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya. Jika kau berhasil membuktikannya, aku akan menghapus postingan itu dan meminta maaf kepada semua orang, tp jika kau tidak berhasil, aku akan terus memposting hubungan kalian."
Vee : "Baik. Aku terima. Aku akan membuktikannya, aku akan membuatmu meminta maaf kepadaku, kau lihat saja nanti."
Pad : "Aku akan menunggu."

Akhirnya Vee dan teman-temannya meninggalkan halaman belakang dan menuju ke kantin.

Vee : "Aku harus mencari cara untuk membuktikannya bahwa aku tidak ada hubungan apa-apa dengan P'Beam."
Met : "Mengapa kau sangat ingin membuktikannya? Apa karena masa lalumu denganya?"
Vee : "Itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan ini."
Met : "Lalu apa?"
Vee : "Aku sudah bilang, aku tidak ingin jadi omongan banyak orang."
Met : "Memang kenapa? Setidaknya kau menjadi omongan karena kau dekat dengan P'Beam, itu bagus."
Vee : "Aku tidak mau."
Met : "Mengapa?"
Vee : "Aku belum bisa menerimanya. Aku belum siap."
Met : "Aku mengerti, tapu tidak ada salahnya jika kau mencoba."
Vee : "Entahlah."
Fian : "Sudah, masalah ini tidak usah dibahas. Lebih baik kau menenangkan dirimu. Ayo kita ke bar malam ini."
Nae : "Aku setuju denganmu. Sudah lama juga aku tidak ke bar."
Fian : "Sudahlah tidak usah terlalu dipikirkan."
Vee : "Hmm. Baiklah."

7:30 pm

'Saxophone Bar'

Met : "Bersulang!"
Vee : "Bersulang!"
Nae : "Bersulang!"
Fian : "Bersulang!"
Vee : "Aku akan ke kamar mandi sebentar."
Met : "Cepatlah."

Saat berjalan menuju kamar mandi, Vee bertemu dengan Beam.
Beam : "Hei Vee."
Vee : "Hei P'Beam."
Beam : "Kau disini juga?"
Vee : "Ya."
Beam : "Dengan siapa kau kesini?"
Vee : "Dengan teman-temanku, itu disana. Kau kesini dengan siapa, P'?"
Beam : Aku ke sini dngn teman-temanku juga."
Vee : "Oohh. Baiklah kalau begitu, aku ingin ke toilet dulu."
Beam : "Baiklah."

10 menit kemudian

Vee : "P'Beam, mengapa kau  masih disini?"
Beam : "Aku sedang menggumu."
Vee : "Menungguku?"
Beam : "Ya."
Vee : "Untuk apa?"
Beam : "Ayo ikut denganku."
Vee : "M-mau kemana, P'?"
Beam : "Sudah ikut saja."

Nae : Hai, P'Beam."
Fian : "Hai, P'Beam."
Met : "Hai, P'Beam."
Beam : "Hai."
Nae : "P'Beam sedang apa disini?"
Beam : "Aku sedang berkumpul dengan teman-temanku."
Nae : "Diman teman-temanmu?"
Beam : "Itu disana."
Nae : "Ooohh, lalu, mengapa kau disini?"
Beam : "Aku ingin mengajak kalian untuk bergabung dengan kami."
Vee : "Tidak usah, P',aku akan disini saja bersama teman-temanku."
Beam : "Sudah tidak apa, bergabunglah denganku dan yang lain."
Vee : "Tapi..."
Nae : "Baiklah, kami akan bergabung denganmu dan teman-temanmu. Benar kan, teman-teman?"
Met : "Iya itu benar. Iya kan, Fian?"
Fian : "I-iya kami akan bergabung denganmu."
Beam : "Ayo."
Vee : "Tapi..."
Nae : "Shutt. Diamlah."

Beam : "Hei teman-teman, ini Vee dan teman,temannya, kebetulan mereka ada disini juga, jadi aku mengajaknya untuk bergabung bersama kita."
Nae : Hai, P'."
Met : Hai, P'."
Fian : "Hai, P'."
Vee : Hai, P'..."

Vee terkejut melihat Pad ada disana juga bersama teman-teman Beam. Ternyata Pad adalah salah satu teman Beam. Ia sama sekali tidak tau kalau Beam dan Pad berteman.

Vee : "KAU."
Pad : "KAU."

                           Bersambung

-------------------------------------------------------------------

                            Episode 2

Beam : "Kalian sudah saling kenal?"
Pad : "Tidak juga."
Vee : "Tidak, P', aku hanya tidak asing dengan wajahnya."
Beam : "Oh begitu, dia Pad. Dia adalah temanku, kita memang jarang berkumpul bersama di sekolah. Pad, dia Vee, dia adalah orang yang waktu itu aku ceritakan. Ayo duduk."
Nae : "Iya."

Mereka pun bergabung dan minum bersama. Mereka berbincang satu sama lain, berbeda dengan Vee dan Pad, mereka hanya diam dan saling memandang. Sampai akhirnya mereka semua pun telah mabuk berat.

22:30 pm

Fian : "Met, Nae, Vee, Ayo kita plng, kalian sudah sangat mabuk."
Nae : "Tidak, aku masih ingin minum dengan pria tampan ini."
Vee : "Ya, biarkan aku minum lagi."
Fian : "Tidak, aku tidak akan membiarkan kalian minum lagi, kalian sudah terlalu mabuk. Ayo kita pulang."
Beam : "Kau benar. Ini juga sudah sangat larut. Sebaiknya kita pulang."
Dheo : "Tidak, aku masih ingin disini."
Beam : "Kalau kau masih ingin disini, aku tidak akan mengantarmu pulang."
Dheo : "Mengapa kau sangat tega sekali denganku, sayang. Aku ini temanmu."
Beam : "Kau sangat merepotkan. Oh iya, Fian, bagaimana kalian pulang?"
Fian : "Aku akan membawa mereka ke rumahku."
Beam : "Biarkan aku mengantar Vee, dia bisa menginap di tempatku."
Fian : "Tidak apa, aku akan membawanya."
Sain : "Beam benar. Biarkan dia membawa Vee, dia akan aman bersamanya."
Fian : "Baiklah, aku akan mengantar Nae dan Met pulang."
Sain : "Aku akan mengantar Met pulang."
Fian : "Baiklah."
Dheo : "Sayang, kalau kau mengantarnya pulang, lalu siapa yang akan mengantarku?"
Pad : "Aku akan mengantarmu dan Naap."
Dheo : "Kau memang sahabatku yg terbaik, Pad. Aku kecewa dngnmu, sayang."
Beam : "Terserah."
Beam : "Ayo."
Fian : "Baiklah, sampai jumpa P'. Tolong jaga temanku."
Beam : "tenang saja."

Akhirnya Beam membawa Vee menginap dirumahnya, Sain mengantar Met pulang, Fian mengantar Nae pulang, dan Pad mengantar Dheo dan Naap pulang. Pad hanya melihat Beam dan Vee pulang bersama, sepertinya dia sangat kesal dengan hubungan mereka berdua yang semakin dekat.

Dalam perjalanan

Sain : "Met, dimana rumahmu?"
Met : "Rumahku berada di Khao San Street."
Sain : "Oke."
Met : "P', Aku ingin bertanya sesuatu."
Sain : "Apa itu?"
Met : "Apa kau sedang dekat dengan seseorang atau sedang menyukai seseorang?"
Sain : Entahlah. Aku juga tidak yakin dengan perasaanku."
Met : "Maksudmu?"
Sain : "Aku masih bingung dengan perasaanku ini, dan aku jg tidak yakin dia akan menyukaiku juga atau tidak."
Met : "Kau itu tampan, aku yakin dia pasti akan menyukaimu juga."
Sain : "Aku belum berani untuk mengungkapkan perasaanku padanya. Aku masih butuh waktu."
Met : "Hmm. Kau harus cepat memberitahunya atau dia akan menjadi milik oarng lain."
Sain : "Ya."
Sain : "Kita sudah sampai."
Met : "P', cepatlah kau beritahu perasaanmu padanya atau kau akan menyesal nanti. Ingat itu."
Sain : "Umm."
Met : "Baiklah, terima kasih, P'. Sampai jumpa."
Sain : "Sampai jumpa."

Beam : "Vee, kita sudah sampai dirumahku."
Vee : "Hmm."
Vee tidak berani pulang karena sudah sangat larut. Ia takut akan dimarahi orangtuanya karena tidak izin untuk pulang larut, jadu Beam membawa Vee ke rumahnya. Sesampainya dirumah Beam...

Beam : "Hey, ayo bangun dulu, kau harus membersihkan diri."
Vee : "Biarkan aku tidur sebentar."
Beam : "Tidak, kau harus bangun, aku akan membersihkan badanmu."
Vee : "Aku ingin tidur."
Beam : "Kau ini."

Beam membersihkan badan Vee di kasur dengan kain basah. Lalu, selesai membersihkan Vee, ia membersihkan dirinya di kamar mandi. Setelah selesai membersihkan diri, ia beranjak ke tmpt tidur dan tidur bersama Vee.

08:00 am

Beam : "Hey tukang tukang, ayo bangun."
Vee : "Hoam... Aku dimana?"
Beam : "Kau ada dirumahku. Semalam kau sangat mabuk, aku tidak tega melihat Fian membawa kalian semua, jadi aku membawamu kesini."
Vee : "Benarkah? Apa aku tidur bersamamu semalam?"
Beam : "Ya, memang mengapa?"
Vee : "Apa kau melakukan sesuatu padaku?"
Beam : "Hahaha dasar bod*h. Tentu saja tidak, aku tidak sejahat itu mengambil keuntungan darimu."
Vee : "Aku tidak percaya denganmu. Cepat bawa aku pulang."
Beam : "Terserah kau percaya padaku atau tidak, aku akan mengantarmu pulang nanti, jadi cepatlah makan dan bersiap. Aku juga akan pergi menemui temanku."
Vee : "Hmm." 

Setelah selesai makan, Beam lngsng mengantar Vee pulang. Saat di perjalanan...

Vee : "P'Beam, antar aku ke rmh Fian saja."
Beam : "Mengapa?"
Vee : "Tidak apa-apa, aku hanya ingin membicarakan sesuatu dengannya."
Beam : "Apakah itu tentangku?"
Vee : "KAU TERLALU PERCAYA DIRI!"
Beam : "Hahaha."
Beam : "Baiklah, aku akan mengantarmu ke rumahnya, beritahu aku jalan ke rumahnya."

Sesampai dirumah Fian

Vee : "Apa kau ingin mampir dulu?"
Beam : "Tidak usah. Aku juga ingin menemui teman-temanku."
Vee : "Baiklah kalau begitu, sampai jumpa."
Beam : "Sampai jumpa."

LINE :
Vee : Hey.
Vee : Aku di depan rumahmu, cepatlah keluar.
Fian : Tunggu sebentar.

Vee : "Aku ingin bertanya denganmu. Mengapa tadi malam aku menginap di rumah P'Beam? Mengapa kau tidak membawaku ke rumahmu? Bukannya aku sudah bilang akan menginap di rumahmu? Mengapa kau biarkan P'Beam membawaku? Mengapa..."
Fian : "HEI! Kau terlalu banyak bertanya, bagaimana aku akan menjawabmu?"
Fian : "Sebenarnya tadi malam aku akan membawamu ke rumahku, hanya saja P'Beam memaksaku agar kau menginap di rumahnya. Aku sudah menolaknya, tetapi dia tetap saja memaksa dan P'Sain juga membelanya, aku tidak bisa menolak lagi."
Fian : "Memang apa yang dia lakukan padamu semalam? Apakah dia MELAKUKANNYA?"
Vee : "AI SAT! Kau kira aku ini apa? Aku tidak melakukan apapun dengannya. Dia hanya membersihkan diriku semalam."
Fian : "Benarkah? Coba aku lihat belakangmu."
Vee : "Untuk apa?"
Fian : "Hanya memastikan saja bahwa kau memang benar baik-baik saja."
Vee : "Katakan sekali lagi dan akan ku tendang kau."
Fian : "HAHAHAHA Aku hanya bercanda."
Vee : Aku ingin bertanya padamu."
Fian : "Apa itu?"
Vee : "Menurutmu CINTA itu seperti apa?"
Fian : "Kau ingin jawaban serius atau humor?"
Vee : "Kau pikir aku sedang bercanda?"
Fian : "HAHAHA baiklah baiklah."
Fian : "Menurutku, CINTA adalah 2 orang yg mempunyai hubungan yg sama antara satu dengan yang lainnya dan menjalin suatu hubungan."
Vee : "Benarkah seperti itu?"
Fian : "Kupikir begitu. Bagaimana menurutmu?"
Vee : "Entahlah. Apakah mungkin seorang pria menyukai pria lain?"
Fian : "Mengapa tidak? Kalau orang itu sudah sangat mencintainya, tidak peduli dia pria atau wanita."
Vee : "Hmm..."
Fian : "Apakah kau bertanya karena kau sedang menyukai seseorang?"
Vee : "Mungkin."
Beam : "Benarkah? Siapa orang itu? Kau harus memberitahuku dan yang lain."
Vee : "Aku tidak akan memberitahu kalian sampai aku sudah benar-benar yakin kalau aku mencintai orang itu."
Fian : "Ini adalah berita besar, aku akan memberitahu yang lain, kita harus merayakannya bersama."
Vee : "Aku belum tau, kau terlalu berlebihan."
Fian : "Aku tidak peduli. Ini pertama kalinya kau menyukai seseorang."

LINE GROUP :
Fian : Aku ada kabar bahagia.
Fian : Hari ini Vee menyukai seseorang.
Nae : Benarkah itu?
Met : Hah? Apa kau bercanda?
Fian : Tidak, kali ini aku tidak bercanda.
Met : Ini adalah berita yang sangat bahagia.
Nae : Ini harus kita rayakan.
Fian : Aku juga berpikir begitu.
Vee : Hey, apa yang kalian bicarakan.
Met : Baiklah, malam ini kita pesta.
Nae : Aku akan menunggu kalian nanti malam.
Nae : Met, kau harus menjeputku, mobilku di bengkel.
Met : Baiklah, Tentu saja.
Met : Sampai jumpa nanti malam.
Vee : Hey kalian tidak meminta persetujuanku dulu.
Vee : Hey.
Vee : Mengapa kalian mencampakkanku?
Vee : Hey.
Vee : Baiklah kalau begitu, aku tidak akan ikut.

Vee : "Hey, apa yg kau lakukan? Mengapa kau memberitahu yang lain? Aku kan sudah bilang kalau aku belum sepenuhnya menyukainya."
Fian : "Itu sudah bagus, ada perkembangan, kau kini mulai menyukai seseorang, kita harus merayakan itu."
Vee : "Itu tidak perlu."
Fian : "Mungkin menurutmu itu tidak penting, tapi bagi kita itu sangat penting. Kita ini sudah berteman lama, aku kenal semua tentangmu, dan menurutku ini sebuah peristiwa penting."
Vee : "Ta..."
Fian : "Sudah tidak usah banyak bicara. Sekarang aku harys bersiap, setelah itu aku akan mengantarmu pulang agar kau bisa bersiap juga."
Fian : "Oh ya, tenang saja, kali ini aku yang traktir."

19:00 pm

Sesampainya di bar

Met : "Bersulang."
Nae : "Bersulang."
Fian : "Bersulang."

Mereka berpesta untuk merayakan suatu hal yang kalau dikatakan sangat tidak terduga, Vee, dia akhirnya mulai menyukai seseorang. Oh ya, jadi, dari junior high school sampai saat ini (sekitar 6 tahun) tidak pernah berpacaran ataupun menyukai seseorang lagi. Lagi? Ya, lagi. Dulu Vee pernah menyukai seseorang, bahkan berpacaran dengannya. Akan tetapi, saat mereka lulus, mereka berdua mulai menjauh, pacar Vee pindah untuk melanjutkan pendidikannya, dan mulai dari situ pula mereka lost contact. Vee berusaha untuk mencarinya, tetapi tidak membuahkan hasil. Akhirnya dia pun menyerah. Dia memilih untuk melupakan pacarnya dan menjalani hidupnya yg baru. Setelah beberapa bulan, Vee menemukan akun sosial media pacarnya. Dia terkejut karena melihat pacarnya bersama dengan pria lain. Dia langsung menghubungi pacarnya.

FACEBOOK :
Vee : Day.
Vee : "Ini aku Vee.
Day : "Hah? Vee?
Vee : Iya, pacarmu.
Day : Ada apa Vee?
Vee : Kemana saja kau selama ini?
Vee : Apa kau tidak merindukanku?
Vee : Aku sangat merindukanmu, Day
Day : Seharusnya aku yg bertanya padamu, kemana saja kau selama ini?
Day : Mengapa kau tidak mencariku?
Vee : Aku sudah mencarimu, bahkan aku kesana untuk mencarimu, tapi aku tidak menemukanmu.
Day : Lalu, kau menyerah begitu saja?
Vee : Ya, aku menyerah karena aku tidak tau harus mencarimu kmn lagi.
Day : Dari dulu kau selalu seperti itu, tidak pernah berubah.
Day : Kau itu mudah menyerah.
Day : Itulah mengapa aku tidak bisa bersamamu lagi.
Vee : Apa maksudmu Day?
Day : Ya, aku sudah mempunyai pacar.
Vee : Mengapa?
Day : SUDAH JELAS KARENA KAU TIDAK PERNAH BISA BERUBAH!
Vee : Tapi aku sangat mecintaimu, Day.
Day : Mulai sekarang lebih baik kau melupakanku.
Day : Jangan pernah mengingatku lagi.
Day : Jangan pernah menghubungiku lagi.
Vee : Mengapa kau mencampakkanku seperti ini, Day? MENGAPA?
Day : KARENA AKU INGIN BAHAGIA.
Day : Jika kau memang benar mencintaiku, biarkan aku pergi.
Day : Biarkan aku bahagia dengannya.
Day : Aku mohon.
Vee : Baiklah kalau itu memang membuatmu bahagia.
Vee : Aku tidak akan menghalaimu.
Vee : Aku tidak ingin menjadi penghambat atas kebahagiaanmu.
Vee : Aku minta maaf karena aku sudah membuatmu kecewa.
Day : Iya tidak apa-apa.
Day : Baiklah, aku harus pergi sekarang.
Day : Sampai jumpa, Vee.
Day : Semoga kau mendapatkan yang lebih baik.
Vee : Ya, terima kasih, Day.
Vee : 😭
Vee : 💔

Sejak kejadian itu, Vee memutuskan untuk menutup dirinya dan kebahagiaannya. Dia tidak pernah menyukai seseorang lagi, dia tidak pernah bergaul dengan banyak orng lagi. Bahkan, dia juga sangat tertutup dengan orangtuanya. Dia sangat benci apabila melihat orang berpacaran, dia sangat benci melihat orang lain bahagia dengan pacarnya, dan dia juga sangat tidak suka apabila ada seseorang yang berusaha untuk mendekatinya ataupun teman-temannya. Dia sudah tidak percaya lagi dengan CINTA. Dia menganggap bahwa cinta adalah sebuah omong kosong dan hanya membuang-buang waktu.

Met : "Hei kawan, ada apa denganmu? Mengapa kau melamun begitu?"
Vee : "Aku masih memikirkan kejadian kemarin malam."
Met : "Memang apa yglang kau lakukan dengannya?"
Vee : Aku juga tidak tau. Saat itu aku sedang tidak sadar. Aku takut dia melakukan sesuatu denganku."
Met : "Tidak mungkin, P'Beam itu pria yg baik, dia tidak mungkin melakukan ITU kepadamu. Percayalah padaku."
Vee : Ya aku tau dia pria yg baik, tapi aku tidak yakin dengan teman-temannya. Kau tau kan kalau dia berteman dngn P'Pad dan kau juga tau kalau aku sangat membenci P'Pad."
Met : "Mereka hanya berteman."
Vee : "Tapi..."
Met : "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. kita sedang pesta, ini adalah pestamu, jadi kau harus bahagia sekarang."
Vee : "Hmm. Terima kasih, Met. Kau memang sahabatku."
Met : "Tentu saja, tapi ini tidak gratis, besok kau harus mentraktirku."
Vee : "Sialan kau!"
Met : "HAHAHA aku bercanda. Ayo minum."
Vee : "Hmm."

22:45 pm

Fian : "Ayo kita pulang, kalian sudah sangat mabuk."
Nae : "Mmm..."
Vee : "Ya, ayo kita pulang. Fian, kau bawa Nae pulang, aku akan mengantar Met."
Fian : "Baik."

Vee mengantar Met ke rumahnya. Sesampai di rumah Met, Vee langsung membawa dia ke kamarnya karena Met terlalu mabuk untuk bangun. Setelah itu Vee langsung bergegas untuk pulang.

Dalam perjalanan Vee masih memikirkan tentang perasaannya yg kini mulai menyukai seseorang, dan seseorang itu bukan wanita, melainkan pria, pria yg dia kenal sebagai kakak kelasnya, pria yg sangat terkenal, pria yang sangat sempurna, pria yang menurutnya sangat tidak cocok dengannya, bagaimana dia bisa menyukai pria? Bagaimana dia bisa menyukai Beam? Apakah ini perasaan yang sama yg ia rasakan dulu? Apakah ini nyata? Semua pertanyaan itu bermunculan di dalam pikirannya. Sampai tiba... 

ciiiiiiiiiittttttt (gesekan ban mobil)

Vee hampir menabrak seseorang. Ia lngsng keluar mobil dan memastikan apakah dia baik-baik saja.
Vee : "Hey, apa kau baik-baik saja?"
Pad : "Ya, aku tidak..."
Pad : "KAU!"
Vee : "KAU!"
Pad : "Apa yg kau lakukan? Apa kau tidak melihat aku sedang menyebrang?"
Vee : "Ya, aku tidak melihatmu. Aku minta maaf. Sini, biarkan aku membantu."
Pad :  "Tidak perlu, aku bisa berjalan sendiri."

BRUUK!

Vee : "Ini yang kau bilang bisa berjalan sendiri? Sudah, biarkan aku membantumu."
Pad : "Tidak perlu. Aku bisa..."
Vee : "Tidak usah banyak bicara. Cepat naik ke mobilku."

Akhirnya Vee mengantar Pad pulang ke rumahnya. Dalam perjalanan mereka hanya diam-diaman saja. Sampai akhirnya...

Pad : "Mengapa kau ingin membantuku?"
Vee : "Memang kenapa?"
Pad : "Aku hanya ingin tau saja."
Vee : "Aku membantumu karena aku menabrakmu. Jadi jangan kira aku sudah baik-baik saja denganmu."
Pad : "Terserah kau saja."

Sesampainya di rumah Pad.

Pad : "Aku ingin bertanya padamu serius."
Vee : "Ada apa?"
Pad : "Mengapa kau sangat membenciku? Apa karena masa lalu kita?"
Vee : "Kalau kau sudah tau, mengapa harus bertanya lagi."
Vee : "Dan satu lagi, tidak hanya itu saja, karena kau, aku menjadi omongan semua orang di sekolah."
Pad : "Masalah itu, aku tidak bermaksud untuk membuatmu menjadi omongan banyak orang."
Vee : "LALU APA?"
Pad : Aku tidak bisa menjelaskannya."
Vee : "Huh, aku sudah menduga pasti kau tidak bisa menjawabnya."
Pad : "Bukan itu. Ini berbeda."
Vee : "APA YG BERBEDA? HAH!?"
Pad : "Kau tidak mengerti."
Vee : "APA YG TIDAK AKU MENGETI?"
Pad : AKU TIDAK SUKA MELIHAT KALIAN BERSAMA."
Vee : "Mengapa? MENGAPA?"

Tanpa mengatakan apapun, Pad langsung mencium Vee. Mereka saling berciuman. Ciuman pertama kali yang Vee rasakan. Mereka terus berciuman tanpa menghiraukan yang lain. Lalu, Vee mendorong Pad.

Pad : "Aku mencintaimu, Vee."
Vee : "Aku harus pergi sekarang."

Vee langsung pergi meninggalkan Pad.

                           Bersambung

-------------------------------------------------------------------

                             Episode 3

3 tahun yang lalu

Vee berjalan melalui koridor demi koridor, melewati kelas demi kelas. Ia berhenti. Tidak, lebih tepatnya diberhentikan, tepat di depan ruang kelas yang sepertinya ia tau. Ya, kelas Pad. Oh ya, di sekolah Vee dan Pad terdapat peraturan yang melarang adik kelas melewati ruang kelas kakak kelasnya kecuali ada hal yang sangat penting karena mereka menganggap bahwa hal itu tidak sopan dan sangat sakral. Dan bodohnya lagi, Vee tidak mengetahui akan hal itu.

Pad : "HEI KAU!"
Vee : "Kau memanggilku?"
Pad : "Memang siapa lagi yang aku panggil?"
Vee : "Iya, ada apa?"
Pad : "Apa yang kau lakukan disini?"
Vee : "Aku hanya berjalan saja."
Pad : "Apa kau tidak tau kalau adik kelas DILARANG KERAS melewati ruangan kakak kelas?"
Vee : "Aku tidak tahu, emangnya ada peraturannya?"
Pad : "Iya, ada."
Vee : "Tetapi aku tidak pernah tau itu, dan dalam buku peraturan sekolah pun tidak ada larangan kalau adik kelas dilarang melewati ruang kelas kakak kelas."
Pad : "Kau itu hanya adik kelas yang tidak tau apa-apa akan hal itu. Jadi diamlah."
Vee : "Aku hanya memberitahumu bahwa peraturan tersebut tidak terdapat di buku peraturan sekolah. Jadi, apa salahnya jika aku melewatinya?"
Pad : "Berani sekali kau berbicara seperti itu. Cepat kembali."
Vee : "Jika aku tidak mau, apa yang akan kau lakukan?"
Pad : "Aku akan memBULLYmu sampai kau menyesali perbuatanmu."
Vee : "Kau pikir kau siapa?"
Pad : "AKU SENIORMU!"
Vee : "Aku tidak peduli mau kau seniorku atau bukan."
Pad : "Kau ini memang benar-benar..."

Pad langsung menarik Vee ke ruang kelasnya.

Pad : "SINI KAU!"
Vee : Hei kau, aku mau dibawa kemana?"
Pad : "IKUT!"

Sesampainya di dalam kelas Pad.

Vee : "Apa yang kau lakukan?"
Pad : Diam kau. Aku akan memberimu pelajaran karena sudah berani melawanku."
Vee : "Lepaskan aku."
Pad : "Tidak akan."
Vee : "Biarkan aku pergi."
Pad : "Tidak akan sampai kau meminta maaf."
Other : "Pad, siapa dia?"
Pad : "Dia junior kita. Dia melewati ruang kelas kita."
Other : "Benarkah? Berani sekali dia, apa dia tidak tau LARANGAN itu?"
Pad : "Sepertinya tidak tau. Aku sudah menyuruhnya untuk kembali, tp dia tetap tidak ingin kembali."
Other : "Suruh dia masuk, Pad. Jangan biarkan dia keluar."
Pad : "Tenang saja."
Vee : "Aku mohon, biarkan aku pergi."
Pad : "Kalau tidak, apa yang akan kau lakukan?"
Vee : "Aku akan memberitahu kepada guru tentang perbuatanmu."
Pad : "Coba saja. Aku sudah biasa berurusan dengan mereka, dan kau akan menyesal nnti."
Vee : "Aku akan membalas perbuatanmu. Lihat saja nnti."
Pad : "Aku akan menunggu hari itu."

Setelah itu Pad dan teman-temannya langsung memBULLY Vee habis-habisan di dalam kelasnya. Vee hanya bisa diam dan menahan tangisan atas apa yang mereka lakukan terhadapnya. Sampai guru masuk, Vee tetap masih berada di dalam kelas mereka. Setelah guru tersebut keluar dari kelas, mereka langsung memBULLY Vee lagi dan lagi. Pad benar-benar membuat Vee malu di depan teman-teman Pad. Vee hanya melihat Pad dengan tatapan tajamnya dan Pad tidak menghiraukan tatapannnya dan melanjutkan perbuatannya tersebut. Pad merasa bahwa perbuatannya itu wajar karena baru pertama kalinya ada orang yang berani melakukan hal tersebut selama ini.

Teeettt... Teeettt... Teeettt...

Setelah bel istirahat berbunyi, mereka baru membiarkan Vee pergi.

Di depan kelas.

Pad : "Aku sudah bilang jangan pernah bermain-main denganku dan kembali, tetapi kau masih saja tidak menghiraukan perkataanku."
Vee : "Aku tidak akan membiarkan kau pergi begitu saja. Aku akan balas dendam atas semua ini dan kau adalah orang yang akan menerima semua itu."
Pad : "Orang sepertimu ingin melakukan sesuatu kepadaku? Memang apa yang bisa kau lakukan? Hah?"
Vee : "Kali ini aku membiarkan kau tertawa, tetapi suatu hari nnti aku akan membuatmu menangis sampai kau berlutut dihadapanku memohon ampun kepadaku. INGAT ITU!"
Pad : "Aku tidak takut sedikit pun atas ancamanmu itu."

Vee bersumpah akan membalas perbuatan Pad suatu hari nnti. Dia tidak akan melepaskannya begitu saja. Dia akan memperbaiki harga dirinya dan membuat Pad menyesali perbuatannya seumur hidupnya.
Vee : "AKU BERSUMPAH."

Vee langsung pergi meninggalkan Pad. Sejak hari itu lah Vee mulai berubah. Hari-harinya hanya dipenuhi dengan mencari cara untuk membalas dendam kepada Pad. Dia mulai menyendiri. Dia tidak banyak bergaul dengan orang lain. Bahkan dia hanya mempunyai 2 teman saja, dan itu hanya sekedar untuk kerja kelompok bersama. Vee, orang yang sangat bahagia pintar, dan rajin, berubah 180 derajat menjadi sangat pendiam, pemarah, bahkan mulai menjadi nakal. Dia jarang mengumpulkan tugas yg diberikan guru, dia sering datang terlambat, dia sering melawan guru, lebih buruknya lagi dia sekarang sudah berani melawan seniornya yang jauh lebih tua dibandingkan dirinya.

***

Dalam perjalanan

'Apa ini? Apa yang dilakukannya? Mengapa dia menciumku? Apakah itu peringatan darinya? Tapi mengapa dia berkata kalau dia mencintaiku? Apakah dia bercanda? Apakah dia sengaja melakukannya agar aku tidak mengganggunya lagi? Apakah dia benar-benar mencintaiku? Apakah?' 

Semua pertanyaan tersebut seketika muncul di kepala Vee, bahkan di dalam hati Vee. Ia merasa sangat bingung apa yang barusan Pad lakukan kepadanya.

Vee : "AAARRRGGGHHH! TIDAK MUNGKIN! DIA TIDAK MUNGKIN MENYUKAIKU! AKU JUGA TIDAK MUNGKIN MENYUKAINYA! AKU TIDAK INGIN TERJEBAK LAGI! APA YANG BARU SAJA KAU LAKUKAN PAAADDD!"

Ia berteriak di dalam mobil dan memukul kepalanya.

Vee :"Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan?"
Vee : "Oh ya, aku akan menemui Fian. Dia sahabatku yang paling pengertian dan paling mudah mencari jalan keluar."

LINE :

Vee : P
Vee : P
Vee : P
Vee : P
Vee : P
Panggilan tak terjawab
Panggilan tak terjawab
Panggilan tak terjawab

Vee : P
Vee : P
Vee : P
Fian : Tidak perlu berlebihan.
Fian : Aku baru selesai mandi.
Fian : Ada apa?
Vee : Apa kau sibuk sekarang?
Fian : Tidak juga.
Vee : Baiklah, aku ke rumahmu sekarang.
Fian : Untuk apa?
Fian : Hei.
Fian : VEE.
Fian : Huft.

Tiiin... Tiiin... Tiiin...

Fian : "Ya aku mendengarnya."

Fian langsung membukakan pagar rumahnya dan Vee langsung memarkirkan mobilnya di garasi. 

Sesampainya di dalam dalam.

Fian : "Ada apa kau malam-malam begini ke rumahku?"
Vee : "Apakah kau tidak ingin memberiku air terlebih dahulu, aku sangat lelah."
Fian : "Kau itu datang kesini hanya untuk meminta minum kepadaku?"
Vee : Tidak, bukan seperti itu. Aku sangat lelah, biarkan aku minum dulu."
Fian : Dasar merepotkan. Tunggu sebentar."

Fian : "Ini."
Vee : "Terima kasih."
Fian : Jadi, apa yang ingin kau bicarakan hingga tidak bisa menuggu sampai besok?"
Vee : "Begini..."

Vee lalu mulai menceritakan semua kejadian yang dia alami tadi. Fian terkejut saat Vee memberitahunya bahwa dia dicium oleh Pad.

Fian : "BENARKAH?"
Vee : "Ya, seperti itu."
Fian : "Apakah dia sudah gila? Atau dia sengaja melakukan hal tersebut agar kau tidak meneruskan balas dendammu itu?"
Vee : "Aku juga tidak tau. Maka dari itu aku kesini. Aku ingin meminta bantuanmu untuk mencari jalan keluarnya."
Fian : "Hmm, kalau seperti ini aku juga bingung harus melakukan apa."
Vee : "Kumohon, bantulah aku. Aku tidak tau harus meminta bantuan kepada siapa lagi, kejadian itu terus muncul di pikiranku dan membuatku frustasi."
Fian : "Hmm... Biarkan aku berfikir dulu."
Vee : Tenang saja, aku akan memberimu waktu 5 menit."
Fian : "HEI! KAU PIKIR AKU ROBOT YANG BISA MELAKUKAN SESUATU DENGAN INSTAN?"
Vee : "Hehehe, baik baik, Cepatlah."
Fian : "Kalau kau terus saja mengoceh aku tidak akan bisa berpikir. Jadi, DIAM."

11 menit kemudian

Fian : "Aku tau."
Vee : Zzz...
Fian : "HEH BANGUN KOALA!"
Vee : "Hah? Iya, Ada apa?"
Fian : "Kau suruh aku berpikir, tp kau malah tertidur."
Vee : "Hehehe maafkan aku, aku sangat mengantuk."
Fian : "Hmm."
Vee : "Jadi bagaimana?"
Fian : "Menurutku, bagaimana jika..."

Fian memberitahu semua rencana yg ada dipikirannya.

Vee : "HAH? APA KAU GILA? Tidak mungkin aku melakukan hal seperti itu."
Fian : "Hanya itu yang menurutku ide paling bagus."
Vee : "Tapi itu sangat tidak mungkin."
Fian : "Kalau kau tidak ingin mengikuti saranku, ya tidak apa, terserah kau saja. Aku sudah tidak busa berpikir lagi. Aku sudah sangat pusing dan lelah."
Vee : "Hmm, aku akan memikirkannya."
Fian : "Baiklah, kau bisa pergi sekarang, aku ingin tidur, aku sangat lelah."
Vee : "Mmm bisakah malam ini aku menginap dirumahmu? Aku juga sangat lelah, kau tidak ingin kan jika terjadi sesuatu padaku nanti."
Fian : "Terserah kau saja, tapi jangan tidur di kasur. Kau tidur di sofa."
Vee : "Mengapa kau sangat jahat padaku?"
Fian : "Sudahlah aku tidak ingin berdebat malam-malam, aku mengantuk."
Vee : "Baiklah, aku akan mengabari ibuku dulu."
Fian : Zzz...
Vee : "DASAR KOALA!"

CALL :

Ibu Vee : "Vee, kau dmn? Mengapa kau belum plng?"
Vee : "Bu, sepertinya malam ini aku akan menginap di rumah Fian, dia sendirian, aku akan menemaninya."
Ibu Vee : "Baiklah, sampaikan salam Ibu kepada Fian, ya. Selamat malam, syng."
Vee : "Iya, Bu, sampaikan salamku kepada ayah juga. Selamat malam, Ibu."

07:35 am

Dreeettt.... Dreeettt... Dreeettt....

Fian : "Hoaamm... Iya, ada apa, Nae?"
Nae : "Apa kau tidak sekolah? Sekarang sudah jam 07:35."
Fian : "Benarkah? Oh tidak, aku akan segera membangunkan Vee sekarang."
Nae : "Vee menginap di rumahmu?"
Fian : "Ya."
Nae : "Baiklah cepat dan segera hubungi aku."
Fian : "Hmm."

Fian : "Vee bangunlah, kita sudah kesiangan, kita akan telat nnti."
Vee : "Aku sangat malas, aku tidak ingin berangkat sekolah dulu hari ini."
Fian : "Ayo cepatlah."
Vee : "Hari ini saja kita tidak masuk sekolah, aku benar-benar mengantuk, semalam aku tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan kejadian tersebut."
Fian : "Huft. Aku akan mengabari yang lain."

LINE GROUP :

Fian : Sepertinya hari ini aku dengan Vee tidak masuk sekolah.
Nae : Mengapa?
Fian : Semalam Vee tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Met : Ada apa dengannya?
Fian : Entahlah.
Met : Kalau begitu aku juga tidak masuk hari ini.
Nae : Hei, ada apa denganmu?
Met : Aku juga tidak bersemangat untuk sekolah.
Nae : Terserah kau saja.
Nae : Teman-teman, bagaimana jika hari ini kita pergi menonton saja? Sepertinya menyenangkan.
Met : Oy oy, apa kau ingin membolos juga?
Nae : Jangan sampai sepatuku ini berada di wajahmu.
Met : Galak sekali.
Nae : Terserah apa katamu. Bagaimana?
Fian : Mmm... boleh juga.
Nae : Yeay.
Fian : Baiklah, aku akan membangunkan Vee. Kalian bersiaplah, aku akan menjemput kalian.
Nae : Baiklah.
Met : Aku ikut kalian saja.

Fian : "Vee, cepatlah bangun, kita akan pergi."
Vee : "Kemana?"
Fian : "Nae mengajak kita untuk menonton. Jadi, cepatlah bersiap aku akan mandi."
Vee : "Ya baiklah."

11:40 am

Tiiin... Tiiin...

Nae : "Aku segera keluar."
Nae : "Ayo."
Vee : "Kita akan menonton apa?"
Nae : "Sudah berangkat saja, kita akan melihatnya nnti disana."
Vee : "Hmm."

Dalam perjalanan

Met : "Vee, Fian bilang kalau kau semalam tidak bisa tidur nyenyak. Ada apa?"
Vee : "Tidak apa-apa, aku hanya lelah saja."
Nae : "Hei, kau pikir kita mengenalmu berapa lama? HAH? Kau tidak pandai dalam berbohong."
Vee : "Aku tidak apa-apa, jngn cemaskan aku."
Nae : "Jadi, sekarang kau sudah mulai merahasiakan sesuatu dari kita?"
Vee : "Tidak, ini memang bukan masalah besar. Sungguh."
Met : "Apakah ini ada kaitannya dengan Pad?"
Vee : "Eh-hm... Ti-tidak juga."
Met : "Benarkah itu?"
Vee : "Eh-he."
Nae : "Baguslah kalau begitu, jika itu tentang Pad aku akan..."
Fian : "Ayo, kita sudah sampai."
Nae : "Sialan kau!"
Fian : "Ada apa?"
Nae : "Diamlah kau."

Di dalam Mall

Vee : "Apa yang akan kita tonton?"
Nae : "Bagaimana jika film bergenre Romance?"
Met : "Tidak tidak, kau tau kan Vee sedang seperti ini, lebih baik kita menonton film bergenre comedy? Itu cocok dengan suasana hati Vee sekarang."
Fian : "Aku setuju dengan Met, lebih baik kita menonton Comedy saja, itu lebih baik."
Nae : "Huft. Baiklah, demi sahabatku yang satu ini."
Vee : "Tidak apa-apa, kita bisa menonton film Romance, aku tidak seburuk itu."
Nae : "Kau selalu seperti itu, sudah, sekarang kita akan menonton film Comedy. Ayo."
Vee : "Ya ayo."

Setelah selesai menonton

Nae : "Hahaha film tadi benar-benar membuatku tidak berhenti tertawa."
Fian : "Hahaha kau benar, itu lucu sekali."
Met : "Ya, lain kali kita harus menonton film seperti itu lagi."
Vee : "Hehehe."
Fian : "Teman-teman, apa kalian lapar?"
Met : "Kau memang teman yang sangat perhatian, Ya Aku sangat lapar."
Nae : "Ayo, aku juga lapar. Bagaimana denganmu, Vee?"
Vee : "Hah ya ada apa?"
Nae : "Apa kau melamun lagi?"
Vee : "Oh tidak, aku hanya sedang memikirkan film tadi, lucu sekali. Ada apa?"
Nae : "Apa kau ingin makan?"
Vee : "Tentu."
Nae : "Baiklah ayo."

Saat dalam perjalanan menuju tempat makan, Vee dan teman-temannnya bertemu dengan Sain, Dheo, dan Naap. Entah bagaimana Vee bisa bertemu dengan mereka, memang sangat kebetulan.

Sain : "HEI VEE."
Vee : "Sawatdii khap, P'Sain P'Dheo."
Fian : "Sawatdii khap, P'."
Met : "Sawatdii khap, P'."
Nae : "Sawatdii khap, P'."
Sain : "Sawatdii khap."
Dheo : "Sawatdii khap."
Sain : "Apa yang kalian lakukan disini? Apa kalian tidak masuk sekolah bersama?"
Nae : "Hehehe  Ya begitu."
Vee : "Apa yang kalian lakukan disini juga?"
Sain : "Oh kami sedang mencari sesuatu untuk merayakan ulang tahun pacarnya Dheo."
Vee : "P'Yiha?"
Dheo : "Ya benar."
Nae : "Apa perlu kami bantu?"
Dheo : "Tidak perlu, kami tidak ingin merepotkan kalian."
Nae : "Itu sangat tidak merepotkan sama sekali, Biarkan kami membantu kalian. Lagi pula aku ini wanita, aku mengerti semua tentang pacarmu itu."
Dheo : "Baiklah kalau begitu."
Met : "Tapi..."
Nae : Shut."
Sain : "Ada apa?"
Met : "Oh tidak ada apa-apa."
Vee : "P'Beam dimana?"
Dheo : "Dia sedang menemani pacarnya."

DEG. Jawaban itu membuat Vee sangat terkejut. Dia tidak percaya dengan perkataan Dheo. Dia yakin kalau Beam sudah memberikan perhatian yang lebih kepadanya. Dia juga yakin pasti Beam menyukainya. Tapi bagaimana jika semua itu benar? Bagaimana jika Beam sedang bersama pacarnya? Kalau memang itu benar, dia akan sangat kecewa dengan Beam yang sudah memberi harapan kepadanya.

Sain langsung menginjak kaki Dheo sebagai isyarat bahwa mulutnya tidak bisa diam.

Dheo : "AAWW... A-maksudku dia tidak bisa pergi dngn kita, dia sedang menemani temannya. Ya temannya."
Sain : "Ah ya, dia sedang menemani temannya, kata dia temannya sangat butuh bantuan dia untuk mencari dekorasi rumah temannya karena dia baru saja pindah ke kondominiumnya yg baru."
Dheo : "Apa yang dikatakan Sain benar, itu maksudku tadi Hehehe."
Sain : "Sudah jangan terlalu dipikirkan. Beam memang seperti itu, tidak mudah menolak jika ada yang minta bantuannya."
Vee : "Oh begitu ya, baiklah."
Sain : "Kau ini memang sangat bodoh."
Dheo : "Maaf, aku lupa."
Sain : "Ayo."
Nae : "Ayo."
Vee : "Kalian duluan saja, aku ingin ke toilet sebentar."
Fian : "Aku akan menemanimu."
Vee : "Tidak perlu, aku bisa sendiri, kau pergilah dengan mereka, beritahu aku saja nanti kalian berada dimana."
Fian : "Baiklah hati-hati."
Vee : "Aku hanya ke kamar mandi."
Fian : "Hehehe."
Sain : "Baiklah kita duluan."
Vee : "Ya."
Met : "Telepon aku jika terjadi sesuatu."
Vee : "Hmm."
Sain : "Kau perhatian sekali dengannya, mengapa denganku tidak?"
Met : "DALAM MIMPI!"
Sain : "Oit, jahat sekali."
Met : "Terserah."
Sain : "Hahaha'"

Mereka pun berpisah. Dalam perjalanan menuju toilet, Vee memikirkan apa yang Dheo katakan. Dia terus memikirkannya. Dia sangat takut jika itu semua benar.

Vee : "Bagaimana jika apa yang dikatakan P'Dheo benar? Bagaimana jika P'Beam sedang menemani pacarnya?"
Vee : Tidak, itu tidak mungkin, aku yakin P'Beam pasti hanya menyukaiku."
Vee : "Tapi bagaimana jika tidak? HUAAA AKU TIDAK AKAN KUAT MELIHATNYA."

Tiba-tiba... BRUK.

Vee : "Aduh."
Naap : "Maafkan aku, apa kau baik-baik saja."
Vee : "Ya aku tidak apa..."
Vee : "P'NAAP."
Naap : "VEE."
Vee : "Sawatdii khap, P'Naap."
Naap : "Sawatdii khap."
Naap : "Apa yang sedang kau lakukan disini?"
Vee : "Oh aku baru saja menonton dngn teman-temanku."
Naap : "Lalu dmn teman-temanmu?"
Vee : "Kami berpisah soalnya aku ingin ke toilet."
Naap : "Oh begitu."
Vee : "Ya. P'Naap sedang apa?"
Naap : "Aku hanya sedang jalan-jalan saja, bosan dirumah."
Vee : "Oohh."
Vee : Baiklah aku akan ke toilet sebentar ya, P'."
Naap : "Oh ya silahkan, aku akan menggumu."

Lalu selang beberapa menit, akhirnya Vee keluar dari kamar mandi.

Vee : "Sudah, P'."
Naap : "Aku akan mengantarmu ke teman-temanmu."
Vee : "Baiklah."

Mereka berdua berjalan bersama sambil berbincang-bincang. Tidak lama dari itu mereka berhenti di sebuah toko es krim.

Naap : "Ayo kita beli es krim."
Vee : "Tentu."
Naap : "Kau ingin es krim rasa apa?"
Vee : "Aku rasa coklat."
Naap : "Baiklah. Kami ingin membeli 1 es krim coklat dan 1 es krim vanilla."
Penjual : "Baik, tunggu sebentar."
Penjual : "Ini dia. Totalnya menjadi 8 Baht."
Naap : "Ini uangnya. Terima kasih."
Naap : "Ayo kita duduk dulu disana."
Vee : "Ya."

Mereka duduk dan menghabiskan es krimnya sambil berbincang. Saat mereka sedang asik mengobrol, tiba-tiba Vee melihat seseorang di meja dekat mereka duduk. Seseorang yang sangat tidak asing baginya, seseorang menurut dia pernah melihatnya. Dia terus memperhatikan baik-baik orang tersebut. Dan... YA, ITU P'BEAM. Benar. Itu tidak salah lagi. Itu benar-benar P'Beam. Tapi, dngn siapa dia? Seorang wanita. Siapa wanita itu.

Naap : "VEE."
Vee : "Ya, ada apa, P'?"
Naap : "Kau sedang melihat siapa?"

Saat Naap menoleh ke arah orang yang dari tadi Vee perhatikan...

Naap : "Itu kan Beam."
Vee : "Ya itu P'Beam."
Naap : "Aku akan memanggilnya agar dia bergabung dngn kita."
Vee : "TIDAK. JANGAN."
Naap : "Mengapa?"
Vee : "Tidak apa-apa. Aku hanya tidak ingin saja."
Vee : "P', itu siapa yg sedang bersama dngnnya?"
Naap : "Oh itu. Dia adalah PACAR BEAM."

DEG.

                           Bersambung

-------------------------------------------------------------------

                             Episode 4

Perkataan Naap sontak membuat Vee terdiam. 

'TIDAK MUNGKIN. INI TIDAK MUNGKIN. INI PASTI MIMPI. AKU INGIN TERBANGUN DARI MIMPIKU INI. PLEASE, BANGUNKAN AKU. AKU TAU INI PASTI HANYA MIMPI. AKU TIDAK PERCAYA SEMUA INI. AKU SUNGGUH TIDAK PERCAYA. INI TIDAK MUNGKIN TERJADI. INI TIDAK MUNGKIN TERJADI PADAKU. TIDAAAKKK!'

Naap : "Vee."
Vee : "Oh iya."
Naap : "Ada apa denganmu, Vee? Mengapa kau tiba-tiba melamun? Apa yang sedang kau pikirkan?"
Vee : "Eh aku baru ingat sesuatu. Aku harus pergi sekarang."
Naap : "Kau mau kemana?"
Vee : "Aku harus pergi, ada sesuatu yang harus aku lakukan."
Naap : "Biarkan aku mengantarmu."
Vee : "Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri."
Vee : "Terima kasih atas traktirannya, P', aku pergi dulu."
Naap : "Tapi ada apa?"

Vee langsung pergi meninggalkan Naap. Naap bingung apa yang terjadi dengan Vee.

Naap : "Ada apa dengannya? Mengapa dia sangat terburu-buru? Entahlah, mungkin dia memang melupakan sesuatu."

On the road

Vee : "AAAAAAAAAAHHHHHHHHHH! MENGAPA BEAM? MENGAPA KAU TEGA MENCAMPAKKANKU? MENGAPA? APA KESALAHANKU? APA YANG TELAH AKU PERBUAT SEHINGGA KAU MELAKUKAN INI PADAMU? MENGAPA KAU BISA SEJAHAT ITU BEAM? "
Vee : "AAAAAHHHHH! AKU BODOH AKU BODOH AKU BODOH. MENGAPA AKU BISA TERPENGARUH OLEH PERHATIANNYA? MENGAPA AKU BISA MENYUKAINYA. DIA HANYA MEMBERI PERHATIAN KEPADAMU VEE, TIDAK LEBIH. KAU ITU MEMANG PANTAS MENDAPATKANNYA KARENA KAU ITU MEMANG BODOH VEE. BODOH!"

Vee menangis sambil mengantukkan kepalanya ke stir mobil dengan sangat kesal. Apa yang dikatakan Dheo benar. Dia sangat menyesal karena telah menaruh harapan kepada Beam. Kali ini dia benar-benar sangat terjebak dalam perasaan ini. CINTA. Semua ini karena cinta. Cinta yang membuat dia menjadi seperti ini. Cinta yang membuat dia menjadi sangat terpuruk. Dia tenggelam akan CINTA untuk kedua kalinya. Sekarang dia hanya bisa menangis dan menyesal akan dirinya.

Dreeettt... Dreeettt... Dreeettt...

CALL :

Vee : "Ha-hallo."
Nae : "Vee kau dmn? Kami lelah mencari kemana-mana. Tadi kau blng hanya ke toilet. Kami khawatir dngnmu, Vee."
Vee : "Mmm-Maaf Nae, tadi aku baru ingat ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Hiks."
Nae : "Vee, apa kau menangis?"
Vee : "Hah? Tidak, aku tidak menangis."
Nae : "JANGAN BERBOHONG KEPADAKU. KATAKAN MENGAPA KAU MENANGIS? SIAPA YG MEMBUATMU MENANGIS? CEPAT KATAKAN!"
Vee : "Nae, sungguh, aku tidak menangis, aku hanya lelah saja."
Nae : "Sekarang kau ada dmn?"
Vee : "Aku sedang di jalan. Baiklah Nae, nnti akan ku telepon kau kembali. Sampai jumpa."
Nae : "Tapi..."

Tut.

Fian : "Bagaimana?"
Nae : "Dia bilang dia baru ingat ada yang harus dikerjakan olehnya."
Met : "Hah? Dikerjakan? Apa maksudmu?"
Nae : "Aku juga tidak tau. Dia langsung mematikan teleponnya saat aku bertanya dia berada dimana."
Sain : "Ada apa dengannya?"
Nae : "Entahlah, tapi tadi aku mendengar dia menangis."
Fian & Met : "HAH? MENANGIS?"
Nae : "Ya, tadi saat dia berbicara denganku dia seperti sedang menangis."
Fian : "Ada apa sebenarnya dengannya?"
Nae : "Aku juga tidak tau."
Met : "Coba kau telepon dia lagi."
Nae : "Tunggu sebentar."

Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi

Nae : "HP dia tidak aktif."
Fian : "Apa yang terjadi dengannya? Aku sangat khawatir. Aku takut terjadi sesuatu dengannya. Bagaimana ini?"
Dheo : "Tenanglah dulu."
Fian : "Bagaimana aku bisa tenang. Temanku sedang dalam masalah dan kau menyuruhku untuk tenang? HAH?"
Dheo : "Oy."
Met : "P'Dheo benar, sebaiknya kita tenang dulu. Kita belum tau apa yg terjadi dengannya. Kita tunggu kabar selanjutnya saja darinya. Dia juga sudah bilang kalau dia akan menghubungi kita lagi."
Fian : "Huft. Maafkan aku, P', aku terlalu terbawa suasana."
Dheo : "Tidak apa, aku juga mengerti perasaanmu. Aku juga akan bereaksi seperti itu jika temanku berada dalam masalah."
Sain : "Lebih baik kita pulang saja. Jangan memperburuk keadaan."
Nae : "Ya baiklah."
Sain : "Met, kau pulang naik apa?"
Met : "Aku pulang dengan..."
Nae : "Dia sendiri. Ya dia sendiri. Katanya mungkin dia akan naik taksi."
Sain : "Mengapa kau tidak bareng dengan kami?"
Met : "Kapan aku meng..."
Nae : "Ya tentu saja. Dia akan pergi bersamamu jika kau tidak keberatan."
Met : "Naeeeee."
Sain : "Tidak, itu sama sekali tidak keberatan, lagi pula rumahku searah dngn rumahmu."
Met : "Tapi..."
Nae : "Baiklah, terima kasih, P'Sain P'Dheo."
Sain : "Ya tidak masalah. Fian, kau tidak ingin pulang bersama dengan kita juga?"
Fian : "Oh tidak, P', aku akan pulang bersama Nae. Dia wanita, aku tidak ingin dia pulang sendirian."
Nae : "Mmm aku sayang sekali dngnmu, Fian. Kau memang sangat perhatian."
Sain : "Baiklah kita akan pulang sekarang. Sampai jumpa. Hati-hati di jalan."
Nae : "Tentu. Tolong jaga temanku dengan baik ya, P'. Hati-hati dengannya, terkadang dia sangat agresif."
Sain : "Hahaha tenang saja, aku akan menjaganya dengan sebaik mungkin."
Met : "Apa yang kalian bicarakan?"
Sain : "Oh tidak ada. Ayo."

Dheo : "Terima kasih, kawan."
Sain : "Ya tidak masalah."
Dheo : "Aku masuk duluan. Kalian hati-hati di jalan."
Met : "Ya terima kasih, P'."
Dheo : "Hmm."

Dalam perjalanan

Sain : "Sebenarnya apa yang terjadi dengan Vee?"
Met : "Aku juga tidak tau, belakangan ini dia terlihat sedikit berbeda dari biasanya."
Sain : "Apakah ada sesuatu yang membuatnya seperti ini?"
Met : "Aku tidak tau, tapi semenjak dari cafe malam itu, dia mulai bersikap aneh."
Sain : "Maksudmu?"
Met : "Ya malam itu di cafe aku berbicara tentang masalah dia dengan Pad. Mungkin sejak obrolan kita tersebut."
Sain : "Apakah ini ada kaitannya dengan Pad?"
Met : "Kupikir begitu, tapi aku juga tidak yakin."
Sain : "Bagaimana jika kita mencari tau apa yang sebenarnya terjadi."
Met : "Kita?"
Sain : "Ya kita, kau dan aku, memang siapa lagi."
Met : "Tidak tidak, aku tidak mau melakukan hal tersebut, terlebih lagi itu denganmu."
Sain : "Apa kau tidak ingin tau apa yang terjadi dengan temanmu?"
Met : "Aku mau, sangat mau, tapi tidak denganmu."
Sain : "Ayolah, aku hanya ingin membantu."
Met : "Tidak usah campuri urusanku dan teman-temanku. Urus saja urusanmu."
Sain : "Mengapa kau sangat tidak acuh denganku?"
Met : "Aku tidak peduli."
Met : "Rumahku di depan."
Sain : "Hmm."

Met : "Terima kasih atas tumpangannya."
Sain : "Ya sama-sama."
Sain : "Tunggu."
Met : "Ada apa lagi?"
Sain : "Boleh aku meminta ID LINE mu?"
Met : "Untuk apa?"
Sain : "Ya siapa tau aku mengetahui sesuatu tentang Vee, jd aku bisa langsung menghubungimu."
Met : "Kau bisa langsung menemuiku."
Sain : "Bagaimana aku tau keberadaanmu nanti?"
Met : "Alasan."
Sain : "Kau selalu saja negative thinking denganku. Niatku hanya untuk membantu kalian saja."
Met : "Terserah kau saja. Berikan HP mu!"
Sain : "Ini."
Met : "Sini."
Sain : "Bisakah kau bersikap lembut denganku sekali saja?"
Met : "Tidak. Ini."
Sain : "Huh. Terima kasih. Baik aku pulang sekarang."
Met : "Ya. Hati-hati."
Sain : "Apa kau mengkhawatirkanku?"
Met : "Tidak sama sekali. Pergilah."
Sain : "Dasar jahat."
Met : "Hanya padamu."

01:46 am

'Spicy NightClub'

Vee : "Berikan aku minuman."
Waiter : "Tunggu sebentar, tuan."
Waiter : "Ini dia, Tuan."

Vee menghabiskan malamnya di sebuah kelab. Ia sudah minum 3 botol alkohol. Ia sangat frustasi atas apa yang terjadi. Saat ia masih minum, tiba-tiba seorang pria menghampirinya. Pria dengan paras lokal, berkulit sawo langsat, dan sepertinya terlihat seperti pria berkelas.

Dham : "Sepertinya tempat duduk ini kosong, boleh aku duduk disini?"
Vee : "Hah? Oh ya silahkan."
Dham : "Terima kasih."
Vee : "Ya."

Vee melanjutkan minum tanpa menghiraukan pria yang berada di sampingnya. Lalu, pria disebelahnya mulai membuka percakapan.

Dham : "Sendiri?"
Vee : "Kau bertanya padaku?"
Dham : "Tentu saja, kepada siapa lagi aku bertanya."
Vee : "Oh iya aku sendiri."
Dham : "Aku Dham."
Vee : "Aku Vee."
Dham : "Sudah sering ke tempat ini?"
Vee : "Tidak juga, tapi aku pernah kesini sebelumnya."
Dham : "Jangan terlalu banyak minum Tequila, itu sangat berat. Lebih baik kau minum Wisky, Wisky disini sangat berkelas, kau harus mencobanya."
Vee : "Tapi aku ingin minum ini, biarkan aku minum."
Dham : "Cukup."
Vee : "KAU PIKIR KAU SIAPA MENYURUHKU UNTUK BERHENTI MINUM? HAH?"

Vee berteriak sangat keras sehingga membuat semua orang yang ada di kelab melihat ke arah mereka berdua.

Dham : "Tenanglah. Duduk dulu."
Dham : "Aku minta maaf kalau terlalu berlebihan."
Vee : "Huft. Ya tidak apa, aku juga minta maaf karena sudah berteriak kepadamu, P'."
Dham : "Panggil aku Dham saja."
Vee : "Aku minta maaf, Dham."
Dham : "Ya tidak apa."
Dham : "Apa kau sedang ada masalah?"
Vee : "Tidak, aku hanya sedang lelah saja dengan aktivitasku yang padat."
Dham : "Apa ini karena CINTA?"
Vee : "Sungguh, ini bukan masalah serius, aku hanya lelah saja."
Dham : "Cerita saja denganku, tidak perlu malu, aku sudah biasa menghadapi hal seperti ini. Mungkin aku bisa membantumu."
Vee : "Apa kau tau? CINTA ITU BODOH. Semua orang hanya membuang-buang waktunya hanya untuk mencintai seseorang yang nanti akan menyakiti mereka. DASAR BODOH. BODOH. BODOH. BODOOOHHH!"
Dham : "Tenanglah, tenang, aku tau kau pasti sangat sakit hati sekarang. Tapi kau harus tenang."
Vee : "Hiks... Hiks... Hiks..."
Vee : "Apa salahku sampai dia menyakitiku? Hiks."
Dham : "Nangislah, keluarkan semuanya."
Vee : "AAAAAHHHHH! Hiks... Hiks... Hiks..."

Vee menangis dalam pelukan Dham. Ia meluapkan semua emosinya. Ia menangis dan terus menangis, sampai ia tertidur dalam pelukan Dham.

08:01 am

Vee : "Hoaaamm."
Vee : "Hah? Dimana aku?"

Saat Vee terbangun ia terkejut karena melihat kamarnya yg berbeda. Ya, ini bukan kamarnya. Ia heran dan bingung ada dimana dia sekarang. Dia langsung beranjak dari kasur dan langsung keluar dari kamar. Ia melihat sekeliling ruangan yang sangat jelas tidak pernah ia jumpai. Ia mencari sosok pemilik rumah tersebut. Ia menoleh saat ada yang memanggilnya.

Dham : "Kau sudah bangun? Ayo duduk, aku sudah membuatkanmu sarapan."
Vee : "Ada dimana aku?"
Dham : "Yang jelas bukan rumahmu atau temanmu dan yang pasti kau tidak pernah kesini sebelumnya."
Vee : "Ya kau benar. Ini rumahmu?"
Dham : "Begitulah."
Vee : "Sangat bersih dan rapi. Kau tinggal sendiri?"
Dham : "Untuk saat ini."
Vee : "Huumm... Kau menatanya dengan sangat apik, aku kagum denganmu."
Dham : "Kau ingin sarapan atau hanya mengoreksi rumahku saja?"
Vee : "Hehehe ya baiklah."

Dham : "Sebenarnya ada apa denganmu semalam?"
Vee : "Huft. Tidak ada, hanya masalah CINTA saja."
Dham : "Aku juga pernah sakit hati sama sepertimu, bahkan benar-benar sama. Aku jatuh cinta dngn seseorang, tapi orang tersebut mengkhianatiku dan aku sangat terpuruk saat itu sampai aku ingin bunuh diri. Tetapi aku berpikir lagi, untuk apa aku sesali semua itu, untuk apa aku tangisi semua itu, untuk apa aku pikirkan itu, sedangkan orng tersebut tidak memikirkan perasaan kita lagi dan tidak memperdulikan apa yg terjadi dengan kita. So, aku mulai bangkit lagi, aku mulai intropeksi diri apa kesalahan aku dan berubah untuk menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Dan sekarang, lihat aku, aku sudah lebih baik dan lebih bahagia sekarang."
Vee : "Kau benar, kau terlihat sangat bahagia seperti tidak pernah terkena masalah."
Dham : "Kau perlu tau ini, walaupun kau sedang sedih, tapi kau harus tetap ingat bahwa semua itu pasti akan berakhir dan kau bahagia lagi, tapi semua itu tidak begitu saja, kau yg harus mengubah semua itu. Ingat itu."
Vee : "Terima kasih, Dham, aku akan ingat itu."
Dham : "Dan satu lagi, jangan lupa tersenyum."
Vee : "Iya hehehe."
Dham : "Oh iya, habis ini kau akan kemana?"
Vee : "Mungkin aku akan pulang."
Dham : "Bersiaplah, aku akan mengantarmu."
Vee : "Tidak perlu, aku akan pulang sendiri."
Dham : "Aku akan pergi suatu tempat juga, jadi kita bisa pergi bersama."
Vee : "Baiklah."

Ting.

LINE GROUP :

Fian : Vee kau dimana?
Fian : Ibumu meneleponku semalam.
Fian : Apa kau tidak pulang semalam?
Fian : Kau ada dmn?
Fian : Vee.
Fian : @Vee
Fian : @Vee
Fian : @Vee
Fian : @Vee
Fian : @Vee
Nae : APA? VEE TIDAK PULANG?
Fian : Iya, Ibunya bertanya padaku, Ibunya mengira Vee menginap denganku.
Nae : "Bagaimana bisa?
Nae : @Vee kau dimana? Mengapa kau tidak pulang?
Nae : VEE.
Met : Ada apa pagi-pagi begini?
Nae : Vee tidak pulang semalam.
Met : Memang dia ada dimana?
Nae : HEH BODOH, klo kita tau, kita tidak akan seperti ini.
Met : Hahaha Maaf aku lupa.
Nae : 😑
Met : Jadi sekarang bagaimana?
Nae : Ayo kita mencarinya, kita berkumpul di Tartine Cafe.
Fian : Kita mau mencarinya kemana? Dia saja tidak mengangkat telepon dariku.
Nae : Kau benar.
Met : Lebih baik kita menunggu kabar darinya saja.
Fian : Bagaimana jika dia tetap tidak mengabari kita?
Met : Tenang saja, dia pasti akan mengabari kita, kau terlalu khawatir.
Fian : Ya baiklah.
Fian : Kabari kami.
Fian : @Vee
Nae : @Vee
Met : @Vee

10:20 am

Dalam perjalanan

Dham : "Rumahmu dimana?"
Vee : "Shukumvit Road."
Dham : "Benarkah? Pas sekali, aku juga akan melewatinya, aku akan pergi ke Silom."
Vee : "Untuk apa kau kesana?"
Dham : "Aku ingin menemui kakakku."
Vee : "Ooohhh."
Dham : "Dia sangat liar, jadi ayah dan ibuku menyuruh agar aku selalu menemuinya dan melihat kabarnya."
Vee : "Orang tua kalian sangat Over Protective ya? Hehehe."
Dham : "Ys begitulah."
Vee : "Rumahku ada di depan."
Dham : "Baiklah."

Vee : "Terima kasih atas semuanya."
Dham : "Tentu."
Vee : "Aku akan masuk sekarang."
Dham : "Ya."
Vee : "Sampai jumpa."
Dham : "Sampai jumpa."

Dham : "TUNGGU."
Dham : "Ah sial, aku lupa meminta ID LINE- nya."

Vee : "Aku pulang."
Ibu Vee : "Kau dari mana saja, sayang?"
Ayah Vee : "VEE, KEMARI!"
Ibu Vee : "Pergilah."
Vee : "Ada apa ayah?"
Ayah Vee : "Ayah mendapat telepon dari sekolahmu, katanya kau sudah 3 hari tidak hadir, dari mana saja kau?"
Vee : "Aku lelah ayah, aku ingin istirahat."
Ayah Vee : "JANGAN UBAH TOPIK PEMBICARAAN."
Vee : "AKU LELAH, AKU INGIN TIDUR."

Vee langsung pergi ke kamarnya dan membanting pintu.

Ayah Vee : "VEE. VEE."
Ibu ayah : "Sudahlah, kau jangan terlalu keras dengannya."
Ayah Vee : "Tapi dia sudah 3 hari tidak masuk, ini tidak semudah itu."
Ibu Vee : "Aku tau. Biarkan dia istirahat dulu, setelah itu baru kita bisa berbicara dengannya baik-baik."
Ayah Vee : "Aku akan berangkat ke kantor. Katakan padanya untuk bersekolah besok."

LINE GROUP :

Vee : 😈
Nae : DASAR SIALAN.
Nae : DARI MANA SAJA KAU KEMARIN?
Nae : KAU TAU KITA MENCARIMU KEMANA-MANA, KAU TAU ITU.
Nae : KAU ITU MEMANG SELALU SEPERTI INI, MEMBUAT KITA KHAWATIR.
Vee : Maafkan aku, tapi ada sesuatu mendadak yg membuatku harus segera pergi.
Fian : Seharusnya kau bilang jika ingin pergi dan beritahu lokasimu, jadi kita tidak khawatir seperti ini.
Vee : Aku minta maaf.
Vee : Itu sangat mendadak.
Vee : Baterai HP ku juga habis, jadi aku tidak bisa menghubungi kalian.
Met : Alasan.
Vee : Selalu seperti itu.
Met : Hahaha.
Met : Baiklah.
Met : Bagaimana jika malam ini kita berkumpul, aku sangat bosan sekarang.
Vee : Tentu.
Vee : Aku akan mengirim lokasi ke kalian.
Fian : Hei, kau baru saja pulang dan sekarang kau ingin pergi lagi? Tidak tidak.
Vee : Ayolah. Hanya sebentar saja.
Fian : Tidak.
Vee : Ayolah.
Met : Biarkan saja, Fian. Dia bersama dengan kita.
Fian : Terserah kalian saja.
Vee : Aku sayang padamu 😘
Fian : 🤐
Nae : Ada apa?
Met : Jangan banyak bertanya, ikut saja.
Nae : 😤

LINE :

Beam : Hei, Vee.
Beam : Sudah lama kita tidak bertemu.
Beam : Akhir-akhir ini aku sangat sibuk dengan tugasku.
Beam : Dan aku juga sedang membantu adikku yang akan pindah.
Beam : Kau kemana saja?
Beam : Hari ini aku akan pergi ke Bar, apa kau akan kesana juga?
Beam : P
Beam : P
Beam : P
Beam : P
Beam : P
Beam : Hubungi aku jika kau ingin kesini juga.

Vee sengaja tidak membaca dan membalas pesan dari Beam. Ia tidak ingin berurusan lg dngn pria playboy sepertinya.Tapi...

'Kau harus membalas perbuatan mereka. Kau harus membuat mereka membayar apa yang telah mereka lakukan padamu. Jangan biarkan mereka menghilangankan jejak dan pergi begitu saja tanpa rasa bersalah. Kau harus membuat mereka meminta maaf dan tunduk kepadamu. Apapun dan bagaimana pun caranya, Jangan pernah lepaskan mereka. INGAT ITU!'

Perkataan tersebut tiba-tiba muncul dalam pikiran Vee, perkataan yang ia dengar dari seseorang.
Vee : "YA, ITU ADALAH TUJUAN."

LINE GROUP :

Vee : Teman-teman, sepertinya malam ini aku tidak bisa datang.
Nae : Ada apa? Kau yang mengajak kami, tp kau yg membatalkannya.
Met : TIDAK BISA.
Fian : Ada apa lagi, Vee?
Vee : Aku harus pergi ke suatu tempat malam ini.
Nae : Kau tega sekali.
Fian : Jika kau ingin pergi, kirim lokasi kemana kau akan pergi dan beritahu kami jam berapa kau akan pulang agar kami tidak perlu khawatir.
Vee : Aku hanya akan bertemu seseorang.
Met : SIAPA?
Fian : SIAPA?
Nae : SIAPA?
Vee : Seseorang yang baru saja kenal kemarin.
Nae : Jadi, kemarin kau menghilang karena berkencan dengan seseorang? Mengapa kau tidak memberitahuku, aku ingin melihatnya 😍.
Vee : Aku sudah bilang, kemarin aku tidak bisa mengabari kalian karena baterai ponselku habis.
Vee : Baiklah, aku pergi sekarang.
Met : Kau akan pergi sekarang?
Vee : Ya.
Fian : Tunggu Vee, kirim lokasimu dulu.
Fian : Vee.
Fian : Vee.
Fian : Huft.
Met : Biarkan saja, kita saja yg pergi, bagaimana?
Fian : Aku tidak akan pergi jika Vee tidak ada.
Nae : Aku tidak akan pergi juga.
Met : Hei, mengapa kalian menjadi sepeti Vee?
Nae : Met, dengarkan aku. Jika Fian tidak ada, siapa yang akan mengantarku pulang nnti? Kau? Mustahil, aku yakin kau juga tidak akan bisa pulang.
Nae : Sudahlah, lupakan untuk pergi hari ini, kita akan pergi lain hari.
Met : Terserah kalian saja.

LINE :

Vee : Aku akan pergi ke suatu tempat.
Beam : Apa kau mau aku antar?
Vee : Jika kau tidak keberatan.
Beam : Tentu saja tidak.
Vee : Baiklah.
Beam : Kau mau aku jemput jam berapa?
Vee : Jam 20:00 pm.
Beam : Baiklah, aku akan bersiap sekarang.
Vee : Itu masih lama.
Beam : Tapi aku akan bersiap dari sekarang, aku harus terlihat sempurna di depanmu 555.
Vee : 😅
Vee : Baiklah, aku akan bersiap juga.
Beam : Baik.

'KAU BENAR, KAU HARUS MEMPERSIAPKAN DIRI. LIHAT SAJA NANTI'

Bersambung

-------------------------------------------------------------------

                            Episode 5

19:58 pm

Beam telah sampai di rumah Vee dan Vee sudah menunggu di depan rumahnya dari sekitar 15 menit yang lalu.

Beam : "Sudah lama menunggu?"
Vee : "Tidak juga."
Beam : "Ayo."
Vee : "Ya."
Beam : "Kita akan kemana?"
Vee : "Aku akan pergi ke Spicy NightClub, aku akan menemui seseorang."
Beam : "Baiklah."

Beam : "Vee."
Vee : "Ya?"
Beam : "Mengapa belakangan ini kau tidak hadir di sekolah? Aku juga sudah lama tidak melihatmu. Apa kau sakit?"
Vee : "Oh tidak, aku dengan temanku hanya lelah dengan pelajaran di sekolah, jadi kami memutuskan untuk refreshing."
Beam : "Oohh pantas saja aku tidak melihatmu akhir-akhir ini."
Vee : "Ya."

Setelah berbincang lama, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

20:43 pm

'Spicy NightClub'

Dham : "Vee, kemarilah."
Vee : "Ya."
Beam : "Kau ingin bertemu dengannya?"
Vee : "Ya, aku ingin membicarakan sesuatu dengannya. Ayo P'Beam."
Beam : "Hmm kau duluan saja, aku akan ke toilet sebentar."
Vee : "Baiklah."

'INI SAATNYA'

Dham : "Ada apa kau kesini, Vee?"
Vee : "Aku ingin meminta bantuanmu."
Dham : "Apa itu?"
Vee : "Apa kau mempunyai suatu ruangan khusus disini?"
Dham : "Ya, ada, untuk apa?"
Vee : "Aku akan memberikan kejutan untuk temanku dan aku membutuhkan ruangan khusus untuk itu."
Dham : "Oohh baiklah aku akan menyiapkan ruangan tersebut untukmu."
Vee : "Terima kasih, Dham."
Dham : "Tidak masalah."

Tidak lama Beam setelah itu Beam datang.

Beam : "Dimana temanmu?"
Vee : "Ada yang harus dia kerjakan."
Beam : "Oohh."
Vee : "Minumlah dulu, P'."
Beam : "Ya."

Mereka berdua berbincang dan minum-minum. Beam terlihat sudah sangat mabuk sampai akhirnya Dham kembali.

Dham : "Tempatnya sudah aku siapkan."
Vee : "Terima kasih, Dham, aku berhutang padamu."
Dham : "Kau bisa membayarnya lain kali Hahaha."
Vee : "Hahaha."
Dham : "Baiklah aku pergi dulu, ada yang harus aku kerjakan lagi."
Vee : "Hmm."
Vee : "P', ikutlah denganku."
Beam : "Kemana?"
Vee : "Aku ingin memberimu sesuatu yang tidak bisa kau lupakan."
Beam : "Benarkah? Jadi kau mengajakku kesini untuk memberi sesuatu?"
Vee : "Bisa dibilang seperti itu."
Beam : "Kau lucu."
Vee : "Hehehe."
Vee : "Tapi kau harus menutup matamu terlebih dahulu?"
Beam : "Untuk apa?"
Vee : "Turuti saja."
Beam : "Ok."

Vee mengajak Beam yang sudah setengah mabuk ke tempat yang telah disiapkan Dham. Sesampainya diruangan tersebut...

Vee : "Kau boleh membukanya sekarang."

Saat Beam membuka tutupan matanya, dia terkejut dengan sebuah ruangan yang sangat romantis di depan matanya.

Beam : "WOOOW, kau yang menyiapkan semua ini?"
Vee : "Sebenarnya aku meminta bantuan temanku untuk menyiapkannya."
Beam : "Kau sangat romantis, Vee."
Vee : "Hehehe."
Beam : "Apakah semua ini untukku?"

Vee mendekatkan dirinya pada Beam dan berbisik kepadanya.

Vee : "YA, TENTU SAJA SEMUA INI UNTUKMU. TERIMA KASIH KARENA TELAH MEMBUATKU MENJADI SEPERTI INI."

BIIIIIIIIIIP.

Seketika semua menjadi gelap.

5 menit

25 menit

2 jam

4 jam

16 jam

32 jam

64 jam

72 jam

22:35 pm

'Bumrungrad Internasional Hospital'

Dheo : "Sudah 3 hari, tapi keadaan Beam masih belum membaik juga."
Sain : "Vee, sebenarnya apa yang terjadi dengan kalian?"
Vee : "Aku tidak tau, aku juga tidak sadarkan diri waktu itu."
Dheo : "WHAT THE FU..."
Sain : "DHEO."
Dheo : "ARRGGGHHH."
Vee : "Aku minta maaf, P'."
Dheo : "YA, KAU HARUS MEMINTA MAAF PADA BEAM. SAAT BEAM SADAR KAU HARUS MERENDAHKAN DIRIMU SERENDAH-RENDAHNYA. AKU TIDAK MAU TAU!"
Sain : "DHEO. Kau terlalu berlebihan."
Dheo : "Aku tidak peduli. Aku seperti ini karena aku khawatir dengan sahabatku."
Sain : "Vee, sebaiknya kau pulang saja, ini sudah malam."
Vee : "Tidak apa, P', aku akan menja..."
Dheo : "TIDAK! AKU YANG AKAN MENJAGANYA. AKU TIDAK INGIN TERJADI SESUATU LAGI DENGANNYA."
Sain : "Kau pulang saja, biarkan kita yang menjaganya. Kau sudah 3 hari menjaganya."
Vee : "Baiklah."
Dheo : "VEE. JANGAN LUPA DENGAN PERKATAANKU TADI, SAAT BEAM SADAR KAU HARUS MERENDAHKAN DIRIMU SERENDAH-RENDAHNYA DI HADAPAN BEAM. INGAT ITU!"
Sain : "Biarkan aku mengantarmu sampai depan."

Mereka berdua berjalan sambil berbicang-bincang tentang masalah yang menimpa Beam dengan Vee.

Sain : "Aku minta maaf atas nama Dheo, dia terlalu terbawa suasana."
Vee : "Tidak apa, aku mengerti."
Vee : "Baiklah aku pulang sekarang."
Vee : "Sampai jumpa."
Sain : "Sampai jumpa."
Sain : "Hati-hati di jalan."
Vee : "Ya."

'AKU TIDAK AKAN MELUPAKAN PERKATAANMU ITU DHEO. KAU YANG MENGINGINKAN SEMUA INI TERJADI.'

Sain : "Dheo, bisakah kau menjaga Beam untukku?"
Dheo : "Kau selalu seperti ini, Sain."
Sain : "Ayolah, malam ini saja."
Dheo : "Temanmu sedang sakit dan kau ingin berkencan di luar sana? Kau memang tidak punya harga diri."
Sain : "Ayolah, hanya sebentar saja."
Dheo : "Terserah kau saja."
Sain : "Kau memang sahabatku, Dheo. Muach."
Dheo : "Shia. Menjijikan."
Sain : "Sampai jumpa."
Sain : "Huft."
Sain : "Cepatlah kau sadar Beam, aku ingin mendengar kebenaran dari kejadian tersebut. Aku yakin semua ini pasti ada kaitannya dengan Vee."

LINE :

Sain : P.
Met : Hmm?
Sain : Ikutlah denganku.
Met : HAH? Kemana?
Sain : Tidak usah banyak bertanya.
Met : Aku tidak akan menemuimu.
Sain : Benarkah?
Met : Ya.
Sain : Tetapi aku sudah di depan rumahmu, tidal mungkin aku pulang lagi.
Met : HAH?

Met : "Apa yang kau lakukan disana?"
Sain : "Aku ingin mengajakmu makan malam."
Met : "Di tengah malam sepeti ini? Apa kau gila?"
Sain : "Ayolah, temani aku makan, hanya sebentar saja."
Met : "Huft. Tunggu sebentar."

15 menit kemudian

Met : "Kita akan kemana?"
Sain : "Aku akan mengajakmu ke tempat makan favoritku."
Met : "Mengapa harus bersamaku?"
Sain : "Dheo sedang menjaga Beam dan Naap sedang mengunjungi Orang tuanya. Jadi, aku mengajakmu."
Met : "Hmm kau memang pintar mencari alasan."
Met : "Oh ya, bagaimana keadaan P'Beam?"
Sain : "Masih sama, belum ada perubahan."
Met : "Dan Vee?"
Sain : "Dia sudah pulang, tadi aku menyuruhnya untuk pulang dan beristirahat."
Met : "Bagus. Aku tidak ingin terjadi dengan Vee juga. Jika terjadi sesuatu dengannya, aku tidak akan memaafkanmu."
Sain : "Tenang saja, aku akan menjaganya untukmu."
Met : "Maksudmu?"
Sain : "Ah-tidak lupakan saja, aku hanya asal bicara."
Met : "Dasar aneh."

'Go Ang Pratunam'

Sain : "Ini adalah tempat favoritku. Makanan disini sangat enak, kau akan menyukainya."
Met : "Terserah kau saja."
Sain : "Kau harus mencoba Chiken Rice disini, benar-benar sangat enak."
Met : "Kau terlalu mengekspresikannya secara berlebihan."
Sain : "Tapi memang sangat enak. Sungguh."
Waiter : "Bisa saya catat pesanan anda?"
Sain : "Aku ingin memesan 1 Chicken Rice dengan 1 Cola. Kau ingin memesan apa, Met?"
Met : "Aku akan makan apa yang kau makan."
Sain : "Humm baiklah kalau begitu 2 Chicken Rice dengan 2 Cola."
Met : "Tidak. Kita tidak akan meminum Cola, berikan kita 2 Orange Juice."
Waiter : "Baiklah, tunggu sebentar."
Met : "Terima kasih."
Sain : "Tapi tadi kau bilang akan memesan apa yang aku pesan."
Met : "Cola tidak baik untukmu, lebih baik kita minum Orange Juice."
Sain : "Okay."

Setelah menunggu beberapa menit menggu, akhirnya makanan pun tersaji di meja mereka.

Waiter : "2 Chicken Rice dengan 2 Cola. Silahkan menikmati."
Sain : "Terima kasih."
Met : "Terima kasih."
Sain : "Cobalah. Aku akan menyuapimu."
Met : "Tidak perlu, aku bisa makan sendiri."
Sain : "Jangan membantah dan buka mulutmu."

Sain menyuapinya dan Met membuka lebar mulutnya agar makanannya dapat masuk dengan sempurna. Haaaaap. Satu suapan telah masuk ke dalam mulut Met.

Sain : "Bagaimana?"
Met : "Mmm kawu bewnaw, ini sangat ewnak."
Sain : "Telan dahulu makananmu sebelum berbicara."
Met : "Kau benar, ini sangat enak."
Sain : "Aku sudah bilang."
Met : "Aku akan sering datang kesini."
Sain : "Kalau begitu kita akan sering bertemu."
Met : "Mengapa begitu?"
Sain : "Karena aku akan sering mengantarmu kesini."
Met : "Tidak perlu, aku bisa datang sendiri."
Sain : "Apa salahnya, aku sudah sering kesini dan kita bisa pergi bersama."
Met : "Terserah, aku mau melanjutkan makan."

Setelah sekitar 1 jam mereka makan dan berbicara, mereka langsung bergegas untuk pulang karena hari sudah sangat larut. Di dalam mobil mereka berbincang-bincang tentang Universitas yang akan mereka pilih untuk melanjutkan pendidikan dan juga jurusan yang akan mereka ambil nanti di Universitas. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Met karena jarak yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya.

Met : "Terima kasih untuk hari ini."
Sain : "Ya tidak masalah, lain kali aku akan mengajakmu ke tempat-tempat favoritku yang lain."
Met : "Aku akan menagih janjimu itu."
Sain : "Tentu saja."
Met : "Apa kau ingin mam..."
Sain : "Boleh."
Met : "Kau sudah merencanakannya dari awal."
Sain : "Hahaha."
Met : "Cepatlah kalau kau ingin masuk sebelum aku menutup pintuku."
Sain : "Baik."

Setelah memasuki rumah, Sain langsung melihat sekeliling serta memperhatikan secara rinci tiap sudut ruangan dan barang-barang rumah Met. Semua terlihat tertata rapi tanpa ada sedikit pun yang berserakan, bahkan Sain berpikir debu saja akan gengsi jika memasuki rumah ini. Mereka menulusuri ruangan demi ruangan, dan sampai di ruangan terakhir, kamar Met. Nuansa putih dan abu-abu menyelimuti ruangannya. Kamar minimalis dengan meja belajar, ah lebih tepatnya meja kerja, rak buku yang dia atur sedemikian rupa, dan jendela dengan pemandangan taman miliknya yang sepertinya Met tanam sendiri terkesan sangat asri dan nyaman, sangat worth it untuk ditinggali.


Sain : "Kau menjaga rumah ini dengan sangat baik."
Met : "Aku diajarkan orang tuaku untuk selalu terlihat rapi dan bersih, dan itu membuatku menjadi sangat risih jika melihat sesuatu yang berantakan dan kotor."
Sain : "Aku juga diajarkan seperti itu dengan orang tuaku, tapi aku tetap saja berantakan."
Met : "Itu artinya otak mu yang tidak beres."
Sain : "Sialan kau."
Met : "Hahaha."

Di meja belajar, ah meja kerja terdapat foto Met dengan teman-temannya.

Sain : "Sepertinya kau sangat terobsesi dengan teman-temanmu itu."
Met : "Mereka sahabatku, sudah sangat lama kami berteman, aku sudah menganggap mereka seperti keluarga keduaku. Maka dari itu aku tidak bisa melihat mereka sedih, aku ingin mereka bahagia. Apapun akan aku lakukan agar mereka bahagia. Bahkan aku rela mengesampingkan kebahagiaanku untuk mereka."
Sain : "Kau juga harus memperhatikan dirimu, kau juga perlu bahagia, kau harus mencari pasangan agar kau bahagia, tidak hanya kau saja, aku yakin teman-temanmu juga akan bahagia."
Met : "Entahlah, untuk saat ini kebahagiaan mereka adalah prioritasku."
Sain : "Tatap aku."

Mereka saling bertatapan satu sama lain.

Sain : "Aku mengerti, tapi kau juga harus memikirkan dirimu juga, karena bagaimanapun kau itu harus menjalani kehidupan seperti yang lain. Jadi, jangan menghambat kebahagiaanmu sendiri, okay?"
Met : "Terima kasih, Met. Hiks."

Air mata Met jatuh begitu saja, dia tidak dapat menahan air matanya yang dari tadi ia tahan agar tidak menetes. Tidak sadar tenyata Met sudah memeluk Sain. Ia melepaskan semua bebannya dalam pelukan Sain. Ini pertama kalinya Met bisa melepaskan semua beban hidupnya, beban yang ia tahan selama ini, beban yang ia tutupi dari semua sahabatnya. Ia lakukan semua itu agar teman-temannya tidak khawatir dengan keadaannya, ia tidak ingin membuat khawatir teman-temannya. Setelah ia sadar sudah berada di pelukan Sain, ia langsung melepaskan pelukannya dan segera menghapus air matanya.

Met : "Eee maafkan aku, sepertinya kau harus pergi sekarang."
Sain : "Tapi..."
Met : "Pergilah."

Met mendorong dan membawa Sain sampai depan rumahnya.

Met : "Maafkan aku, tapi aku ingin beristirahat. Terima kasih atas semuanya."
Sain : "Tunggu."

Bruuuk.

Met langsung menutup pintunya tanpa memperdulikan balasan dari Sain.

Met : "Aku minta maaf, P'Sain, aku butuh ruang sendiri untuk memikirkan semuanya. Hiks."

Sain : "Ada apa dengannya? Huft. Aku akan membiarkannya sendiri dulu. Dia butuh waktu untuk sendiri."

Setelah itu Sain langsung menyalakan mobilnya dan pergi menuju rumah sakit.

02:15 am

'Bumrungrad Internasional Hospital'

Yiha sampai di rumah sakit dan segera mencari kamar yg dihuni Beam untuk melihat keberadaan Beam dan Dheo.

Yiha : "Sayang."
Dheo : "Hai sayang, kau baru tiba?"
Yiha : "Ya, aku baru saja tiba. Bagaimana keadaan Beam?"
Dheo : "Belum ada perubahan."
Yiha : "Huft. Sain dimana?"
Dheo : "Sedang bersenang-senang dengan pacar barunya itu."
Yiha : "Dengan keadaan Beam yang seperti ini? Bagaimana bisa?"
Dheo : "Tenanglah, aku yang menyuruhnya untuk bersantai, dia sudah 3 hari menjaga Beam, dia terlihat sangat lelah, makanya aku menyuruh dia untuk bersantai."
Yiha : "Kau juga terlihat sangat lelah, sayang."
Dheo : "Tidak juga."
Yiha : "Apa kau sudah makan?"
Dheo : "Belum."
Yiha : "Kau makanlah dulu, biarkan aku menjaga Beam untukmu. Aku membawakan makanan untukmu."
Dheo : "Nanti saja."
Yiha : "Aku tidak ingin kau sakit juga karena itu akan merepotkan aku dan Sain nanti."
Dheo : "Hehehe baiklah. Tolong jaga dia untukku."
Yiha : "Ya."

Dheo pergi meninggalkan Yiha dan Beam menuju kantin rumah sakit yang berada di lantai bawah, tepatnya 1 lantai setelah basement. Sementara itu.

Vee : "Maaf."
Yiha : "Ya, ada apa? Eh, bukannya kau Vee, kan?"
Vee : "Iya benar."
Yiha : "Aku Yiha, pacarnya Dheo."
Vee : "Ya, Dheo sudah memberitahuku."
Yiha : "Dheo juga memberitahu banyak tentangmu. Kau sedang apa disini?"
Vee : "Aku ingin mengambil baju gantiku yang tertinggal disini."
Yiha : "Oh begitu, masuklah."
Vee : "Terima kasih, P'."
Vee : "Dimana P'Dheo?"
Yiha : "Dia sedang makan di bawah."
Vee : "Di jam seperti ini? Apakah kantinnya masih buka?"
Yiha : "Kurasa tidak, makanya aku membawakan makanan untuknya."
Vee : "Oohh baiklah kalau begitu, aku akan pergi sekarang. Tolonng jaga P'Beam dengan baik ya, P'."
Yiha : "Itu sudah pasti."
Vee : "Sampai jumpa."
Yiha : "Sampai jumpa."

'INILAH SAATNYA'

'G Floor'

Suasana rumah sakit tampak sangat sepi dan sunyi, hanya ada beberapa dokter dan perawat yang berlalu lalang dari ruangan yang satu ke ruangan yang lain, dan hanya ada sedikit pengunjung, mungkin sekitar 2-3 pengunjung yang sedang duduk atau tidur atau entahlah yang pasti mereka terlihat seperti sedang merenungkan nasib seseorang yang terbaring di dalam suatu ruangan tersebut. Vee mempersiapkan dirinya dan bergegas menuju ke kantin yang letaknya cukup jauh, tidak, Sepertinya memang jauh karena berada letaknya di ujung sana dengan lampu koridor yang remang-remang, mungkin memang sudah sangat larut sekali sekarang. Vee mempercepat langkahnya menuju ke kantin. Sesampainya di depan kantin, dia menemukan seseorang, ya seseorang karena memang tidak ada orang selain dia disana, pria dengan beberapa makanan yang tersaji didepannya, dengan lahapnya dia memakan makanan itu, ya, itu Dheo.

Sain : "Hai Yiha."
Yiha : "Hai Sain."
Sain : "Sudah lama kau disini?"
Yiha : "Sudah lumayan lama."
Sain : "Kau sendirian? Dimana Dheo?"
Yiha : "Dia sedang makan di kantin."
Sain : "Bukannya kantin tutup di jam seperti ini?"
Yiha : "Ya memang makanya aku membawakan makanan dari rumah untuknya."
Sain : "Humm."
Yiha : "Tapi dia sudah dari tadi makan, tapi belum datang juga. Apa mungkin dia beristirahat juga disana?"
Sain : "Tidak mungkin, kalau sudah malam ruangan sekitar kantin termasuk kantin akan terlihat sedikit gelap dan menyeramkan, aku yakin seorang penakut seperti Dheo tidak akan berani berlama-lama disana."
Sain : "Mungkin dia keluar sebentar untuk mencari udara segar."
Yiha : "Sebenarnya aku sedikit khawatir dengannya. Bisa kau menjaga Beam? Aku akan menjemputnya."
Sain : "Biar aku saja yang menjemputnya, kau disini saja menjaga Beam, ini sudah sangat larut, tidak baik seorang wanita keluar malam-malam."
Yiha : "Baik cepatlah."
Sain : "Hmm."

Dheo : "Tempat ini sangat mengerikan jika sudah larut. Aduh gelap sekali disini, penerangan disini juga remang-remang, ini lebih pantas disebut dengan ruangan mayat. Tapi tempat ini pasti sangat aman untuk bercinta dengan Yiha Hihihi. Argh ada apa dengan pikiranku ini, Aku akan segera pergi."

Saat Dheo akan bergegas untuk pergi dari ruangan tersebut, tiba-tiba...












BOO.

Bersambung

-------------------------------------------------------------------

                            Episode 6

Di episode ini, jangan lupa untuk persiapkan tisu yang banyak ya 🙊

Sain menaiki Lift dan menekan angka yang akan dia tuju. Setelah turun dari lift dia langsung bergegas menuju kantin yang berada di ujung lorong. Sesampainya disana Sain tidak melihat siapapun, bahkan ruangan tersebut benar-benar seperti kamar mayat, sangat sunyi dan sepi. Ia langsung pergi ke luar rumah sakit untuk mencari Dheo disekitar rumah sakit sambil meneleponnya. Akan tetapi, nomor Dheo yang sedari ditelepon oleh Sain tidak kunjung dijawab. Ia mencarinya ke seluruh bagian yang ada disekitar rumah sakit, termasuk tempat makan dan cafe karena Yiha bilang dia pergi untuk makan malam, tapi tetap tidak ada.

30 menit kemudian

Sain : "Yiha, aku tidak menemukan Dheo di kantin maupun di sekitar rumah sakit."
Yiha : "Benarkah?"
Sain : "Ya."
Yiha : "Huft. Dimana dia ya?"
Sain : "Apa perlu aku menelepon polisi? Aku takut terjadi sesuatu dengannya."
Yiha : "Tidak perlu. Mungkin dia sedang ada urusan mendadak dan ponselnya mati maka dari itu dia tidak sempat untuk menghubungiku."
Sain : "Baiklah."
Yiha : "Sebenarnya aku sedikit khawatir dengannya, tapi aku ingin positive thinking saja tentang keberadaannya."
Sain : "Kau benar, kita harus positive thinking."
Sain : "Kau pulanglah, ini sudah jam 3 pagi, tapi kita masih terjaga disini Hehehe."
Yiha : "Ya baiklah, aku titip Beam denganmu dan kalau Dheo sudah mengabarimu tolong beritahu aku."
Sain : "Tenang saja."
Yiha : "Terima kasih, Sain. Aku pulang sekarang, sampai jumpa."
Sain : "Sampai jumpa."

LINE :

Sain : Hai.
Sain : Udah tidur ya?
Sain : Aku hanya ingin bilang kalau besok aku akan menjemputmu jam 12:30 untuk Lunch bersama dirumahku. Tidak ada penolakan.
Sain : Selamat tidur.
Sain : Nice dream.
Sain : Mimpikan aku ya.
Sain : 😅✌

05:50 am

LINE :

Met : Hai juga.
Met : Aku baru saja bangun.
Met : Ai sat. Aku belum menyutujuinya.
Met : Hmm aku akan menunggu, dasar tukang paksa.
Met : Hei, Mengapa kau masih terjaga sampai jam 3 pagi? Apa kau tidak bisa tidur? Atau kau tidak tidur semalaman? Kau harus menceritakan semuanya padaku nanti.

Met : "Aku akan berolahraga sebentar, setelah itu baru aku akan menyiapkan baju dan yang lainnya."

Met langsung menuju kamar mandi untuk membasuh wajah dan menggosok gigi. Selesainya ia langsung mengganti pakaiannya yang tadi hanya kaos tanpa lengan dan boxer dengan kaos dan celana training. Setelah itu Met langsung pergi keluar untuk berolahraga.

Met mulai mengelilingi kota metropolitan yang sudah mulai dilalui beberapa mobil. Daerah tempat tinggalnya memang berada di daerah yang bisa dibilang kota yang hampir tidak pernah tidur karena saat dini hari pun tetap ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang untuk berangkat atau pulang bekerja. Hidup di kota besar dan keras memang seperti ini resikonya, harus mampu beradaptasi dan memiliki skill yang lebih dari cukup agar dapat hidup.

Kita kembali ke Met. Ia sudah jogging sekitar 20 menit. Saat hendak mampir ke minimarket untuk membeli air mineral, ia melihat Vee yang baru saja keluar dari minimarket dan membawa 2 kantung besar plastik yang entah berisi apa. Ia langsung memanggilnya sedikit berteriak.

Met : "Vee."

Sontak Vee berhenti dan mencari orang yang memanggil namanya. Saat berbalik badan, ia kaget melihat temannya berada di seberang jalan tengah melambaikan tangan kepadanya. Met langsung berlari dan menghampiri Vee. Vee tidak dapat berkutik sama sekali dan sesekali berpikir untuk mencari alasan yang logis agar temannya tidak mencurigai dirinya.

Met : "Apa yang kau lakukan di pagi hari seperti ini?"
Vee : "Eee... Itu... Eee... A-aku sedang membeli bahan makanan dan cemilan untuk dirumahku. Kebetulan makanan dirumahku sedang habis dan aku baru melihatnya tadi, jadi aku langsung pergi ke minimarket untuk mengisi kulkasku kembali."
Met : "Oh seperti itu."
Vee : "Ya ya seperti itu."
Met : "Oh iya Vee, akhir-akhir ini aku tidak melihatmu dan kau juga tidak muncul di LINE GROUP. Kau kemana saja? Apakah kau sangat sibuk sampai mengabaikan pesan kami?"
Vee : "Eee... Mmm... Ya aku sedikit sibuk. Akhir-akhir ini orang tuaku menyuruh untuk mulai melihat-lihat perusahaan ayahku dan dia sudah mulai mengajarkanku cara mengatur perusahaan milik ayahku karena ayahku tidak selamanya akan selalu mengatur perusahaan dan aku sebagai pewarisnya harus sudah mulai mempelajari semua itu."
Met : "Oohhh pantas saja kau tidak muncul di LINE GROUP dan mengabaikan pesan kami."
Vee : "Hehehe aku minta maaf ya."
Met : "Ya tidak apa, aku mengerti posisimu sekarang."
Vee : "Baiklah aku harus segera pulang sekarang, ini cukup berat hehe."
Met : "Biarkan aku membantumu membawakannya."
Vee : "TIDAK PERLU! Maksudku tidak usah, aku bisa membawanya sendiri, kau lanjutkan saja kegiatanmu."
Met : "Hmm baiklah hati-hati dijalan."
Vee : "Ya terima kasih, Met. Sampai jumpa."
Met : "Sampai jumpa."

'Ada apa dengannya? Apakah dia berusaha menyembunyikan sesuatu dariku? Ah mungkin hanya pikiranku saja.'

12:15 am

LINE :

Met : Fian, apa kau sedang sibuk? Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.
Fian : Sepertinya tidak, ada apa?
Met : Aku akan meceritakan semuanya saat dirumahmu.
Fian : Baiklah.
Met : Tapi aku tidak bisa kesana sekarang, aku akan pergi lunch dengan Sain.
Fian : HAH? BENARKAH? 😱
Met : reaksimu berlebihan, sialan! 😑
Fian : Hahaha ngomong-ngomong sejak kapan kau akrab dengannya?
Met : Aku juga tidak tau. Sepertinya semenjak dia mengajakku dinner.
Fian : APA? KAU SUDAH MELAKUKAN CANDLE LIGHT DINNER?
Met : Dasar bodoh! Aku hanya bilang dinner bukan candle light dinner 😑
Fian : Hehehe baiklah happy lunch with your candidate boyfriend 😆
Met : Ai sat

Tidak lama kemudian

Tiin... Tiin...

Met langsung bergegas turun dan menghampiri pemilik mobil yang sedang bersandar di pintu mobil miliknya. Kemeja hitam dengan ripped jeans ditambah denim jacket membuat Met tidak tertegun melihatnya.

'Apakah ini Sain? Mengapa dia sangat beda dari biasanya? Dia terlihat tampan hari ini, apa ini karena... Ah tidak mungkin, mungkin memang dia selalu tampil keren seperti ini hanya saja aku tidak pernah mengetahuinya.'


Di lain sisi

Sain melihat pria dari ujung kepala hingga ujung kaki pria yang baru saja keluar dari rumahnya. Pria dengan kaos oversize dengan celana ripped pants dan kalung yang melingkari lehernya membuat Sain tidak berkedip sedikit pun.

'WHAT THE FVCK?! Ini benar Met? Aku tidak bermimpi kan? Ya aku tidak bermimpi, dia adalah Met, tp mengapa dia sangat berbeda? Pakaian yang dia gunakan sangat cocok dengannya, dia semakin lucu. OH SHIT DIA MEMBUATKU MENJADI TERANGSANG SEKARANG, AKU TAKUT TIDAK BISA MENAHAN DIRIKU NANTI. ARGH TAHAN SAIN TAHAN.'

Met : "HEI! Ada apa?"
Sain : "A-ah-tidak ada."
Met : "Mengapa kau melihatku seperti itu?"
Sain : "Mmm itu... Hanya saja kau terlihat cocok menggunakan pakaian oversize itu, terlihat sangat lucu."
Met : "Lucu pantatmu!"
Sain : "Hahaha baiklah ayo kita pergi sekarang, aku sudah tidak sabar untuk memakanmu."
Met : "Hah?"
Sain : "Eh maksudku aku sudah tidak sabar untuk lunch bersamamu."
Met : "Hmm terserah kau saja."

Sain mulai melajukan mobilnya dan memasuki jalanan yang cukup padat. Dalam perjalanan hanya ada alunan lagu di radio yang menemani perjalanan mereka. Sesekali mereka saling bertanya mengenai kegiatan mereka dengan temannya, mengenai tugas-tugas yang tiap minggunya selalu menumpuk, sampai bahkan hal-hal tidak penting mereka tanyakan seperti seberapa sering melakukan olahraga lima jari, atau ukuran celana dalam yang mereka gunakan. Dan sampailah mereka di rumah Sain. Rumah dengan nuansa serba kayu dan beberapa pohon besar yang mengelilingi bangunan tersebut menambah kesan asri dan damai. Met hanya diam dan mulai melihat sekeliling serta menilai setiap inci dari tempat tersebut. Ia tidak tau kalau Sain sangat suka dengan susana alam seperti ini.

Met : "Aku tidak menyangka bahwa orang sepertimu menyukai suasana yang alami."
Sain : "Kau tidak bisa menilai seseorang hanya dari segi penampilannya saja, kau harus menilai dari berbagai segi."
Met : "Ya aku mengerti, maafkan aku."
Sain : "Lupakan, ayo masuk."

Mereka mulai memasuki rumah Sain. Met disuguhi dengan ruangan yang minimalis dengan pencahayaan yang tidak terlalu terang tetapi tampak elegan di matanya. Mereka mulai menelusuri rumahnya dari ruangan satu ke ruangan lainnya, kecuali kamar Sain. Setelah puas menelusuri setiap ruangan, mereka beranjak ke ruang makan untuk lunch.

Sain : "Tunggu sebentar, aku akan mengambil makanan yang baru saja aku buat."

Sain pergi meninggalkan Met di meja makan untuk mengambil beberapa hidangan yang telah ia siapkan sebelum menjemput Met. Roast Duck with Barbeque Sauce, Omri with Salted Egg Sauce, Beef Teriyaki, dan tidak lupa salad telah Sain siapkan di meja makan. Setelah itu ia kembali duduk berhadapan dengan Met. Met yang sebenarnya kaget melihat makanan sebanyak ini berpura-pura untuk tidak terlihat kaget.

Met : "Banyak sekali makanannya. Kita tidak mungkin menghabiskan makanan sebanyak ini hanya berdua."
Sain : "Kau harus banyak makan agar badanmu berisi."
Met : "Badanku sudah cukup berisi, aku hanya perlu berolahraga agar badanku sedikit terbentuk atletis."
Sain : "Itu tidak perlu, aku lebih menyukaimu yang seperti ini."
Met : "Diamlah kau."
Sain : "Hahaha."
Met : "Apa kau yang membuat semua ini."
Sain : "Sebenarnya tidak sepenuhnya buatanku, aku menyewa seorang chef profesional untuk membantuku mebuatnya."
Met : "Aku sudah menduganya."
Met : "Ayo makan, aku sudah sangat lapar."
Sain : "Hmm."

Mereka mulai memakan makanan yang dihidangkan dimeja makan. Met makan dengan sangat lahap tanpa memperdulikan image nya akan terlihat buruk di depan Sain karena saat ini yang ada dipikirannya hanyalah mengisi perutnya yang dari tadi mengamuk untuk meminta setoran. Sain yang melihat itu hanya tersenyum.

Sain : "Makanlah perlahan, kau akan tersedak nanti."
Met : "Biyawkan sawja."
Sain : "Ngomong-ngomong, ucapanku tentang menyukaimu dengan badan yang seperti ini, itu adalah benar."

Uhuk Uhuk

Met langsung tersedak dan kaget mendengar ucapan yang baru saja Sain katakan.

Met : "A-apa ma-maksudmu?"
Sain : "Hahaha sudah tidak usah dipikirkan. Ayo lanjutkan makan, setelah ini aku akan mengajakmu untuk melihat-lihat kamarku."
Met : "Untuk apa?"
Sain : "Mungkin kau ingin mencari referensi untuk mendekorasi ulang kamarmu."
Met : "Hmm dari mana kau tau aku sedang mencari referensi untuk mendekorasi ulang kamarku?"
Sain : "Karena kamarmu masih terlalu kosong dan polos. Aku sarankan sebaiknya kau tambahkan beberapa tanaman atau buku atau mungkin bingkai foto."
Met : "Ya kau benar, aku akan memasukan itu ke daftar referensiku."
Sain : "Cepatlah makan."
Met : "Hmm."

Mereka lalu melanjutkan lunch mereka tanpa berbicara satu sama lain. Selesai makan Met langsung membereskan piring-piring makan mereka dan meletakkannya di bak piring kotor untuk segera ia cuci, namun Sain menahan tangannya.

Sain : "Kau sedang apa?"
Met : "Mencuci piring makan kita."
Sain : "Tidak usah, aku akan menyuruh asisten rumah tanggaku membereskannya."
Met : "Hei, ini hanya beberapa piring kotor saja, tidak perlu mengandalkan asistenmu, aku bisa melakukannya."
Sain : "Lepaskan itu."
Met : "Sain, kau harus belajar mandiri, jangan selalu mengandalkan asisten, selama kau masih bisa mengerjakannya kenapa harus meminta asistenmu itu yang melakukannya."
Sain : "Humm baiklah biarkan aku membantumu."
Met : "Ini, kau letakkan saja piring-piring yang aku cuci ke rak nya."

Setelah selesai mencuci piring, Sain langsung menarik Met menuju kamarnya. Sesampainya disana Met sedikit takjub dengan ruangan yang ada di depan matanya. Warna coklat yang dominan dengan sedikit lampu yang menerangi ruangan tersebut. Terdapat sofa kecil coklat dan api unggun dari bebatuan yang sengaja dibuat agar terlihat campuran modern dan tradisonal membuat ruangan tersebut tidak terlihat exaggerating tetapi tetap luxurious. Met terus mengamati dan menilai setiap sudut ruangan itu dan sangat kagum dengan apa yang dilihatnya.

Met : "Aku tidak menyangka kau merawat rumah ini dengan baik dan apik."
Sain : "Tentu saja, kau tidak begitu baik dalam menilai seseorang."
Met : "Memang kau lebih dariku?"
Sain : "Sedikit hahaha."
Met : "Huh."
Sain : "Aku adalah pacar idaman semua orang."
Met : "Apa maksudmu? Kau pikir aku tidak bisa melakukannya juga? Hah?"
Sain : "Hahaha tidak tidak bukan begitu."
Met : "Banyak wanita yang mengejar-ngejarku, hanya saja mereka semua bukan tipeku, makanya aku masih mencari yang cocok denganku."
Sain : "Bagaimana denganku? Apa aku salah satu tipemu? Hmm?"
Met : "Kau itu mimpi burukku, kau tau itu."
Sain : "Hahahaha."
Met : "Tertawamu saja seperti luciver, sangat mengerikan, pantas saja tidak ada yang mau denganmu."

Sain langsung mendekatkan dirinya ke Met dan sedikit berbisik.

Sain : "Karena mereka tidak ada yang cocok denganku. Mungkin kau salah satu tipeku dan juga sepertinya kita terlihat sangat cocok."

Met sontak terkejut dengan apa yang dikatakan Sain dan langsung membalikkan badannya. Wajah mereka sangat dekat, hanya beberapa senti saja agar mereka dapat bersentuhan.

Met : "Apa yang ka..."

Belum sempat dia melanjutkan berbicara, Sain langsung menutup mulut Met dengan mulutnya. Mereka berciuman. Sain mulai melumat bibir bawah dilanjutkan bibir atas Met dan sesekali menggigit pelan bibirnya. Mata Met terbuka lebar saat Sain mulai menyedot bibir bawahnya. Sain meneruskan lumatannya dan sekarang semakin liar, tangannya sudah mulai masuk ke celana belakang Met dan mulai meremas pantat Met. Met hanya bisa menikmati apa yang dilakukan Sain dan mulai menutup matanya agar dapat lebih menimatinya. Saat ia mulai tersadar atas perlakuan mereka, ia langsung mendorong tubuh Sain agar menjauhkan tubuhnya.

Met : "A-a-apa yang k-kau lakukan?"

Tanpa membalas ucapan Met, ia langsung mendorong tubuh Met dan menjatuhkannya pada kasur miliknya. Untung saja kasurnya sangat empuk karena di desain custom dari Sain langsung.

Sain : "Aku tidak ingin berbohong. Aku tidak dapat menahan diriku lagi. Kau sangat menggoda sehingga aku ingin memakanmu. Izin aku aku memakanmu."
Met : "A-apa yang kau bicarakan? AKU TIDAK MAU. Aku tidak mau keperjakaanku diambil oleh orang sepetimu."
Sain : "Aku akan bertanggung jawab atas perlakuanku nanti padamu."
Met : "Lagi pula aku belum pernah melakukanNYA, aku takut sakit."
Sain : "Aku akan melakukanNYA dengan pelan sampai kau menikmati permainanNYA."
Met : "TI-TIDAK!"
Sain : "Jangan sampai aku memaksamu."

Sain langsung menjatuhkan tubuhnya diatas Met dengan tangannya sebagai tumpuan.

Sain : "Aku akan membuatmu menikmati setiap detik permainan kita. Lihat saja."

Setelah mengatakan itu Sain kembali melumat bibir Met dan menyedotnya. Lidahnya memasuki mulut Met dan dan mulai bermain dengan lidah milik Met. Met yang sedari takut hanya bisa pasrah dan menahan desahan kotor agar tidak keluar dari mulutnya. Setelah dari mulut Sain mulai turun ke leher Met dan memberikan tanda merah atau kissmark di seluruh leher Met. Met seakan sangat menikmati apa yang dilakukan Sain. Tangan Sain mulai masuk kedalam baju yang dikenakan Met dan memainkan kedua puting Met. Setelah itu ia langsung membuka baju yang Met kenakan. Ia sempat takjub melihat tubuh Met. Putih, bersih, tanpa lecet sedikitpun, ia tidak menyangka bahwa ada pria yang mempunyai tubuh se sempurna ini. Tanpa ragu lagi Ia langsung memilin, memelintir, dan kadang menghisap sekaligus menggigit pelan puting Met yang Sain pikir bisa mengeluarkan susu.

Met : "AHK SAKIT!"
Sain : "Maaf maaf."

Sain melanjutkan menghisap kedua puting milik Met secara bergantian. Ia menghisap setiap lekuk tubuh milik Met dan memberi kissmark pada setiap badannya. Sain turun dari puting menuju bagian bawah tubuh Met. Met langsung menahan tangan Sain.

Met : "Aku belum siap untuk INI."
Sain : "Kau tenang saja, semua ini tidak seburuk yang kau bayangkan. Kau cukup tenang dan nikmatinya."

Sain langsung menanggalkan semua pakaian Met tanpa menyisakan sehelai benang pun ditubuhnya, termasuk Trunk hitam miliknya. Kini Met benar-benar telanjang seperti seorang bayi.
Tanpa ragu Met langsung menyusuri paha mulus milik Met dan meninggalkan banyak kissmark disana. Setelah puas dengan paha Met, ia naik dan beralih ke benda panjang yang sudah tegak lurus sepeti monas. Ia langsung memasuki seluruh penis Met ke dalam mulutnya. Ia memaju mundurkan kepalanya agar Met juga dapat merasakan kenikmatan itu. Met hanya mengerang.

Met : "EH AHK... SS-SHA... YEAH.. AHK FVCK... OH... AHK... SUNG AHK GUH NIK-MAT YEAH... OH TERUS... MASUKAN TERUS... AHK... AHK... AHK... SA-IN AHK... AK-UH OH FVCK... INGIN KE-LUAR YEAH... LEBIH CEPAT... AHK AHK... AK-KUH ING-IN KE-LUAR AH... AHK AHK AHK... YEAH... FVCK... AH AH AH AH AH... AAAAAHHHH. Huft."

Cairan putih kental keluar dari penis milik Met dan memenuhi mulut Sain. Met telah mencapai orgasmenya. Sain kembali melumat bibir Met untuk membagi cairan putih kental yang telah penuh di mulut Sain.

Setelah itu Sain kembali lagi ke bagian bawah Met, tetapi kali ini tidak di depannya, melainkan ke bagian belakangnya, pantatnya. Ia mulai membasahi lubang perawan itu dengan mulut dan lidahnya. Met yang merasakan sesuatu di lubangnya terus menggeliat.

Met : "AHK APA ITU? MENGAPA SANGAT GELI DAN ENAK? APA KAU MEMBERI SESUATU? AHK YEAH... MMM AHK... SSS-AHK."

Setelah sudah cukup basah, Sain berbisik di telinga Met.

Sain : "Apa kau ingin menggunakan pengaman?"

Met : "Apa bedanya? Kalau tidak ada lebih baik menggunakan pengaman saja, aku tidak ingin terjadi sesuatu dengan tubuhku, terutama lubangku ini."
Sain : "Sebenarnya tidak terlalu terasa bedanya, tapi aku menyarankan untuk tidak menggunakannya karena itu akan menghambat kenikmatannya nanti."
Met : "B-b-baiklah kalau begitu, tidak perlu menggunakan pengaman."
Sain : "Aku akan menuruti kata-katamu. Bersiaplah untuk tidak dapat berjalan selama 1 minggu ini."

Met kaget dan tampak ngeri mendengar apa yang dikatakan Sain barusan karena itu berarti lubang keperawanannya ini akan segera diperjakai oleh seorang pria cabul yang ada diatasnya.

Tanpa basa-basi lagi Sain bergegas turun ke bawah dan membasahi penis super besar miliknya dengan ludahnya sendiri. Setelah terlihat cukup basah, ia mulai bersiap untuk memasuki penis super besarnya itu ke dalam lubang keperawanan milik Met. Sain mengelus sedikit penisnya dan berkata...

Sain : "Mulai sekarang kau akan memiliki rumah baru, Baby kecil."

Sain mulai memasuki sedikit penis miliknya. Baru saja kepala penis itu masuk ke rumah barunya, Met sudah berteriak sangat kencang.

Met : "AAAAAAAAAHHHHHH! ITU SAKIT, BODOH! AKU TIDAK KUAT, KITA AKHIRI SAJA SEKARANG! AKU TIDAK INGIN LAGI, INI SANGAT MENYAKITKAN."

Mata Met mulai mengeluarkan air mata karena lubangnya sudah mulai dijebol oleh penis super besar milik Sain.

Sain : "Tahan sebentar, ini hanya akan sakit sedikit saja, setelah itu aku akan memastikanmu mencapai kenikmatan yang belum pernah kau rasakan."

Setelah mengucapkan itu, Sain membasahkan sedikit lagi lubang dan batang itu dengan ludah miliknya.

Dengan satu hentakan saja, penis super besar tersebut langsung sepenuhnya masuk di dalam lubang perawan milik Met. Met berteriak...

Met : "AAAAAAAAAHHHHHHH FVCK SHIT! ITU SAKIT SEKALI, SIALAN! LEPASKAN SEKARANG JUGA, AKU MENYERAH! AKU BENAR-BENAR TIDAK KUAT. INI SANGAT MENYAKITKAN, AKU TIDAK BOHONG. HIKS. LEPASKAN BENDA SIALAN INI DARI LUBANGKU. HIKS."

Air mata Met kini sudah mengalir sangat deras. Ini pertama kali lubangnya dimasuki benda sangat besar seperti itu. Ia merasa lubangnya sudah robek karena benda itu. Ia hanya menangis, tetapi Sain tidak menghiraukan tangisan dan erangan yang dikeluarkan dari mulut Met. Ia diam sebentar membiarkan penisnya beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah Met sudah mulai tenang dan berhenti menangis ia baru bertanya kepada Met.

Sain : "Apakah kau sudah mencapai titik kenikmatanmu?"
Met : "Sepertinya begitu."
Sain : "Apa aku sudah bisa bergerak sekarang."
Met : "Ya bergeraklah."

Sain mulai memaju mundurkan badannya.

Sain : "OH FVCK YEAH... LOBANGMU SANGAT SEMPIT... OH NIKMAT SEKALI... OH YEAH OH OH OH... FVCK YEAH BABY... OH SHIT MEN, INI LEBIH NIKMAT DARI LUBANG MEKI MANTANKU... OH FVCK YEAH... OH SHIT... OH YEAH... OH NO BABY... OH YEAH... AKU AKAN KETAGIHAN DENGAN LUBANGMU INI... OH FVCK... KENAPA LUBANG INI SANGAT SEMPIT DAN NIKMAT OH... CONSTRICT BABY... SEMPITKAN LUBANGMU... OH YEAH...."

Di tengah-tengah permainan mereka, tiba-tiba saja Yiha menelepon Sain. Sain yang merasa terganggu langsung mematikan ponselnya dan melanjutkan permainan mereka.

Met : "AHK AHK AHK... FVCK ME BABY... OH BE FASTER... OH YEAH BABY... OH NO AHK YEAH... AHK AHK AHK... BE FASTER BE FASTEH BE FASTEH BABY, PLEASE... AHK YEAH... FVCK ME BABY... LEBIH DALAM LAGI... TERUS... AHK YEAH... ENAK SEKALI... AHK AHK AHK... KE-NAPA SA-NGAT E-NAK SE-KALI BABY... FVCK ME TERUS SAIN... TERUSKAN... AHK YEAH... NIKMAT... FVCK BITCH... OH SHIT FVCK NIKMAT... SAIN AHK... AKU AHK... INGIN AHK... KE-LUAR AHK... FVCK YEAH FVCK YEAH... AHK AHK AHK AHK... AAAAAAAAHHHHHHKKKKK."

Met orgasme untuk kedua kalinya, tapi kali ini cairan kental tersebut membasahi seluruh badan mereka berdua dan juga sedikit di wajah Met. Met terlihat sudah sangat lemas. Sain masih belum orgasme juga, ia masih menikmati setiap detik percintaan mereka berdua. Sampai akhirnya...

Sain : "OH YEAH... FVCK BITCH... MET OH YEAH... AK-KU OH FVCK... INGIN KE-LUAR OH YEAH FVCK BABY YEAH OH SHIT... OH YEAH OH NO OH YEAH... OH OH OH OH OH... OOOOOOOOOHHHHHHHHH."

Sain akhirnya orgasme. Cairan putih kental yang keluar dari penisnya memenuhi lubang milik Met yang saat itu juga sudah tidak perawan lagi. Sain menarik penis besarnya itu dari lubang yang tidak perawan lagi tersebut. Cairan putih kental bercampur dengan sedikit darah mulai keluar sedikit demi sedikit dari lubang pantat Met. Sain tergeletak lemas dan menjatuhkan dirinya disamping Met yang sama lemasnya dengan Sain.

Sain : "Lubangmu kini sudah aku tidak perawan dan sudah aku perjakai."
Met : "Kau memang sialan, Sain!"
Sain : "Hahaha."
Sain : "Oh ya, sepertinya lubangmu benar-benar sudah tidak perawan lagi, tadi aku melihat ada sedikit darah yang sudah bercampur dengan cairan milikku keluar dari lubangmu."
Met : "HAH? BENARKAH?"
Sain : "Ya."
Met : "Kau memang sangat cabul, Sain! Aku akan membalas perbuatanmu ini."
Sain : "Dengan keadaanmu yang seperti ini? Aku berani bertaruh kalau kau tidak dapat melakukan itu karena untuk berjalan saja kau akan membutuhkan bantuanku. Hahaha."
Met : "Kau benar-benar seperti Luciver."
Sain : "Tetapi kau juga menyukai permainan tadi kan?"
Met : "Diamlah kau."
Sain : "Hahaha. Bagaimana dengan RONDE KEDUA?"
Met : "RONDE KEDUA PANTATMU! Jauhkan pikiran mesummu itu dariku."
Sain : "Ayolah."
Met : "JANGAN BERMIMPI! Pergilah kau ke neraka. Sudah aku ingin membersihkan diriku."

Bruuk.

Saat hendak berjalan ke kamar mandi, Met langsung terjatuh. Ia merasakan pantatnya yang sangat amat perih, rasanya seperti pantatnya sudah robek sangat besar. Sain yang melihatnya terjatuh bergegas bangun dari tidur dan langsung mengangkat tubuh Met.

Met : "Ini sangat menyakitkan."
Sain : "Aku sudah katakan kau tidak akan bisa berjalan untuk beberapa hari ini. Jadi, selama beberapa hari ini aku akan selalu berada disampingmu dan membopongmu."
Met : "Bagaimana jika teman-temanku melihatku dan mecurigaiku. Aku yakin pasti mereka akan langsung mencari tau dan meraba-raba pantatku ini. Aku tidak ingin perbuatan kita ketauan oleh teman-temanku."
Sain : "Tidak apa, cepat atau lambat teman-temanmu juga akan mengetahuinya."
Met : "Aku tau, tapi tidak sekarang bodoh! Untuk sekarang aku masih malu untuk memperlihatkan semua ini di depan mereka. Aku belum siap."
Sain : "Kalau begitu tinggallah beberapa hari ini dirumahku sampai keadaanmu benar-benar membaik."
Met : "TIDAK! Kalau aku tinggal disini bukannya membaik, melainkan menambah buruk pantatku ini karena kau akan memintanya terus."
Sain : "HAHAHAHAHA kau tau saja."
Met : "Aku tau otak-otak mesummu itu. Dasar cabul."
Sain : "Ayo aku akan membantumu mandi."
Met : "TIDAK PERLU! Aku bisa mandi sendiri."
Sain : "Dengan keadaanmu yang masih seperti ini? Untuk berjalan ke kamar mandi saja kau susah, bagaimana caramu untuk mandi?"
Met : "Aku..."
Sain : "Tidak usah banyak mengeluh. Diam dan biarkan aku membantumu."
Met : "Hmm."

Sain menggendong Met ala bridal dan membawanya menuju kamar mandi. Sesampai di kamar mandi, mereka mulai mandi bersama.

Setelah selesai mandi, mereka langsung berbaring di kasur dan tidak butuh waktu lama akhirnya mereka sudah terlelap karena lelah dengan permainan mereka tadi, walaupun Sain masih mengharapkan RONDE KEDUA itu. Mereka tertidur dengan Sain yang memeluk Met dari belakang.

                          Bersambung

-------------------------------------------------------------------

                           Episode 7

Di dalam sebuah ruangan kosong yang sepertinya gudang bekas pabrik garam, seseorang yang tengah duduk di di tengah ruangan dengan cahaya lampu yang hanya menyinari dirinya, kini mulai terbangun dari ketidaksadarannya. Ia membuka matanya secara perlahan dan kembali menutupnya karena cahaya lampu yang menyinari wajahnya begitu terang ditambah dirinya yang baru saja siuman. Kembali ia membuka matanya dan kali ini berhasil terbuka sepenuhnya meski pandangannya masih samar-samar, tetapi ia bisa melihat seseorang yang tidak jauh di depannya, kira-kira beberapa meter yang sepertinya sedang mengawasi dan menunggu dirinya sadar. Sedikit demi sedikit penglihatannya kembali normal. Ia menyipitkan matanya dan berusaha untuk melihat orang tersebut dengan lebih jelas. YA, dia adalah orang terakhir yang ia lihat sebelum akhirnya dia tidak sadarkan diri. Seorang pria. Pria yang ia kenal. Pria yang sangat ceria. Pria yang dekat dengannya dan juga teman-temannya. Pria yang belum lama ini membuatnya sedikit membenci pria itu. VEE. Dia lah orangnya. Orang yang telah membawanya ke tempat pengap dengan sedikit bau.

Dheo : "Vee, apa yang kau lakukan?"
Vee : "Hanya membereskan sedikit penghalang."
Dheo : "Apa maksudmu?"
Vee : "Tidak perlu berpura-pura tidak tau."
Dheo : "KATAKAN DENGAN JELAS!"

Vee berjalan mendekati Dheo. Tepat disebelah telinganya, ia berkata...

Vee : "Aku hanya ingin menyingkirkan orang yang berusaha menghancurkan semua rencanaku."
Dheo : "A-apa M-m-maksudmu?"
Vee : "JANGAN BERPURA-PURA BODOH!"
Vee : "Kau lah penghancur itu. Perusak dan pengganggu semua rencana yang telah aku buat. Kau orang yang selalu mencampuri urusan ORANG LAIN!"

Dheo hanya diam. Dia mencoba kembali mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Mulai dari saat dia pergi bersama Sain untuk menjenguk Beam, berjalan menuju ruangan Beam, bertemu dengan Vee yang sedang menjaga Beam, berteriak dan memarahi Vee, Sain yang pergi meninggalkannya sendirian untuk bermesraan dengan pacar barunya, Yiha yang datang membawakan makan malam untuknya, ia yang makan malam sendirian di kantin yang tidak kalah menyeramkannya dengan kamar mayat, saat dia ingin kembali ke kamar Beam, dan... Ya, saat itu lah ia melihat seseorang dan saat kejadian itu juga sekarang ia berada disini. Ia mengingat semua kejadian itu dan berusaha memahami apa maksud dari semua itu. Dan ia baru sadar bahwa semua itu berkaitan. Kejadian sejak Beam koma sampai saat ini, semua itu ada kaitannya. Tanpa ia sadari, ternyata semua ucapan yang ia lontarkan ke Vee adalah benar. Dia dalang dari semua ini. Ya, dia, Vee lah orangnya.

Dheo : "Oohh jadi kau yang saat itu berada di kantin? Hah?"
Vee : "Kau sudah ingat sekarang?"
Dheo : "Lepaskan aku. Aku akan memberimu pelajaran yang akan kau ingat karena berani bermain-main dengan kami."

Dheo mulai memberontak, namun usahanya gagal, tangan dan kakinya sudah diikat sangat kuat ke bangku dengan tali sehingga dia tidak bisa bergerak kemanapun.

Vee : "Heh!? Dasar bodoh!"
Dheo : "Aku sudah menduganya dari awal. Semua ucapanku benar, kau lah dalang dari semua ini."
Vee : "Kau, Dheo, orang yang tidak tau semua kebenarannya dan sangat suka mencampuri urusan orang lain, sebaiknya kau pikirkan baik-baik perkataanmu itu."
Dheo : "Kenapa? Apa aku salah? Atau kau sudah takut hanya dengan gertakkanku saat itu saja?"
Vee : "TUTUP MULUTMU!"
Vee : "Huft. Kau tidak tau apa-apa lebih baik diam saja. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku yang satu ini dulu, setelah itu baru aku akan mengurusmu. Tunggu saja."
Dheo : "Semua rencanamu tidak akan pernah berhasil, semuanya akan gagal, dan kau akan terperangkap oleh rencanamu se..."
Vee : "DIAM!"

Satu pukulan berhasil mengenai wajah Dheo. Kini dari mulutnya mulai mengeluarkan darah, giginya yang putih mulai berubah merah bercampur dengan darah segar miliknya. Ia hanya melirik ke arah Vee dan memberikan senyuman iblis miliknya. Tanpa melihat ke arah Dheo lagi, Vee pergi meninggalkan gudang tersebut dan langsung menginjak gas mobil yang ia kendarai.

'JIKA KAU BERANI MENYENTUH TEMAN-TEMANKU LAGI, AKU TIDAK AKAN SEGAN LAGI UNTUK MEMBUNUHMU, AKU BERSUMPAH AKAN MEMBALASKAN SEMUA PERBUATAN YANG KAU LAKUKAN KEPADAKU DAN JUGA TEMAN-TEMANKU! INGAT PERKATAANKU ITU VEE!'

Dheo : "INGAT ITU VEEEEEEEE!"

CALL :

Vee : Cepat kau cari semua orang yang akan menghancurkan rencanaku.
Subordinate : Baik.
Vee : Kau harus bereskan semua itu secepatnya, aku tidak ingin rencanaku berantakan lagi. CEPAT!
Subordinate : Baik, aku akan menyuruh anak buahku untuk segera mencari orang yang berusaha mengagalkan rencanamu secepatnya, kau jangan khawatir.
Vee : Aku tunggu.

Tut.

Setelah menutup panggilan, Vee melajukan mobilnya lebih cepat menuju rumahnya yang sudah beberapa hari ini tidak ia datangi. Tidak butuh waktu lama untuk dia sampai dirumahnya karena jalanan yang sudah sedikit lenggang dan kecepatan mobil yang ia bawa, hanya 20-25 menit akhirnya ia sampai dirumah bercat hitam, putih, dan biru itu.

Fian (28 missed calls)
LINE : Fian (115 unread messages)
LINE GROUP (1405 unread messages)
LINE : Nae (88 unread messages)
LINE : Met (58 unread messages)

22:22 pm

Met sudah mulai terbangun dari tidurnya setelah melakukan olahraga yang cukup melelahkan selama beberapa jam tadi. Ia membalikkan badannya dan meraba-raba berusaha menemukan sosok pria yang tadi tidur bersamanya, namun nihil. Ia segera bangun dari tidurnya dan duduk di pinggir ranjang yang sedikit, tidak, tidak sedikit, tapi sangat berantakan.

Met : "Sain... Sain... Sain?"

Ia berusaha bangkit dari tempat tidur untuk mencari keberadaan Sain, namun baru saja ia berjalan beberapa langkah badannya sudah terjatuh ke lantai karena sakit di pantatnya akibat barang besar milik Sain. Ia kembali menaiki ranjang yang super empuk itu. Setelah itu ia mengambil ponsel yang berada di atas nakas.

LINE GROUP (90 unread messages)
LINE : Fian (28 unread messages)
LINE : Sain (3 unread messages)
Fian (3 missed calls)

Met : "Astaga, aku benar-benar lupa kalau sore ini seharusnya aku menemui Fian. Semua ini karena Sain si sialan itu, gara-gara dia sekarang aku tidak bisa berjalan, jangan kan untuk berjalan, keluar dari kamar ini saja aku tidak sanggup. Awas kau Sain, aku akan membalasmu nanti."

LINE :

Sain : Aku akan pergi sebentar.
Sain : Aku tidak akan lama.
Sain : Apa kau ingin menitip sesuatu?
Met : Hmm.
Met : Belikan saja aku obat dan salep pereda nyeri karena kau aku jadi tidak bisa turun dari ranjang 😡
Sain : Hahaha aku minta maaf, lain kali aku tidak akan bermain kasar denganmu.
Sain : Tadi aku tidak bisa menahan diriku lagi 😅
Met : Lihat saja kau, aku akan membalasnya.
Sain : Aku tunggu itu, mau membalasku di sofa atau di ranjang?
Met : ranjang pantatmu, dasar mesum!
Sain : Hahahaha baiklah aku sedang menyetir sekarang, aku akan menghubungimu lagi nanti.
Met : Hmm.
Met : Jangan lupa dengan titipanku.
Sain : Baik, my princess.
Met : Aku ini lelaki 😡
Sain : Hahaha aku hanya bercanda.
Sain : Baiklah sampai jumpa 😘
Met : Hmm.
Met : ❤😝

LINE :

Met : Fian, aku minta maaf, sepertinya aku tidak bisa datang ke tempatmu.
Fian : Dari mana saja kau? Aku meneleponmu, tapi kau tidak menjawabnya.
Fian : Mengapa?
Met : Tiba-tiba aku tidak enak badan.
Fian : Benarkah itu?
Met : Tentu saja.
Fian : Mengapa bisa mendadak seperti itu?
Met : Aku juga tidak tau, tiba-tiba saja kepalaku terasa sangat berat setelah tidur siang tadi.
Fian : Hmm.
Met : Aku minta maaf, aku benar-benar menyesal 😫
Fian : Ya, tidak apa-apa.
Fian : Kau istirahat saja dulu, jika badanmu sudah membaik, baru kita atur ulang pertemuan kita lagi.
Met : Terima kasih, Fian.
Fian : Hmm.
Met : Aku minta maaf sekali lagi 🙏
Fian : Sudah lupakan saja, yang terpenting sekarang adalah kesehatanmu.
Met : Kau benar.

LINE GROUP :

Met : Hai kawan-kawan 👋
Met : Maaf aku baru online.
Met : Kepalaku sangat berat karena tidur siang tadi.
Nae : Apa yang terjadi denganmu?
Met : Sepetinya aku anemia.
Nae : Benarkah?
Nae : Bagaimana keadaanmu sekarang?
Nae : Apa kau baik-baik saja?
Nae : Apa perlu aku panggil dokter untukmu?
Met : Itu tidak perlu.
Met : Aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing saja, setelah aku minum obat penambah darah mungkin akan segera membaik.
Nae : Kau kelelahan.
Nae : Kau terlalu memaksakan dirimu.
Nae : Kau harus banyak beristirahat, setidaknya refreshing kan otak mu agar tidak terlalu stres dengan tugas-tugas.
Met : Ya, setelah ini aku akan beristirahat yang cukup.
Nae : Lebih baik sepeti itu.
Nae : Baiklah, besok aku dan Fian akan menjengukmu untuk melihat keadaanmu.
Nae : Benar kan @Fian ?
Fian : Ya, terserah kau saja.
Met : Tidak perlu, aku tidak apa-apa, ini hanya pusing sedikit, besok pagi pasti akan sembuh, kalian tidak perlu repot-repot datang ke rumahku.
Fian : Sama sekali tidak merepotkan.
Nae : Kau jangan melawan, aku dan Fian akan tetap datang besok ke rumahmu.
Met : Tapi
Nae : JANGAN MEMBANTAH!
Fian : #nocomment

Met : "ARGH! Bagaimana ini? Aku tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya kalau aku sedang berada di rumah Sain, pasti mereka akan mencurigaiku dan mencari tau semua itu. Tidak, tidak. Aku juga tidak bisa pulang ke rumah dengan keadaanku yang seperti ini. Untuk saat ini aku tidak bisa mengatakannya kepada mereka. Ayo berpikirlah otak bodoh, berpikirlah..."
Met : "ARGH! AKU TIDAK BISA BERPIKIR JERNIH."
Met : "Huft. Lebih baik aku menyuruh Sain agar mengantarku pulang. Aku harus pulang malam ini juga."

Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi
Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi
Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif

Met : "Sebenarnya Sain pergi kemana di larut malam seperti ini? Mengapa teleponku tidak diangkat olehnya? Huft."
Met : "Baiklah, aku terpaksa harus pulang sendiri menggunakan taksi, tidak ada pilihan lain."

Met bergegas untuk segera pergi, namun lagi lagi dia terjatuh.

Met : "ARGH! SIAL! Aku benar-benar tidak akan mengampuninya. Huhu mengapa ini sakit sekali."

Ia mencoba untuk berdiri lagi dan menahan rasa sakitnya. Dengan sedikit air mata yang keluar ia berusaha untuk keluar dari kamar haram itu. Pelan tapi pasti, akhirnya Met berhasil mencapai pintu keluar rumah Sain. Tanpa membersihkan diri dahulu, Met pergi dari rumah terkutuk tersebut dan segera mencari taksi atau kendaraan umum lainnya.

15 menit berlalu

25 menit berlalu

40 menit berlalu

45 menit berlalu

23:37 pm

Met : "Huft. Mengapa tidak ada taksi? Memang sekarang sudah jam berapa sampai tidak ada taksi satu pun?"

Met melihat jam yang ada di ponselnya.

Met : "HAH? SUDAH HAMPIR JAM 12 TENGAH MALAM? Pantas saja tidak ada taksi satu pun. Bus terakhir juga pasti sudah lewat jam 20:00 pm. Huft."

Hari semakin malam dan keadaan di luar juga semakin dingin, Met terpaksa berjalan kaki karena tidak ada lagi kendaraan umum yang beroperasi. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke rumah Met sekitar 2 ½ jam.

LINE :

Met : Sain, aku harus pulang sekarang.
Met : Maaf kalau aku tidak sempat untuk merapikan kasurmu.
Met : Titipanku bisa kau simpan saja, aku akan membeli lagi saat perjalanan pulang.
Met : Terima kasih atas lunch nya.

Yiha's House

Sesampainya Sain dirumah Yiha, ia langsung memarkirkan mobilnya di garasi milik Yiha dan langsung memasuki rumahnya. By the way, Sain sudah menganggap Yiha sebagai saudara perempuannya dan begitu pun sebaliknya. Ia juga sudah menganggap rumah Yiha sebagai rumah keduanya, jadi, wajar saja jika dia langsung masuk ke rumah Yiha tanpa mengetuk pintu ataupun meminta izin ke Yiha.

Sain : "Ada apa Yiha?"
Yiha : "Kau dari mana saja? Aku sudah meneleponmu berkali-kali dan memberikanmu pesan, tetapi kau tidak menjawabnya."
Sain : "Maafkan aku, tadi aku sedang ada urusan dengan temanku, jadi aku tidak sempat untuk mengangkat teleponmu dan juga membalas pesanmu."
Yiha : "Lain kali kau harus fast respon jika aku menghubungimu."
Sain : "Ya ya ya, ada apa sekarang?"
Yiha : "Dheo belum kembali juga semenjak hilangnya dia di rumah sakit."
Sain : Ap kau sudah cek ke rumahnya?"
Yiha : "Aku sudah cek di rumah, asrama, dan juga rumah orang tuanya, namun tmdia tidam ada disana."
Sain : "Apa kau sudah menghubungi polisi?"
Yiha : "Belum."
Sain : "Baiklah, kau istirahat saja sekarang, aku akan menghub..."
Yiha : "JANGAN! Kita jangan menghubungi polisi dulu."
Sain : "Mengapa?"
Yiha : "Kita belum benar-benar mencarinya dan ini belum 3 hari semenjak kehilangan dia, sebaiknya kita mencari sendiri dulu. Bagaimana jika ternyata dia diculik? Bagaimana jika penculik itu melakukan sesuatu kepada Dheo karena kita menghubungi polisi? Bagaimana jika penculik itu berenceana untuk menghabisinya? Bagaimana jika..."
Sain : Yiha. Kau terlalu berlebihan. Tidak mungkin ada yang menculiknya, kalaupun ada pasti mereka sudah babak belur dihajar oleh Dheo. Lagi pula siapa juga yang ingin menculik orang seperti dia, adanya hanya menyusahkan saja."
Yiha : "Kau jahat sekali, dia tidak seburuk itu, kau tau itu."
Sain : "Hahaha aku hanya bercanda saja."
Yiha : Huh."
Yiha : "Sekarang bagaimana?"
Sain : "Sebaiknya kita mencari Dheo esok hari saja, ini sudah terlalu larut, tidak baik seorang perempuan keluar malam hari.  Bagaimana jika kau juga diculik dan diperkosa di sebuah gudang? aku juga tidak ingin terjadi sesuatu padamu. Kau istirahat saja, besok aku akan kesini dan kita akan mencarinya bersama. Bagaimana?"
Yiha : "Huft. Hmm."
Sain : "Baiklah aku akan pulang sekarang."
Yiha : "Apa kau tidak ingin menginap disini?"
Sain : Tidak, di rumahku ada Met, aku harus menjaganya."
Yiha : "Hah? Met?"
Sain : "A-itu m-maksudku eee... PET, ya Pet, ada Pet dirumahku, jadi aku harus pulang sekarang, aku belum memberinya makan."
Yiha : "Sejak kapan kau ada Pet?"
Sain : Mmm itu baru saja, ya baru saja, aku baru saja membelinya tadi pagi karena aku merasa rumahku terlalu sepi, jadi aku berinisiatif ingin memelihara hewan, agar rumahku tidak terlalu kosong dan setidaknya aku juga jadi mempunyai teman."
Yiha : "Benarkah?"
Sain : "Ya seperti itu."
Sain : "Baiklah aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa."
Yiha : "Tapi..."

Belum sempat Yiha melanjutkan omongannya, Sian sudah menutup (lebih tepatnya membanting) pintu dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah Yiha.

Saat Sain hampir sampai dirumahnya, ia baru ingat kalau Met menitip sesuatu kepadanya. Terpaksa ia berbalik arah dan pergi ke supermarket terdekat untuk membeli obat dan salep pereda nyeri.

'Thanipa Parmacy'

Salesgirl : "Excuse me, can I help you, sir?"
Sain : "Whether here sell the drug inflammation pain?"
Salesgirl : "Yes, we sell it."
Sain : "I want to buy it."
Salesgirl : "Wait a minutes, please, sir."

Salesgirl : "This is the cure, sir."
Sain : "Thank you. Oh ya, Whether here also sell a salve inflammation pain?"
Salesgirl : "Yes, we sell it too. You want to cold or hot?"
Sain : "Wait a minutes, I will ask to my friend."
Salesgirl : "Okay, sir."

Sain : "Ah sial, baterai ponselku habis, bagaimana aku akan bertanya kepada Met?"
Sain : "Hmmmm baiklah aku akan membeli yang dingin saja, jika dia tidak menyukainya aku akan membeli yang lain."

Salesgirl : "How, sir?"
Sain : "I want to buy a cold course."
Salesgirl : "Okay, wait a minutes, please."
Salesgirl : "This is the salve, sir."
Sain : "How much?"
Salesgirl : "210 baht, sir."
Sain : "This is the money, take just the rest."
Salesgirl : "Thank you, sir."
Sain : "Hmm."

02:10 am

Sesampainya di rumah langsung menuju ke dapur untuk menyiapkan cemilan malam untuknya karena dia tidak sempat makan malam karena bertemu Yiha.

Sain : "Met, ini obat dan salep pereda nyeri titipanmu, cepatlah turun."

5 kemudian

Sain : "Met."
Sain : "Mengapa dia tidak turun?"
Sain : "Oh ya, aku lupa kalau dia tidak bisa berjalan karena pantatnya itu HAHAHA. Baiklah aku akan membantunya turun."

Met menaiki tangga dan berjalan ke kamarnya untuk membantu Met turun.

Tok... Tok... Tok...

Sain : "Met, apakah kau sudah memakai pakaianmu? Apa aku bisa masuk sekarang?"
Sain : "Met."
Sain : "Met."

Karena tidak mendapat jawaban dari dalam kamarnya, ia langsung masuk ke kamar. Sesampainya di kamar ia tidak melihat keberadaan Met di atas kasur maupun di sekitar ranjang.

Sain : "Hah? Kemana Met? Met, apakah kau ada di dalam kamar mandi?"

Sain menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar Sain dan ternyata Met juga tidak ada disana.

Sain : "Met, kau dimana?"
Sain : "Met.... Met..."
Sain : "Kemana perginya dia? Sebaiknya aku menelepon dia, aku takut dia tidak bisa menghubungiku."

Sain : "ARGH SIAL! Baterai ponselku habis, aku harus mengisi bateraiku dulu. Huft."

Ia mengambil charger di laci nakas dan mengisi baterai ponselnya. Ia langsung menyalakan ponsel miliknya dan benar saja dugaannya, beberapa panggilan tak terjawab dan pesan dari Met masuk ke ponselnya.

Met (4 missed calls)
LINE : Met (4 unread messages)

LINE :

23:40 pm

Met : Sain, aku harus pulang sekarang.
Met : Maaf kalau aku tidak sempat untuk merapikan kasurmu.
Met : Titipanku bisa kau simpan saja, aku akan membeli lagi saat perjalanan pulang.
Met : Terima kasih atas lunch nya.

Sain : "WHAT!? Bagaimana bisa dia pulang dengan keadaannya yang seperti itu? Aku harus meneleponnya."

CALL :

Tuuut... Tuuut... Tuuut...
00:00
Sain : KAU DIMANA SEKARANG?
Met : Ada apa?
Sain : JAWAB SAJA, KAU DIMANA SEKARANG?
Met : Aku dirumah, santai saja.
Sain : BAGAIMANA AKU BISA SANTAI, KAU PULANG DENGAN KEADAANMU YANG SEPERTI INI. BAGAIMANA BISA?
Met : HEI, kau pikir aku apa? Aku ini lelaki, aku bisa menjaga diriku sendiri tanpa bantuanmu.
Sain : Terserah kau saja, aku tidak peduli.
Sain : Kau pulang dengan siapa? Aku yakin tidak ada kendaraan umum yang beroperasi di jam seperti ini.
Met : Ya memang aku tidak menggunakan kendaraan umum, dan aku juga tidak dengan siapa-siapa. Aku pulang jalan kaki.
Sain : APA?
Met : Kenapa?
Sain : BAGAIMANA MUNGKIN? KAU TURUN DARI RANJANG SAJA TIDAK BISA, BAGAIMANA MUNGKIN KAU PULANG JALAN KAKI KE RUMAHMU? RUMAHMU JAUH, KAU TAU ITU.
Met : Aku tidak peduli, aku sudah bilang kalau aku ini lelaki, aku bisa menjaga diriku sendiri, dan aku tidak selemah yang kau pikirkan.
Sain : Aku akan ke rumahmu dan melihat keadaanmu sekarang.
Met : Tidak, kau jangan ke rumahku, aku baik-baik saja.
Sain : Aku tetap akan ke rumahmu.
Met : SAIN. Aku baik-baik saja, kau jangan khawatir.
Met : Sudahlah aku ingin istirahat, aku lelah.
Met : Oh ya obat dan salep titipanku bisa kau simpan, aku sudah membelinya saat perjalanan pulang.
Sain : Tunggu...

Tuut... Tuut... Tuut...

Sain : "ARGH! Mengapa dia bisa se nekat ini? Met, kau tidak pernah berhenti-hentinya membuatku khawatir. Huft. Semoga kau baik-baik saja, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu karena tidak lama lagi kau akan menjadi milikku. Aku akan menembakmu setelah aku menemukan Dheo. Tunggulah, Met."

02:30 am

'Spicy NightClub'

Waiter : "Anda ingin memesan sesuatu?"
Vee : "Aku ingin bertemu dengan atasamu."
Waiter : "Tapi dia sedang tidak bisa diganggu untuk saat ini."
Vee : "Aku tidak peduli, cepat panggilkan atasanmu."
Waiter : "Tapi..."

Belum sempat menjawab, orang yang dicari oleh Vee datang.

Dham : "Biarkan."
Waiter : "Oh maaf, P'."
Dham : "Hmm pergilah."
Waiter : "Baik, P'."

Dham : "Bagaimana keadaanmu dan Beam?"
Vee : "Apa kau yang melakukannya?"
Dham : "A-apa maksudmu?"
Vee : "Apa semua ini ulahmu?"
Dham : "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."
Vee : "Tidak perlu berpura-pura. Mengapa kau melakukan itu?"
Dham : "Melakukan apa?"
Vee : "Aku tidak bodoh, aku memintamu untuk menyiapkan ruangan itu dan kau sendiri yang menyiapkan ruangan itu. Untuk apa, P'?"
Dham : "Huft. Kau tidak tau mengapa aku melakukan semua itu?"
Vee : "..."
Dham : "Baiklah, aku akan menjelaskan semuanya, semua yang ingin kau ketahui itu."
Dham : "Aku melakukan semua itu karena dirimu."
Vee : "Tidak per..."
Dham : "DIAM! Aku belum selesai menceritakan semuanya, aku akan melanjutkannya."
Dham : "Itu semua karena dirimu. Kau, orang yang over protective, berlebihan, tidak pernah menghargai orang lain, tidak pernah bisa melihat orang lain bahagia, dan yang paling penting 'Orang. Yang. Selalu. Merendahkan. CIN. TA.'. Kau seharusnya menjadikan masa lalumu sebagai batu loncatan untuk masa depanmu, bukan menjadikannya sebagai tumpuan. Kau tidak ada bedanya dengan orang bodoh yang mempunyai pemikiran sama sepertimu. Kau ingin tau mengapa aku mengatakan itu? Itu karena pemikiranmu itu, pemikiran yang sudah merendahkan CINTA sampai kau tidak bisa melihat orang yang benar-benar mencintaimu."
Vee : "Apa maksudmu?"
Dham : "Kau masih tidak mengerti? Jika kau ingin tau arti dari semua itu, pertama-tama bukalah matamu yang lebar sehingga kau bisa melihat mana orang yang benar-benar mencintaimu, mana orang yang hanya ingin mempermainkan perasaanmu, dan mana yang menganggapmu hanya sebagai teman maupun SAHABAT."
Dham : "Sudahlah aku harus pergi sekarang, aku harus menemani teman-temanku disana. Apa kau mau ikut?"
Vee : "..."
Dham : "Ah lebih baik tidak usah, sepertinya suasana hatimu sedang tidak bagus, sebaiknya kau pulang saja."
Dham : "Oh ya, satu hal lagi."

Dham mendekatkan kepalanya pas di samping telinga Vee, dan berbisik kepadanya.

Dham : "Tolong kau pahami maksud dari tiap-tiap kata yang aku ucapkan tadi dan tolong lebih peka dengan sekitarmu."

Dham : "Baiklah sampai jumpa."

Dham memberikan ciuman di pipi Vee, setelah itu pergi menemui teman-temannya dan meninggalkan Vee sendirian. Vee hanya bisa terdiam dan memahami kata demi kata yang keluar dari mulut Dham. Ia sama sekali tidak mengerti apa maksud dari ucapannya.

'Apa maksudnya? Apa maksud perkataannya? Apa dia bermaksud untuk membuatku sadar dan bisa lebih terbuka dengan yang lain? Atau dia hanya ingin mempermainkanku juga sama seperti yang lain? Tapi sepertinya dia sangat serius dengan perkataannya. Jadi apa maksud dari semua ini? Aku tidak mengerti.'

Vee : "Aku harus ke tempat P'Beam sekarang, aku harus meminta jawaban darinya, aku ini sebenarnya dia anggap apa."

Setelah itu Vee bersiap meninggalkan tempat itu. Sebelum pergi meninggalkan kelab, ia pergi ke toilet sebentar. Saat ia pergi menuju kamar mandi, ia bertabrakan dengan seseorang.

Bruuk.

Vee : Aduh, maaf maaf aku tidak senga..."

Ia terdiam seketika melihat orang yang ia tabrak. Pria dengan rambut hitam kecoklatan, postur tubuh tegap dan tinggi. Pria pengguna flanel shirt baby blue dengan kaos putih didalamnya ditambah jeans biru dongker, sepatu kets putih, dan jam tangan yang mengelilingi pergelangan tangannya . Pria berwajah tampan dengan tatapan yang mengerikan, menambah kesan cool. Pria idaman semua wanita dan sedikit pria tukang gosip.

Vee : "Pad?"
Pad : "Vee?"
Vee : "A-apa y-ya-yang kau lakukan di-disini?"
Pad : "Ikut denganku."
Vee : "M-ma-mau ke-kemana kau mem-membawaku?"

Tanpa menjawab pertanyaan darinya, Pad langsung menarik paksa tangan Vee dan membawanya ke dalam kamar mandi, ah lebih tepatnya toilet. Ia langsung melempar badan Vee ke tembok dengan posisi mereka saling bertatapan.

Vee : "A-apa yang k-kau lakukan?"
Pad : "Menurutmu?"
Vee : "Pad, aku mohon, jangan LAKUKAN ini, ini di kamar mandi, orang lain bisa melihat kita dari luar."
Pad : "Aku tidak peduli."
Vee : "Lepaskan aku, Pad"
Pad : "Kau pasti akan kabur jika aku melepaskanmu. Kali ini aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi."
Vee : "Pad."
Pad : "Mari kita melakukanNYA."
Vee : "Tidak Pad... Jangan... Pad, kumohon... Pad... Pad... PAAAAAADDDDD!"

                          Bersambung

-------------------------------------------------------------------

                            Episode 8

05:30 am

Vee : "Hoaaamm."
Vee : "Engh, dmn aku? Apa yang terjadi denganku?"
Pad : "Kau sudah bangun?"

Pria yang berada di depan cermin dengan menggunakan sweater abu-abu dan celana jogger abu-abu ditambah sepatu sport putih bersiap untuk olahraga pagi.

Vee : "Pad? Bagaimana kau ada disini?"
Pad : "Karena ini rumahku."
Vee : "APA? INI RUMAHMU?"
Pad : "tidak perlu heboh."
Vee : "Bb-bagaimana aku ada dirumahmu?"
Pad : "Kau pasti ingat kejadian semalam karena aku bisa pastikan kau tidak mabuk."

Vee mengingat kembali kejadian semalam yang membuat dirinya berada disini.

Semalam

Vee : "A-apa yang k-kau lakukan?"
Pad : "Menurutmu?"
Vee : "Pad, aku mohon, jangan LAKUKAN ini, ini kamar mandi umum, orang lain bisa melihat kita dari luar."
Pad : "Aku tidak peduli."
Vee : "Lepaskan aku, Pad."
Pad : "Kau pasti akan kabur jika aku melepaskanmu. Kali ini aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi."
Vee : "Pad."
Pad : "Mari kita melakukanNYA."
Vee : "Tidak Pad... Jangan... Pad, kumohon... Pad... PAAAAAADDDDD!"

Vee : "K-kau melakukanNYA denganku, ya, kau melakukanNYA."
Pad : "Kurang lebih seperti, tapi tidak seburuk yang kau pikirkan, aku yakin besok kau sudah bisa berjalan, jadi, untuk hari ini biarkan aku merawatmu."
Vee : "Itu tidak akan pernah terjadi."

Vee segera bangkit dari tidurnya dan mengenakan pakaiannya yang ditanggalkan Pad semalam karena membersihkan tubuh Vee. Setelah itu ia beranjak dari ranjang dan berjalan menuju pintu kamar. Saat hendak menggapai pegangan pintu, badannya terjatuh. Pad dengan sigap menahan badan Vee agar tidak terjatuh.

Pad : "Aku sudah bilang untuk tetap di ranjang. Dasar keras kepala."
Vee : "Lepaskan aku."
Pad : "Bisakah kau tidak keras kepala dan dengarkan perkataanku sehari ini saja?"
Vee : "Tidak."
Pad : "Hmm?"
Vee : "Karena aku membencimu, sangat membencimu."
Vee : "Kau makhluk yang paling menyebalkan."
Pad : "Terserah kau ingin mengatakan apapun, kau diamlah disini aku ingin berolahraga sebentar, jangan kemana-mana."
Pad : "Oh iya, kalau kau ingin sarapan aku sudah menyiapkan 2 lembar roti dengan segelas susu coklat, kau tinggal memanaskannya lagi. Tidak perlu menungguku."
Vee : "Pad, tunggu... Hey Pad... Pad... Paaad..."

Tanpa menghiraukan jawaban dari Vee, Pad langsung menutup pintu kamar dan segera keluar dari rumahnya untuk berolahraga.

Vee : "ARGH! Dia tidak bisa melakukan ini padaku. Huh. Liat saja nanti kau, Pad!"
Vee : "AAAHHH kepalaku pusing sekali

Karena matanya belum mendukung untuk terbuka lebar, Vee memutuskan kembali tidur sebentar untuk menghilangkan beban dimatanya.

1 jam

2 jam

3 jam

09:50 am

Vee mulai terbangun karena merasakan seseorang bernafas tepat di telinganya. Oa membuka mata dan menutupnya kembali agar matanya beradaptasi dengan cahaya dari luar yang menembus jendela. Saat merasakan matanya sudah terbiasa dengan cahaya yang ada disekitarnya, ia mulai membuka matanya kembali. Kini matanya sudah terbuka lebar dan ia merasa ada yang ganjal di dekatnya. Dengan kepala yang dirasakan lebih berat dari biasanya, Ia memalingkan wajahnya dan melihat sosok pria yang tadi malam dan tadi pagi ia lihat.

Vee : "A-apa yang k-kau lakukan?"
Pad : "Kau baru bangun?"
Vee : "Jangan mengubah topik pembicaraan."
Pad : "Huft, cepatlah turun dan makan sarapanmu, atau kau ingin aku menggendongmu sampai meja makan?"
Vee : "Ti-tidak perlu. Huh, dasar mesum."
Pad : "Hahaha aku hanya menawarkan bantuan saja."
Vee : "Aku akan segera turun."
Pad : "Cepatlah."
Vee : "Hmm."

Tanpa menunggu Vee, Pad langsung keluar dari kamar menuju dapur dan memanaskan susu coklat yang ia buat tadi pagi untuk Vee.

Dengan sedikit berusaha Vee mengangkat tubuhnya dari ranjang, tapi rasa pusing di kepala dan mual yang sedari tadi ia tahan membuatnya terjatuh di lantai dan untuk seketika itu pula pandangannya mulai kabur, semakin buram, sangat, amat buram, dan...




Ia pun pingsan.

12:30 pm

'Bangkok Hospital'

Hening, sepi, hanya ada suara tapak sepatu dari para keluarga pasien yang memenuhi yang koridor rumah sakit dan beberapa perawat yang sibuk keluar masuk ruangan. Sudah sekitar 2 jam Pad menduduki kursi panjang yang ada di depan ruangan bernomor 14. Di dalam sana sudah terbaring seorang pria remaja dengan paras blasteran khasnya yang masih belum bangun juga sejak pagi tadi. Pad sangat khawatir dengan keadaan Vee karena sebelum mereka bercinta Vee baik-baik saja. Semua negative thinking mulai bermunculan di pikiran Pad.

Tidak lama kemudian dokter yang dari tadi menangani Vee keluar dari ruangan dengan masih menggunakan lengkap pakaian medis. Pad segera bangkit dari duduknya dan menghampiri dokter tersebut.

Pad : "Dokter, bagaimana keadaan keka- maksud saya teman saya?"
Dokter : "Dia baik-baik saja, hanya sedikit lelah."
Pad : "Syukurlah kalau begitu."
Dokter : "Mmm apa kau kekasihnya?"
Pad : "Sebenarnya bukan, tapi aku mengharapkan sebuah keajaiban dan hal itu akan terjadi."
Dokter : "Kupikir kau kekasihnya, apa kau mengenal kekasihnya?"
Pad : "Aku tidak yakin."
Dokter : "Apa kau bisa menghubunginya? Aku perlu berbicara dengan kekasihnya tentang keadaan Vee."
Pad : "Dokter bisa mengatakannya kepadaku."
Dokter : "Maaf, tapi aku hanya bisa mengatakan semuanya kepada kekasihnya saja."
Pad : "Aku calon pacarnya, jadi aku berhak untuk mengetahui semua tentang keadaan Vee."
Dokter : "Akan tetapi ini menya..."
Pad : "KAMI SUDAH MELAKUKANNYA!"

Dokter tersebut langsung terdiam setelah mendengarkan apa yang baru saja Pad katakan. Tidak ada percakapan sama sekali selama hampir 1 menit , hanya tatapan mengancam dari Pad.

Dokter : "Huft. Baiklah, ikuti aku. Aku akan menjelaskannya."

Setelah itu mereka pergi meninggalkan ruangan dan menuju sebuah ruangan yang sepertinya ruangan konsultasi atau semacamnya. Sesampainya di ruangan yang dituju, dokter tersebut mempersilahkan Pad untuk duduk, sedangkan dokter tersebut pergi ke sebuah mesin yang sepertinya mesin pencetak hasil ronsen. Sekitar 5 menit baru lah dokter tersebut kembali dari tempat itu sambil membawa sebuah lembaran hasil scan. Mereka berdua cukup lama berbincang-bincang, sampai akhirnya seorang suster yang tadi membantu menangani Vee datang.

Suster : "Permisi dokter, apa saya mengganggu?"
Dokter : "Tidak, ada apa, sus?"
Suster : "Saya hanya ingin memberitahu kalau pasien di kamar 14 sudah siuman."
Pad : "Benarkah?"
Suster : "Iya, tuan."
Dokter : "Baiklah kalau begitu."
Pad : "Terima kasih, suster."
Suster : "Sama-sama, tuan. Saya permisi, tuan, dok."
Dokter : "Ya ya."
Pad : "Baiklah dok, kita bisa melanjutkannya lagi nanti, sekarang aku harus ke ruangan temanku."
Dokter : "Ya, tapi jangan terlalu membuatnya tertekan karena itu akan mempengaruhi keadaannya."
Pad : "Baik, terima kasih, dok."
Dokter : "Ya sama-sama."

Mendengar kabar tesebut, Pad langsung berlari menuju ruangan Vee tanpa memperdulikan bahwa dia sedang di rumah sakit yang semestinya menjaga ketenangan rumah sakit.

Sesampainya di depan pintu bernomor 14, Pad berhenti. Ia menghembuskan nafasnya dengan sedikit kasar, menyiapkan semua jawaban yang akan ia berikan kepada Vee karena ia yakin pasti akan banyak pertanyaan yang Vee lontarkan kepadanya. Setelah dirinya benar-benar telah siap fisik maupun mental, ia membuka pintu bercat putih bersih yang ada di depannya. Ia melihat seorang pria dengan pakaian ala pasien rumah sakit yang sedang terbaring. Dengan sekali dorongan, pintu tersebut telah tertutup rapat. Kini hanya keheningan yang memenuhi ruangan tersebut. Pad berjalan ke arah Vee. Sesampainya di samping Vee, Pad menduduki bokongnya pada kursi empuk yang telah disediakan. Awalnya mereka hanya saling bertatapan hingga akhirnya Pad membuka pembicaraan.

Pad : "Bagaimana keadaanmu?"
Vee : "Sudah lebih baik."
Pad : "Dokter bilang kau hanya kelelahan saja setelah semalam berolaharga yang cukup lama."
Vee : "Bisakah kau jauhkan dulu pikiran kotormu itu?"
Pad : "Hahaha baiklah baiklah, tapi aku serius dengan perkataanku."
Vee : "Enyahlah kau dari hadapanku."
Pad : "Hahahahaha."
Vee : "By the way, apa kau serius tentang menceritakan kejadian semalam pada dokter?"
Pad : "Tentu saja."
Vee : "SHIA! Bagaimana bisa kau menceritakannya dengan bangga sepeti ini?"
Pad : "Memang kenapa? Dokter itu yang memaksaku untuk mengatakannya, jadi untuk apa ku menutupinya. Lagi pula, aku juga bangga menjadi orang yang petama kali kau setubuhi."
Vee : "Kau memang makhluk paling mesum yang pernah aku temui."
Pad : "Hahahahaha."
Vee : "Diamlah kau."
Vee : "Oh ya, kapan aku bisa keluar dari sini? Tempat ini seperti neraka bagiku, sangat tidak nyaman."
Pad : "Sore ini."
Vee : "Syukurlah."
Pad : "Oh aku baru ingat, aku membawakan makanan kesukaanmu, Sachertorte dan Nanaimo."
Vee : "Benarkah? Bagaimana kau tau?"
Pad : "Hei, kau pikir aku mengenalmu hanya 2 3 hari? Hah? Aku sudah mengenalmu hampir 6 tahun, tidak mungkin aku tidak tau semua tentangmu."
Vee : "Hmm kau benar."

Pad mengambil sebuah paperbag berwarna baby blue dan putih yang berada di meja dekatnya dan memberikannya pada Vee. Vee hanya tersenyum dan langsung membuka semua isi yang ada di dalam paperbag tersebut. Tanpa basa-basi ia langsung melahap makanan favorite nya itu.

Vee : "Mmm makawnan iwni sangat ewnyak."
Pad : "Makanlah perlahan, kau akan tersedak."
Vee : "Kauw membelinya dimana?"
Pad : "Di toko pinggir jalan. Tadi, saat aku menuju kesini aku melewati toko tersebut dan tidak sengaja melihat banyak dessert, jadi aku mampir untuk membelinya."
Vee : "Hmm."

Pad hanya tersenyum sambil melihat Vee yang sedang melahap makanannya seperti orang kelaparan. Beberapa menit ia hanya memperhatikan Vee makan hingga ia sadar dengan tujuan awalnya.

Pad : "Vee."
Vee : "Hm?"
Pad : "Ada yang ingin aku katakan padamu."
Vee : "Awpa itu?"
Pad : "Berhentilah makan sebentar."
Vee : "Bawiklah bawiklah."

Vee menyelesaikan makanan yang ada di mulutnya dan menghentikan makannya.

Vee : "Ada apa?"
Pad : "Mmm..."
Vee : "Cepatlah."
Pad : "Tapi berjanjilah setelah mendengarkan penjelaskan dariku untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak jelas."
Vee : "Memang ada apa?"
Pad : "Berjanjilah dulu."
Vee : "Hm baiklah."

Pad : "Jadiii... Mmm..."
Vee : "Katakanlah dengan jelas atau aku akan membatalkan janjiku tadi."
Pad : "Okay okay."
Pad : "Huft."
Pad : "Jadi, tadi aku berbicara dengan dokter yang menanganimu dan dia berkata kalau..."
Vee : "Kalau apa?"
Pad : "Kalau kau hamil."
Vee : "APA?! Tidak mungkin, itu tidak mungkin. Aku ini lelaki, jadi tidak mungkin aku hamil."
Pad : "Awalnya aku juga tidak mempercayai perkataan dokter itu, tapi setelah melihat hasil ronsen, ternyata semua yang dikatakannya benar, kau sedang mengandung."
Vee : "Bagaimana bisa?"
Pad : "Kau mengalami kehamilan ektopik. Ini terjadi dimana telur yang dibuahi menempel ditempat selain rahim."
Vee : "Tapi aku tidak memiliki rahim ataupun sel telur."
Pad : "Kau punya."
Pad : "Aku akan menceritakan semuanya. Jadi, saat ibumu mengandung, seharusnya kau memiliki kembaran, namun sel telur kembaranmu tersebut tumbuh di dalam tubuhmu dan itu membuat sel telur kembaranmu tidak dapat dibuahi dan menyatu dengan tubuhmu."

Vee terdiam setelah mendapat penjelasan dari Pad. Ia masih mencoba memahami setiap perkataan Pad.

'Hamil? Ektopik? Selain rahim? Sel telur? Kembaran? Menyatu denganku? Apa maksud semua ini? Apa ini semua hanya gurauan? Apa ini hanya mimpi? Kalau ini memang mimpi, mengapa aku tidak bangun? Mengapa ini terlihat seperti sangat nyata? Apa ini memang nyata? Jika benar, bagaimana aku bisa menjalani semua ini? Bagaimana aku menjelaskan kepada orang tua dan teman-temanku? Bagaimana kalau mereka tidak menyukaiku lagi dan menjauhiku? AAAARRRRRGGGHHHH!'

Pad : "Vee... Vee... Vee."
Vee : "I-iya?"
Pad : "Mengapa kau melamun?"
Vee : "Ti-tidak."
Pad : "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Vee : "Tidak ada, aku hanya sedang mencerna maksud perkataanmu tadi."
Pad : "Jangan dipikirkan, mau tidak boleh terlalu banyak pikiran karena itu akan berpengaruh terhadap kesehatanmu dan juga juga baby dalam kandunganmu."
Vee : "Ya."
Pad : "Baiklah ayo kita bersiap untuk pergi."
Vee : "Hmm."

Karena hari sudah sore, mereka memutuskan untuk check out dari rumah sakit. Pad merapikan semua barang dan juga kasur tempat tidur Vee. Ia sengaja menyuruh Vee untuk tidak membantunya karena sekarang Vee sedang mengandung anak mereka dan Pad tidak ingin sesuati terjadi pada mereka berdua, terutama baby nya. Selesai merapikan ruangannya, Pad mengambil badan Vee dan bersiap untuk meninggalkan ruang tersebut, namun saat akan mengangkat tubuhnya, Vee menahan tangan Pad.

Vee : "Pad."
Pad : "Ada apa?"
Vee : "I'm scared."
Pad : "Takut dengan apa?"
Vee : "Everthing."
Pad : "Maksudmu?"
Vee : "Aku takut orang tua dan teman-temanku tidak bisa menerimaku lagi. Aku takut orang-orang akan mengejek dan menjauhiku. Aku takut semuanya meninggalkanku."
Pad : "Vee, kau tidak perlu takut, mereka semua tidak akan menjauhimu atau bahkan meninggalkanmu. Sebaliknya, aku yakin mereka akan senang karena kau sudah dewasa sekarang, terlebih lagi orang tuamu, mereka akan bahagia karena akan mempunyai seorang cucu."
Pad : "Lagi pula, kalau mereka memang akan menjauhi dan meninggalkanmu, kau masih memiliki aku. Aku akan selalu ada disampingmu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu karena aku suamimu. Eh, maksudku calon suamimu."
Vee : "Huft. Apa kau berjanji tidak akan meninggalkanku jika mereka tidak bisa menerimaku."
Pad : "Ya, aku janji."
Vee : "Tapi, itu berarti, aku sudah hamil di luar nikah dan baby ini adalah anak..."
Pad : "Shut. Jangan katakan itu. Setelah memberitahu orang tua juga semua teman-temanmu dan mendapat persetujuan dari orang tuamu, aku berjanji akan segera menikahimu. Aku tidak akan membiarkan anak kita lahir di luar pernikahan kita."
Vee : "Berjanjilah kau akan menepati semua perkataanmu."
Pad : "Aku berjanji demi Baby kita hehehe."

Mendapat jawaban tegas dari Pad, perasaan Vee sudah lumayan tenang dan juga bahagia. Ia memeluk Pad dengan sangat erat. Pad membalasnya dengan usapan di kepala Vee.

Vee : "Terima kasih, Pad. Hiks. Terima kasih karena sudah mempercayaiku. Hiks. Terima kasih karena sudah berjanji tidak akan pernah meninggalkanku. Hiks. Terima kasih. Hiks."
Pad : "Sudahlah, ayo kita pulang."
Vee : "Ya. Hiks."

Vee melepas pelukan hangat mereka dan mereka pun meninggalkan ruangan tersebut.

'Ruangan ini adalah saksi dari janji Pad dan aku agar selalu bersama meski jika semua orang meninggalkan kita. Terima kasih, Pad.'

Mobil Pad sudah menembus jalanan yang sudah sedikit ramai karena ini adalah jam sibuk. Sekitar 1 jam mobil melaju ditemani alunan musik jazz dari radio mobil.

Vee : "Pad."
Pad : "Ya?"
Vee : "Kita pulang ke rumahmu saja."
Pad : "Mengapa?"
Vee : "Untuk saat ini aku belum siap."
Pad : "Kau yakin?"
Vee : "Berikan aku waktu, setidaknya untuk meyakinkan diriku sendiri."
Pad : "Kau pasti bisa."
Vee : "Bagaimana jika tidak?"
Pad : "Kau cukup yakin padaku."
Vee : "Akan kuusahakan."
Pad : "Apa kau ingin membeli sesuatu? Makan malam mungkin?"
Vee : "Apa makanan semalam masih ada?"
Pad : "Ya."
Vee : "Kita bisa memakan itu."
Pad : "Okay."

Alunan musik jazz kembali menyelimuti mobil tersebut. Pad menambah sedikit kecepatannya agar mereka lebih cepat sampai di tempat tujuan mereka, Home Sweet Home.

19:00 pm

Mobil Por*ce Boster gold telah terparkir di garasi rumah modern tersebut. Sang empunya keluar dari mobil sport nan elegan itu. Ia membukakan pintu lainnya agar orang yang berada di dalam dapat keluar.

Vee : "Aku bisa melakukannya sendiri."
Pad : "Aku sedang memberikan first impression yang baik kepada calon anak kita."
Vee : "Terserah kau saja."

Saat ingin memasuki rumah tersebut, mereka telah disambut oleh 2 atau 3 atau bahkan beberapa pelayan yang menggunakan pakaian formal khas seorang pelayan. Vee takjub melihat rumah Pad yang begitu besar dan luas. Ia tidak menyangka kalau rumah Pad sebesar ini, terakhir kali ia disini hanya sebatas di kamar Pad karena kejadian itu yang membuatnya tidak dapat keluar kamar dan melihat se isi rumah rich man ini. Karena melihat Vee yang dari tadi melamun, Pad pun menghilangkan lamunan Vee dengan satu petikan jarinya.

Pad : "Hei, apa yang kau lamunkan?"
Vee : "Ti-tidak ada."
Vee : "By the way, rumahmu sangat besar, apa kau tinggal sendiri?"
Pad : "Tentu saja, tapi terkadang aku menyuruh teman-temanku untuk menginap disini."
Vee : "Ini lebih dari cukup untuk orang sepertimu yang tinggal sendiri, bagaimana kau mengurus rumah ini?"
Pad : "Kau pikir aku bisa merapikan semua ini? Untuk sekedar mencuci piring saja aku tidak bisa, bagaimana mungkin aku mengerjakan semua ini."
Vee : "Jangan bilang kau juga tidak bisa merapikan ranjangmu?"
Pad : "Aku tidak seburuk itu."
Vee : "Dasar rich man. Kau terlalu dimanjakan dengan hartamu, maksudku harta orangtuamu. Kau harus belajar untuk mandiri, melakukan apapun sendiri."
Pad : "Tapi aku tidak biasa."
Vee : "Kau harus mencobanya. Cobalah dari hal-hal kecil seperti merapikan semua barang yang setelah kau gunakan."
Pad : "Untuk apa? Kita bisa menyewa pelayan untuk merapikan semua itu."
Vee : "Huft. Kau pikir itu akan menyelesaikan semuanya? Hah? Asal kau tau, jika kau selalu seperti ini, bergantung pada harta, kau tidak akan pernah diterima dimanapun. Bukan hanya dalam hal pekerjaan saja, but everthing and anywhere. Itu karena apa? Karena kau tidak membiasakan dirimu untuk mandiri. Jadi, cobalah untuk mandiri. Memang susah, tapi jika kau melakukannya setiap hari kau akan terbiasa dengan itu."
Pad : "Aku mencobanya."
Vee : "Aku akan membantumu."
Pad : "Tidak perlu, aku akan melakukannya sendiri. Dokter menyuruhku agar menjagamu dari kegiatan melelahkan, aku tidak akan membiarkan kau melakukan pekerjaan yang berat karena itu akan berpengaruh pada baby kita."
Vee : "Lalu apa yang harus kulakukan? Melihatmu bekerja saja?"
Pad : "Kau bisa makan malam duluan atau menonton TV atau mungkin kau lelah ingin tidur lebih dulu, yang pasti tidak melakukan pekerjaan, okay?"
Vee : "Tapi aku tidak bisa, aku tidak bisa hanya menonton TV atau tidur, itu membosankan."
Pad : "Kau bisa mendengarkan musik."
Vee : "Tapi..."
Pad : "Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu dan juga baby kita. Hanya malam ini saja, ya?"
Vee : "Huuufffttt, aku menunggumu di kamar, cepatlah."
Pad : "Kau tidak ingin dinner dulu?"
Vee : "Tidak, aku akan makan makanan ringan saja di kamar."
Pad : "Baik sayang, aku akan menyusulmu dengan cepat."
Vee : "Hmm."

Vee menaiki anak tangga menuju kamar Pad, sedangkan Pad mulai merapikan rumahnya yang sebenarnya bersih karena telah dibersihkan pelayan di rumah. Akan tetapi, dia mencari sesuatu yang dapat ia kerjakan, mungkin membersihkan barang-barang antik di box room yang sudah sedikit berdebu karena hanya sekedar koleksi.

Setelah membersihkan box room, ia pergi ke kamarnya menemui Vee. Saat membuka pintu kamar ia melihat Vee yang sudah tertidur pulas dengan chips di dekatnya. Ia segera menghampirinya dan membersihkan makanan yang berserakan di ranjang. Selesai membersihkan sisa makanan, ia beranjak dari ranjang untuk membersihkan dirinya sebelum tidur.

Selesai mencuci badan, ia langsung beranjak ke ranjang king size miliknya yang sudah ditiduri oleh calon tunangannya tersebut. Ia menaiki ranjang itu dan memasangkan tubuhnya senyaman mungkin dan berhadapan dengan Vee.
Sebelum tidur, ia mencium kening dan juga perut Vee yang belum membesar.

Pad : "Vee,aku minta maaf, karena aku, kau menjadi seperti ini. Aku berjanji, Aku tidak akan meninggalkanmu meski semua orang menjauhimu, aku tidak akan pernah membiarkan kau pergi lagi, aku akan membuatmu percaya padaku. Aku tidak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya. Kalau terpaksa, aku akan membawamu bersamaku dan menikahimu. Aku tidak akan membiarkanmu menjadi seperti ini lagi karena aku tau ini bukanlah dirimu yang sebenarnya. Aku minta maaf, Vee. Aku mencintaimu."

                          Bersambung

-------------------------------------------------------------------

                            Episode 9

23:45 pm

Vee terbangun dari tidurnya, ia mengingat sesuatu. Ia mengambil ponsel yang ada di atas nakas dan pergi menuju balkon yang tertutup pintu kaca bening tersebut. Ia mencari nomor yang akan ia hubungi. Setelah ia menemukannya, ia menelepon nomor tersebut. 1 menit tidak diangkat. 2 menit tidak diangkat. Menit ketiga barulah panggilan itu terhubung.

CALL:

Vee : Lepaskan dia.
Subordinate : Tapi...
Vee : AKU BILANG LEPASKAN!
Subordinate : Baik.
Vee : Jangan lupa untuk memberikannya clomipramine dan propanolol, aku tidak ingin dia mengingat semua kejadian itu."
Subordinate : Bagaimana dengan rencanamu?
Vee : Aku akan melupakannya.
Vee : Jangan bertanya lagi, cepatlah kau kerjakan.
Subordinate : "Huft. Baiklah."

Tut.

Panggilan pun Vee putus. Ia tidak ingin berlama-lama mengungkit masalah ini karena ia tidak ingin lagi melakukan hal itu, sudah cukup sampai disini, sudah cukup korban yang telah ia sakiti, ia sudah selesai membalas semua perlakuan mereka padanya. Sekarang saatnya ia menjalani kehidupannya untuk ke depan, kehidupan barunya dengan Pad dan baby dikandungannya.

Ia kembali menuju ranjang king size itu dan melanjutkan tidur malamnya.

Di sebuah pabrik kosong

Seorang subordinate memasuki ruangan yang gelap tersebut, hanya ada 1 penerangan yang menerangi pria yang terduduk dengan tangan dan kakinya terikat di bawah lampu itu. Ia menghampiri pria tersebut dengan membawa sebuah stanless pan yang menyajikan sebuah suntikan dan 2 botol kecil berisi cairan berwarna merah muda dan bening. Saat sudah berada di depan pria yang terduduk itu, ia mulai mengambilan suntikan dan memasukkannya ke dalam cairan merah muda. Ia sudah siap menyuntikkan cairan merah muda itu pada tangan pria tersebut, namun pria tersebut menepisnya dengan menggoyangkan tubuhnya.

Dheo : "Apa yang kau lakukan, huh? APA YANG KAU LAKUKAN?!"
Subordinate : "Aku hanya akan memberikanmu vitamin energi karena setelah ini kau harus berjalan jauh, maka dari itu kau harus menyiapkan tenagamu sebanyak mungkin dan MAKANLAH MAKANANMU!"

Dheo tetap menggerakkan badannya agar subordinate tersebut tidak dapat menyuntikkan cairan yang Dheo tidak ketahui apa itu.
Dheo : "LEPASKAN AKU!"
Subordinate : "Sebenarnya aku juga tidak ingin memberikanmu ini, membuang-buang vitamin uang. Akan tetapi, aku terpaksa karena suruhanNYA."
Dheo : "Kau... Kau... Dimana Vee, aku akan membunuhnya sekarang juga. LEPASKAN AKU!"

Karena geram dengan tingkah Dheo, subordinate tersebut memukul tubuhnya berkali-kali sekuat mungkin sehingga membuat Dheo terkapar tidak berdaya. Melihat Dheo sudah kehabisan tenaga, barulah subordinate itu menyuntikkan kedua cairan yang tadi ia bawa ke lengan Dheo.
Dheo : "Aku... Huh... Aku... Huh... tidak akan... mele-paskan... huh... ka-lian... huh... lihat saja nanti... huh huh huh."
Subordinate : "Terserah."

'Buk'

Satu pukulan keras di kepala bagian belakang berhasil membuat Dheo pingsan. Subordinate tersebut mulai membuka semua ikatan yang terikat pada tubuh Dheo. Dilihatnya sudah semua, ia membawa Dheo menuju mobil untuk dia bawa ke rumah Dheo. Ingatannya pada kejadian itu akan kembali muncul jika Dheo berada dan melihat tempat dimana ia disekap, maka dari itu subordinate tersebut membawanya pulang agar Dheo merasa seolah-olah tidak terjadi sesuatu pada dirinya.

07:20 am

Tok tok tok...

Tok tok tok...

Tok tok tok...

Met : "Tunggu."

Met sudah bangun sejak subuh tadi karena ia harus beribadah. Ia berjalan menuju pintu depan dengan kakinya yang sedikit straddle karena rasa perih di bokongnya yang belum sembuh total. Dengan menahan sakit, ia membuka pintu depan dan mendapatkan kedua temannya yang sedang berdiri di depan pintu dengan membawa 1 keranjang berisikan buah dan sebuah kotak makan 2 tingkat berwarna blue. Met sedikit terkejut dengan kedatangan teman-temannya.

Met : "A-apa yang k-kalian la-lakukan disini?"
Nae : "Mengapa? Aku sudah katakan akan menjengukmu."
Fian : "Apa kau tidak ingin kami menemuimu? Hah?"
Met : "Bu-bukan begitu, maksudku, mmm... tidak perlu repot-repot, aku sudah katakan kalau hanya lelah saja."
Nae : "Bagaimana keadaanmu?"
Met : "Lebih baik dari kemarin."
Nae : "Syukurlah."
Met : "Dimana Vee?"
Fian : "Entahlah, aku sudah lama tidak bertemu dengannya, bahkan dia sudah lama juga tidak membalas pesanku atau sekedar muncul di LINE GROUP."
Met : Aku pun begitu, aku sudah memberikannya banyak pesan dan meneleponnya beberapa kali, namun nihil."
Met : "Aku pikir mungkin akhir-akhir ini dia sedang sibuk dengan keluarganya."
Fian : "Tidak mungkin, aku sudah menelepon ibunya dan katanya dia juga sudah beberapa hari ini pulang larut, bahkan tidak pulang."
Met : "Bagaimana mungkin? Apa dia sudah memiliki teman baru yang lebih baik dari kita? Atau  jangan-jangan dia sudah memiliki kekasih baru hingga melupakan kita?"
Fian : "Dasar bod*h, kau sudah mengenalnya berapa lama, huh? Vee adalah orang yang paling susah untuk bergaul dengan orang lain, jadi mustahil jika dia mempunyai teman baru atau seorang kekasih."
Met : "Lalu?"
Fian : "Kurasa..."
Nae : "Hei, apa kalian akan terus berbicara dan membiarkanku berdiri disini seharian, huh?"
Met : "Hehehe aku lupa, ayo masuklah."

Mereka memasuki rumah Met. Mereka sudah terbiasa ke rumah Met untuk sekedar nongkrong atau menginap jika pulang dari clubbing, tapi entah kenapa hari ini terlihat berbeda, Met terlihat sangat canggung saat berbiacara dengan Nae dan Fian, tidak salah jika mereka merasa Met telah menutupi sesuatu dari mereka. Sesampainya di ruang tamu, Nae dan Fian mendudukan bokongnya di sofa super empuk itu. Tanpa basa-basi Fian langsung membuka percakapan to the point.

Fian : "Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"
Met : "Mm-maksudmu?"
Fian : "Kita sahabatmu, kita sudah mengenalmu lama, jadi kau tidak akan mudah berbohong dan menutupi semuanya dari kita. Ceritakan."
Met : "Tidak terjadi apa-apa, sungguh."
Nae : "Apa perlu aku menggeledah seluruh isi rumahmu untuk membuktikannya sendiri?"
Met : "Ayolah, jangan seperti itu."
Fian : "Nae, ambil ponselnya, pasti dia meletakkannya di kamarnya."
Nae : "Baik."
Met : "Hei hei, apa-apaan ini, kalian terlalu berlebihan."
Fian : "Kau akan memberitahunya atau kami yang harus mencarinya sendiri?"
Met : "Baik baik, aku akan menceritakannya."

Met mulai berpikir untuk mengelak semua rasa penasaran sahabatnya tersebut.

Met : "Itu... eee... anu... itu... mmm..."
Fian : "Katakan dengan jelas."
Met : "Itu... Jadi... mmm... anu... waktu itu sekitar beberapa hari yang lalu saat aku sedang berolahraga aku bertemu Vee sedang yang baru saja keluar dari minimarket membawa banyak belanjaan dan saat aku menyakannya sepertinya dia sedang terburu-buru makanya aku tidak sempat untuk bertanya banyak mengenai dirinya yang sudah jarang berkumpul dengan kita. Ya seperti itu."
Nae : "Hah? Apa kau yakin?"
Met : "Ya, sangat yakin."
Fian : "Hei, kita sedang membicarakan tentang keadaanmu, mengapa kau jadi menceritakan tentang kau bertemu dengan Vee? Itu tidak ada hubungannya."
Met : "Te-tentu saja ada, saat itu aku membawa sangat banyak belanjaan dari minimarket, makanya sekarang imunku turun."
Nae : "Tunggu tunggu, tadi kau bilang Vee yang baru saja keluar dari minimarket dan membawa banyak belanjaan, lalu mengapa sekarang kau bilang kalau kau yang baru saja berbelanja?"
Fian : "Jawablah dengan jujur Met. Kita sahabatmu, kita akan menerima semua apa yang kau ceritakan, seburuk apapun itu."
Met : "Huft. Baiklah, aku akan jujur, aku akan menceritakan semuanya, tapi apa kalian bisa berjanji jika aku sudah menceritakan semuanya kalian masih akan tetap menerimaku?"
Nae : "Hmm."
Met : "Seburuk apapun itu?"
Nae : "Seburuk apapun."
Met : "Okay, aku akan menceritakannya."

Met mulai menceritakan semua kejadian yang terjadi padanya, mulai dari Sain yang mengajaknya lunch di rumahnya, tentang ia 'bercinta' dengan Sain, hingga ia harus pulang berjalan kaki dengan keadaannya yang masih atau bisa dibilang MEMANG tidak baik.

Nae and Fian : "WHAT THE HELL!"
Nae : "KAU BERCINTA DENGAN SAIN?"
Met : "Bisakah kalian pelankan suara kalian? Tetanggaku dapat mendengarnya."
Nae : "Ya ya, baik baik."
Nae : "A-aku masih ti-tidak me-nyangka. A-apa kau be-benar 'bb-be-ber-cinta' de-dengannya?"
Met :"Hmm. Itu seperti mimpi buruk."
Nae : "AAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Met : "Hei, pelankan suaramu!"
Fian : "Bagaimana bisa kau menjadi akrab dengannya?"
Met : "Sebenarnya aku sudah mulai akrab dengannya sejak di kelab waktu itu. Dia meminta ID LINE-ku saat dia sudah mengantarku pulang, aku tidak bisa menolaknya karena dia sudah mengantarku pulang."
Nae : "Bagaimana rasanya?"
Met : "Rasa apa?"
Nae : "Rasa saat ITU. Em-em ITU, bagaimana rasanya? Chocolate? Strawberry? Mango? hihihi."
Met : "Kau gila, huh? Rasanya sakit sekali, bod*h! Bokongku seperti ditusuk dengan besi panjang, sangat sakit, panas, dan perih. ARGH aku tidak mau membayangkan rasa itu lagi."
Fian : "Hahahaha."
Nae : "Bagaimana MILIKNYA? Apa BESAR? Atau PANJANG? Atau BENGKOK? Atau BERURAT? Coba jelaskan detail bentuknya, aku sungguh penasaran hihihihihi."
Met : "punya dia sepertinya PAKET KOMPLIT. BESAR, PANJANG, NAIK KEATAS, DAN MEMILIKI URAT DIMANA-MANA."
Nae : "Wooow, benar-benar pria idaman Hahahaha."
Met : "Pria idaman, pantatmu. Dia nyaris saja membuat lubangku robek."
Fian : "HAHAHAHAHAHAHA."
Fian : "Kau sangat beruntung bisa mendapatkannya. Kita tidak salah memilih sasaran."
Nae : "Kau benar, Fian. HAHAHAHAHA."
Met : "Huh, aku menyesal menceritakan semuanya pada kalian."
Nae : "Apa dia sudah memintamu untuk menjadi pacarnya?"
Met : "Entahlah, aku tidak ingat."
Nae : "Kau harus menanyakannya."
Fian : "Nae benar, jangan sampai kau hanya dijadikan boneka untuk melampiaskan nafsunya. Terlebih lagi orang seperti mereka, playboy and fvckboy, pasti banyak wanita murahan yang mengejar-ngejar mereka."
Met : "Hmmm kalian benar juga, aku tidak mau hanya diberikan harapan palsu olehnya, aku akan menanyakannya."
Met : "Tapi nanti, setelah aku bertemu dengannya, aku tidak ingin hanya melalu LINE saja, aku ingin mendengar langsung dari mulutnya itu."
Nae : "That's my boy."
Fian : "Baiklah kalau begitu, kita pulang sekarang."
Met : "Tunggulah sebentar, setidaknya breakfast bersamaku, makanan ini terlalu banyak, aku tidak bisa menghabiskannya sendiri."
Nae : "Kau bisa menyimpan sisanya for lunch or dinner."
Fian : "Hampir lupa, apa kau sudah membeli salep dan obat pereda nyeri untuk bokongmu?"
Met : "Sudah."
Fian : "Baguslah. Baiklah kami pulang ya, sampai jumpa, jangan lupa minum obatmu."
Met : "Siap bos."
Nae : "Sampai jumpa, Met."
Met : "Sampai jumpa, terima kasih atas makanannya dan hati-hati di jalan."
Nae : "Yaaa."

Fian dan Nae meninggalkan rumah Met dengan mobil milik Fian. Nae memang jarang membawa mobilnya karena ia agak sedikit malas untuk membawa benda tersebut, ia lebih suka menumpang dengan temannya atau naik taksi.

Nae : "Fian."
Fian : "Hm?"
Nae : "Apa kau juga berpikir tentang omongan Met tadi mengenai Vee?"
Fian : "Sedikit."
Nae : "Aku sedikit merasa khawatir dengannya, aku takut terjadi sesuatu dengannya."
Fian : "Dia pria kuat, aku yakin dia baik-baik saja."
Nae : "Tapi kan..."
Fian : "Sudahlah, Nae, tidak perlu dipikirkan, aku yakin dia baik-baik saja, hanya sedikit sibuk. Setelah semua urusannya beres pasti dia akan menghubungi kita lagi. Percayalah padaku."
Nae : "Ya, semoga saja itu benar."
Nae : "Lindungilah dia dimana pun dia berada."
Fian : "Kau berbicara denganku?"
Nae : "Aku sedang berdoa, bod*h!"
Fian : "Hm."

Suasana di mobil menjadi hening, tidak ada musik dari radio yang terdengar. Fian fokus dengan jalanan di depannya dan Nae sibuk dengan ponsel miliknya. Beberapa menit dan mereka sampai di rumah Nae.

Nae : "Masuklah dulu, kita breakfast bersama."
Fian : "Tidak apa, ada sesuatu yang harus aku lakukan."
Nae : "Ini masih pagi, apa yang kau lakukan di pagi seperti ini?"
Fian : "Aku harus menemui kakak sepupuku, dia memintaku untuk datang."
Nae : "Untuk apa?"
Fian : "Entahlah, aku sudah menanyakannya, tapi dia hanya menyuruhku untuk datang ke tempatnya."
Nae : "Apa terjadi sesuatu dengannya?"
Fian : "Tidak, mungkin dia menyuruhku menjaga tempatnya itu, seperti biasa, dan aku aku menolaknya jika bayaran yang dia tawarkan tidak menggiurkan."
Nae : "Selalu seperti Fian yang aku kenal, yang ada di otakmu hanya keuntungan, keuntungan, dan keuntungan."
Fian : "Tentu saja, kalau aku tidak seperti ini mungkin sekarang aku akan berada di rumahmu, menumpang hidup denganmu."
Nae : "Terserah kau saja, asal kau tidak mencari keuntungan dariku saja."
Fian : "Tenang saja, untukmu, aku akan memberikan diskon khusus."
Nae : "Dasar perhitungan."
Fian : "Hahahaha aku bercanda aku bercanda."
Nae : "Baiklah aku masuk, ya."
Fian : "Hm."
Nae : "Jangan lupa menjemputku malam ini."
Fian : "Untuk apa?"
Nae : "Jangan banyak bertanya."
Fian : "Humm, bersiaplah, aku akan menjemputmu sekitar jam 19:00 pm."
Nae : "Ya."
Fian : "Baiklah kalau begitu, sampai jumpa."
Nae : "Sampai jumpa."

Fian melajukan mobilnya menembus jalanan menuju tempat saudara sepupunya berada.

09:09 am

Vee terbangun dari tidurnya yang cukup nyenyak. Ia tidak menemukan keberadaan Pad disampingnya. Ia melihat jam dinding yang berada di atas televisi kamar mereka.

Vee : "Pukul 09:09 am? Apa yang dia lakukan jam segini?"

Ia beranjak dari ranjangnya dan mencari keberadaan sang empu rumah. Ia menuruni tangga menuju lantai 1. Benar sekali dugaannya, Pad sudah rapi dengan kaos abu-abu kerah panjang ditutupi haket kulit kitam miliknya ditambah celana jeans hitam dengan sepatu sneakers kebangaannya, terlihat seperti seorang penjahat yang sudah siap untuk melakukan rencana liciknya.

Pad : "Hai Vee, kau sudah bangun?"
Vee : "Hmm, kau ingin pergi kemana?"
Pad : "Aku akan menemui temanku."
Vee : "Siapa?"
Pad : "Dham."
Vee : " 'Spicy NightClub'?"
Pad : "Ya."
Vee : "Untuk apa?"
Pad : "Dia tidak memberitahuku."
Vee : "Aku akan menemanimu."
Pad : "Tidak perlu, aku hanya sebentar saja."
Vee : "Aku bosan dirumah, aku harus menghirup udara segar di luar."
Pad : "Kau bisa ke balkon."
Vee : "Aku tidak mau, aku akan ikut bersamamu. Tunggu sebentar, aku akan bersiap."
Pad : "Vee, tidak perlu... Vee... Vee... Dasar keras kepala."

Vee sudah siap dengan pakaiannya, stripe shirt hitam putih dipadukan dengan rip jeans dan sneakers putih miliknya, sangat cocok dan matching saat dipakai olehnya.

Vee : "Ayo kita berangkat."
Pad : "Gantilah pakaianmu."
Vee : "Memang kenapa?"
Pad : "Kau terlihat sempurna menggunakannya, aku tidak ingin banyak yang melirikmu."
Vee : "Ha-Ha-Ha, dasar posesif."
Pad : "Itulah sifatku."
Vee : "Huh."
Pad : "Breakfast lah dulu, kau butuh asupan lebih untukmu dan juga baby kita."
Vee : "Aku akan membawa sandwich untuk dimakan di mobil, kau mau aku buatkan?"
Pad : "Tentu."

Sementara Vee menyiapkan sandwich untuk mereka, Pad memanaskan mobil yang akan mereka pakai. Siap dengan semuanya, mereka pergi meninggalkan rumah Pad. Dalam perjalanan Vee banyak bertanya mengenai hubungan Pad dengan Dham, Siapa orangtuanya yang bisa memberikan semua fasilitas mewah ini padanya, dll. Pad hanya menanggapi semua pertanyaan Vee dengan anggukan atau gelengan dan jawaban singkat, hingga Vee mulai menanyakan soal hubungan mereka.

Vee : "Pad, apakah kita harus bertemu dengan orangtuaku dan memberitahu hubungan kita pada mereka?"
Pad : "Tentu saja, aku ingin orangtuamu tahu siapa menantunya dan bagaimana kejantananku untuk menemui mereka hehehe."
Vee : "Bagaimana jika mereka tidak setuju dengan hubungan kita?"
Pad : "At least we've tried."
Vee : "Apa kau akan meninggalkanku?"
Pad : "Itu tergantung padamu."
Vee : "Maksudmu?"
Pad : "Sekarang aku yang akan bertanya padamu."
Pad : "Jika orangtuamu menolak hubungan kita, siapa yang akan kau pilih? Apakah kau memilih menuruti keinginan orangtuamu untuk berpisah denganku atau kau memilih meninggalkan orangtuamu dan semua yang menentang hubungan kita untuk bersamaku?"
Vee : "Mmm... Itu... Aku... masih belum bisa memastikannya. Perasaanku masih labil untuk memilih salah satu diantara kalian. Di satu sisi aku ingin bersamamu karena aku tidak ingin baby kita lahir tanpa kehadiranmu, tapi di sisi lain aku belum bisa meninggalkan orangtuaku, mereka yang melahirkan dan merawatku hingga saat ini. Aku belum siap untuk memutuskannya, ini terlalu sulit untukku."
Pad : "Aku mengerti, maka daru itu aku akan memberimu waktu untuk memikirkan semua itu matang-matang, aku tidak ingin kau salah memilih dan akhirnya menyesali semua keputusanmu. Aku ingin bersamamu, sangat ingin, tapi aku tidak mau menjadi orang yang egois, aku tidak mau memaksamu untuk memilihku, aku akan menyerahkan semuanya padamu, semua keputusanmu akan aku terima. Aku hanya meminta satu hal, tolong jangan terlalu lama memutuskannya karena aku butuh jawaban, semakin hari perutmu semakin besar, jika kita menemui orangtuamu dengan keadaanmu yang sudah hamil itu akan membuat orangtuamu semakin menolak hubungan kita karena dia akan berpikir bahwa aku adalah pria tidak baik yang sudah membuatmu hamil sebelum menikahimu."
Vee : "Ya, aku akan memberikan jawaban itu dalam 3 hari."
Pad : "That's my girl."
Vee : "Jangan mengatakan itu."
Pad : "Mengapa?"
Vee : "Karena aku lelaki."
Pad : "Tapi tidak lama lagi kau akan menjadi istriku."
Vee : "Istri pant*tmu!"
Vee : "Aku ingin dipanggil 'Phao', tidak istri, Mommy, Mae, dan semacamnya."
Pad : "Tapi aku menyukainya."
Vee : "Dan aku tidak."
Pad : "Hmm baiklah, istr-maksudku 'Phao-ku'."
Vee : "Pad, setelah menemui Dham temani aku menemui teman-temanku, sudah lama aku tidak menemui dan mengabari mereka."
Pad : "Dimana?"
Vee : " 'Saxophone Bar'."
Pad : "Baiklah, aku akan mengajak Beam dan yang lain juga."
Vee : "JANGAN!"
Pad : "Hah?"
Vee : "Eee... maksudku jangan mengajak mereka, bukannya P'Beam masih dirumah sakit?"
Pad : "Oh iya aku lupa memberitahumu kalau Beam sudah sadar beberapa hari yang lalu dan semalam dia sudah pulang ke rumahnya diantar oleh Naap."
Vee : "P'Naap juga sudah pulang?"
Pad : "Hm, dia pulang 2 hari yang lalu."
Vee : "Baiklah."
Pad : "Aku akan mengabari mereka saat sampai di tempat Dham."
Vee : "Hm."
Pad : "Hei, apa kau tau, beberapa hari yang lalu Dheo menghilang entah kemana."
Vee : "Ya aku tau itu. Apakah dia sudha ditemukan?"
Pad : "Saat itu ia sedang makan di kantin rumah sakit dan saat itu pula dia menghilang. Yang sedikit aneh dia sudja kembali, tapi dengan keadaannya yang tidak baik, dia lupa dengan semua kejadian yang terjadi padanya malam itu."
Vee : "Benarkah?"
Pad : "Ya, maka dari itu Yiha sekarang melakukan terapi di psikiater dan dia juga sudah memilih untuk tinggal bersama Dheo."
Vee : "Wah, apakah ini sudah saatnya?"
Pad : "Dia belum yakin, dengan keadaan Dheo yang seperti ini mungkin dia akan menundanya beberapa bulan."
Vee : "Aku mengharapkan mereka bersama secepatnya, mereka tampak serasi."
Pad : "Tapi tidak lebih serasi dari kita."
Vee : "Jangan terlalu berharap."
Pad : "Hahahaha."

Cukup lama mereka berbincang, tidak terasa ternyata mereka sudah sampai di tujuan mereka.

LINE :

Vee : Kau sudah menanganinya?
Subordinate : Clear.
Vee : Good.

LINE :

Vee : Aku sudah men-transfer uangmu, kau bisa mengeceknya.
Subordinate : Tidak perlu, aku percaya padamu.
Vee : Tugasmu sudah selesai, kita tidak ada hubungan apapun lagi.
Subordinate : Hm.

Vee have blocked you


Pad : "Vee cepatlah."
Vee : "I'm coming."

'Spicy NightClub'

Di dalam kelab tidak terlalu ramai, bahkan bisa terbilang sepi karena hari masih pagi dan tidak mungkin ada orang yang datang di pagi hari untuk mabuk ataupun mencari mangsa. Hanya ada beberapa orang yang tertidur disini. Dapat dikatakan sudah biasa mereka tertidur disini karena mabuk berat dan tidak dapat pergi, Dham juga mengizinkan mereka tidur disini, tapi hanya sampai mereka terbangun, setelah itu mereka harus meninggalkan tempat ini, tidak peduli seberapa pusing kepala mereka.

Pad dan Vee menghampiri pria yang mereka ingin temui. Di depan Dham terduduk seorang pria berpakaian serba hitam sedang membelakangi mereka.

Dham : "Hei, kau baru sampai?"
Pad : "Ya, perjalanan kesini terasa cukup panjang."
Dham : "Hahaha bisa saja. Oi, kau membawanya?"
Pad : "Ya, dia memaksa untuk ikut bersamaku."
Dham : "Mmm it's okay."
Pad : "Ada apa?"
Dham : "As usual."
Dham : "Oh ya, ada yang ingin aku kenalkan pada kalian. Bangunlah, sapa mereka."

Pria tersebut bangkit dari duduknya dan membalikkan badannya. Ternyata itu adalah...






Fian.

Fian : "Perkena... Vee?"
Vee : "Fian?"
Fian : "Apa yang kau lakukan disini?"
Vee : "A-aku... aku... hanya sedang mampi..."
Pad : "Dia kesini bersamaku."
Fian : "Ka-kalian pergi bersama?"
Vee : "Itu tid..."
Pad : "Tentu saja."
Fian : "Sejak kapan kalian menjadi akrab? Bukankah kalian saling membenci?"
Pad : "Setiap orang pasti bisa berubah, begitu oun kita, memilih berdamai."
Dham : "Kalian sudah saling mengenal?"
Fian : "Ya, Vee adalah sahabatku dan P'Pad adalah senior kami."
Dham : "Baguslah kalau kalian sudah saling mengenal, jadi tidak perlu lagi ada perkenalan. Mari duduk."

Vee : "A-apa yang kau lakukan disini?"
Fian : "Aku lupa memberitahumu, dia adalah kakak sepupuku yang pernah aku ceritakan padamu, dan dia menyuruhku untuk menemuinya di jam seperti ini. Sungguh menyebalkan."
Dham : "Jangan mengeluh."
Fian : "Hm."
Fian : "Dan apa yang kalian lakukan disini?"
Pad : "Menemui Dham."
Fian : "Apa hubunganmu dengan P'Dham?"
Pad : "He's my buddy. Awalnya kita hanya sebatas teman bisnis, tapi sekarang aku sudah menganggapnya sebagai sahabatku."
Fian : "P'Dhaaaammm?"
Dham : "Hehehe ya, dia benar, aku juga sudah menganggapnya sebagai sahabatku."
Pad : "Ingat, hanya sekedar sahabat, okay?"
Dham : "Yaaa."
Vee : "Apa maksudmu 'hanya sekedar sahabat'?"
Pad : "Jadi, dulu Dham pernah menyukaiku."
Dham : "Hei, jangan menceritakannya, itu sungguh memalukan."
Pad : "Tenang saja, aku tidak akan menceritakan semuanya."
Fian : "Hm?"
Pad : "Tapi aku menolaknya karena aku hanya menganggapnya sebagai seorang teman saja, tidak lebih. Dia saja yang terlalu terbawa suasana."
Dham : "Apa maksudmu? Kau itu terlalu sombong, kau tidak menerimaku karena wajahku tidak sebaik dirimu. Lihat sekarang, kau terkena karmanya, tidak ada satu pun wanita yang menjadi pendampingmu, jangankan pendamping, dekat saja tidak ada Hahaha."
Pad : "Aku sudah mendapatkannya,  bahkan lebih baik dari semua wanita yang pernah mengunjungi tempatmu. Aku mendapatkan seorang malaikat."
Dham : "Benarkah? Kapan kau mendapatkannya? Mengapa kau tidak memberitahuku kalau kau sudah mendapatkannya? Dimana dia sekarang? Aku ingin melihatnya."
Pad : "Kau sudah memiliki pacar? Aku tidak pernah melihat kau drkst dengan seorang wanita pun selain P'Yiha."
Pad : "Kalian baru saja melihatnya?"
Dham & Fian : "Baru saja melihat?"
Dham : "Dimana?"
Pad : "Di depan kalian."
Vee : "Paaaaaaaddddd."
Fian & Dham : "VEE?"
Pad : "Ya."
Fian : "Vee, apa yang dikatakannya itu benar? Atau itu hanya sebuah lelucon?"
Vee : "E... itu... mmm..."
Pad : "Katakan saja yang sebenarnya, cepat atau lambat mereka akan mengetahui hubungan kita."
Vee : "Huft. Baiklah, ya itu benar, apa yang dia katakan benar, tapi aku belum 100% memilihmu, ingat itu!"
Fian : "Sejak kapan kau berpacaran dengan Pad? Bukankah prinsipmu 'cinta adalah bullshit'?"
Vee : "Itu aku juga tidak tau bagaimana semuanya terjadi, yang pasti dia telah membuat hidupku berubah."
Fian : "Tapi bagaimana bisa?"
Vee : "Ceritanya panjang, aku akan menceritakan pada kalian nanti. Oh ya, aku ingin mengajak kalian untuk bertemu di 'Saxophone Bar', kabari yang lain, aku sudah lama tidak bertemu dan mengobrol dengan kalian."
Fian : "Hm, nanti akan aku kabari mereka."
Fian : "Jadi, bagaimana hubungan kalian? Sudah seberapa jauh?"
Pad : "Sangat jauh."
Dham : " 'Sangat jauh' dalam artian?"
Pad : "Dalam artian sangat jauh."
Fian : "Aku tidak mengerti."
Pad : "Ya kami akan segera menemui orangtua mereka."
Fian : "Untuk apa?"
Pad : "Meminta persetujuan dari mereka, Vee sudah hamil dan kita tidak ingin mereka tau kalau Vee hamil sebelum kita menikah."
Dham & Fian : "HAMIL?!"
Vee : "PAAAAAADDDD!"

'Plak'

                          Bersambung

-------------------------------------------------------------------

                           Episode 10

Dham & Fian : "HAMIL?!"
Vee : "PAAAAAADDDD!"

'Plak'

Satu tampar mendarat di pipi Pad. Tanda merah sedikit berbentuk tangan mulai terlihat di pipinya, dan ya, itu sangat keras.

Pad : "Apa yang kau lakukan?"
Vee : "Apa yang kau bicarakan, huh?"
Pad : "Aku mengatakan yang sebenarnya."
Vee : "Aku sudah katakan kalau aku yang akan memberitahu mereka."
Pad : "Cepat atau lambat mereka akan mengetahuinya."
Vee : "Aku tau, tapi tidak sekarang, biarkan aku siap dulu."
Fian : "Tunggu tunggu. Apa yang kalian bicarakan? Vee hamil? Bagaimana bisa? Aku tidak mengerti."
Vee : "Kau diamlah dulu."
Fian : "Kau menyuruhku diam? Bagaimana aku bisa diam, apa yang kau sembunyikan dariku."
Vee : "Aku tidak menyembunyikan apapun. Ini tidak penting dan ini bukan urusanmu."
Fian : "Ini bukan urusanku? Jadi kau menggangapku apa selama ini? Kau menganggap kami apa?"
Vee : "Bukan begitu maksudku."
Fian : "Kau tidak memberi kabar pada kita dan menghilang begitu saja karena ini? Selama ini kau menyuruh kita untuk tidak mendekati dan bergaul dengan siapapun, kau menyuruh kita untuk tidak percaya dengan CINTA, kau mengubah hidup kita, DAN SEKARANG APA? Kau yang membantah perkataanmu sendiri, kau mendekati dan bahkan sudah bercinta dengan si BRENGSEK ini. Wah, hebat sekali kau Vee. Aku mengakui bahwa permainan dramamu sangat hebat, Mr.Khunnang."
Vee : "DIAMLAH KAU!"

'Plak'

Fian : "KAU YANG DIAM!"
Vee : "Be-berani sekali kau menamparku."
Fian : "KENAPA? Apa karena kau ahlinya dalam drama? Cih. Tidak ada sedikit pun aura mengerikan yang keluar dari tubuhmu yang hina itu. MenjijiKAN!"

Vee berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan mereka bertiga. Air mata mengalir dengan deras dari kedua matanya, ia tidak dapat menahan air matanya lagi yang sedari bertumpu dibawah mata agar tidak terjatuh. Ia berlari ke sembarang arah, yang ia inginkan saat ini hanyalah menjauh dari mereka, terutama Pad. Pad yang sudah mengungkapkan semuanya, rahasia mereka, seharusnya Vee yang mengatakannya itu.

Pad berusaha mengejar Vee, namun Dham menahannya.

Pad : "Aku harus mengejarnya."
Dham : "Biarkan dia sendiri dulu."
Pad : "Tapi aku takut terjadi sesuatu padanya, dia pergi entah kemana, bagaimana jika ada seseorang yang berusaha menyakitinya? Bagaimana jika dia terluka?"
Dham : "Kau terlalu negative thinking, jauhkan pikiran burukmu itu."
Dham : "Aku akan pastikan dia baik-baik saja, sekarang kau tenangkan dirimu."
Pad : "Jika sesuatu terjadi padanya, aku tidak aka memaafkanmu."
Fian : "SEHARUSNYA AKU YANG BERKATA SEPERTI ITU. Kau telah mengubah hidupnya, kau telah menodainya dengan perilaku burukmu itu. Kau tidak jauh berbeda dengan teman-temanmu yang BRENGSEK itu. Tidak heran mengapa Vee sangat membencimu."
Pad : "Perhatikan omongan."
Fian : "MENGAPA? Semua yang kukatakan sepenuhnya benar."
Dham : "Jaga attitude-mu, Fian, aku tidak pernah mengajarkanmu seperti itu."
Fian : "Jangan membelanya karena dia temanmu."
Dham : "FIAN!"
Fian : "..."
Dham : "Aku minta maaf, Pad."
Pad : "Hm, tidak apa."
Dham : "Sekarang kau ceritakan semua kejadiannya, aku akan merahasiakannya dari siapapun."
Pad : "Hufffttt. Jadi..."

Dengan sedikit ragu Pad menceritakan semua kejadian itu sedetail mungkin, kejadian demi kejadian keluar dari mulutnya, pita suara itu tidak berhenti bergerak untuk menceritakan semuanya, ia menceritakan saat ia membawa Vee ke toilet dan menyetubuhinya disana, kemudian ia juga menceritakan saat ia membawa Vee ke rumahnya dan ia kembali menyetubuhinya hingga beronde-ronde.

'Buk'

Satu kepalan tangan Fian layangkan pada Pad dengan penuh amarah.

Fian : "DASAR BRENGSEK!"
Dham : "Fian tenanglah, tenang. Biarkan dia menyelesaikan ceritanya."

Pad melanjutkan ceritanya yang sempat dihentikan Fian. Ia kembali menceritakan semuanya, sampai ia memberitahu bahwa Vee hamil dan hasil ronsen itu adalah bukti dari kehamilannya.

Dham : "Tidak heran mengapa Vee bisa menjadi seperti ini."
Fian : "KAU MEMANG PRIA SIALAN!"
Pad : "Aku menunggunya selama lebih dari 4 tahun dan aku tidak dapat menahannya lagi."
Fian : "Kau..."
Pad : "Tenang saja, aku akan bertanggung jawab atas semuanya. Dalam 3 hari dia akan memutuskan akan bersamamu atau memilih orangtuanya."
Dham : "Maksudmu?"
Pad : "Jika orangtuanya tidak menerima hubungan kita, dia akan memilih akan tinggal bersamaku atau bersama orangtuanya. Jika dia memilih orangtuanya maka aku akan mengambil baby-ku dan merawatnya, tapi jika dia memilih bersamaku maka aku akan menikahinya tanpa restu dari orangtuanya."
Dham : "Itu tidak mungkin."
Pad : "We don't have choice."
Fian : "I have to go."
Dham : "Hei, kau mau kemana? Kita belum selesai bicara. Fian... FIAAN..."

Fian pergi meninggalkan Dham dan Pad tanpa menghiraukan panggilan Dham.

Pad : "Sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan bisnis."
Dham : "Itu semua karena kau."
Pad : "Mengapa aku?"
Dham : "Lupakan."
Pad : "Kau sudah menemukan keberadaan Vee?"
Dham : "Don't worry, aku pastikan dia baik-baik saja. Apa rencanamu sekarang?"
Pad : "Entahlah, aku rasa ini akan lebih sulit dari dugaanku."
Dham : "Ingatlah, waktumu hanya 3 hari untuk meminta maaf sekaligus jawaban atas pilihannya."
Pad : "Apa yang harus aku lakukan?"
Dham : "Aku tidak berpengalaman dalam hal ini, tapi aku menyarankanmu untuk tidak bertindak ceroboh seperti tadi. Kau harus merencanakan semuanya dengan sangat hati-hati karena aku yakin saat ini dia akan sangat sensitif."
Pad : "Kau memang tidak berpengalaman, sangat tidak romantis, makanya aku menolakmu."
Dham : "Benarkah? Bagaimana jika aku berubah menjadi pria yang romantis? Apa kau akan menerimaku?"
Pad : "Pasti."
Dham : "Mau?"
Pad : "Tidak, bod*h. Aku sudah memiliki Vee, untuk apa aku harus bersamamu."
Dham : "Kau akan menyesal tidak menerimaku."
Pad : "Dan aku akan lebih menyesal jika meninggalkan Vew hanya untuk pria sepertimu."
Dham : "Hahahahaha."
Pad : "Baiklah aku harus pergi sekarang, aku akan mencarinya."
Dham : "Jangan lupa dengan perkataanku."
Pad : "Hmm."
Dham : "Aku akan menghubungimu untuk re-schedule pertemuan kita. Kau kabari aku jika sudah selesai dengan urusanmu."
Pad : "Ya."

Pad mengambil kunci mobil di atas meja, keluar dari tempat itu menuju mobil dan segera pergi.

***

Vee menaiki taksi tanpa memberitahukan tujuannya. Ia hanya menyuruh supir taksi tersebut agar menjauh dari tempat ia menaiki taksi itu. Supir taksi tersebut hanya mengiyakan kemauan Vee tanpa menolak.

Vee : "Bagaimana bisa dia mengakui semua itu dengan sangat bangga seperti tadi? Itu sangat memalukan. Dasar bod*h!"
Supir taksi : "Anda berbicara dengan saya?"
Vee : "Oh tidak tidak, saya hanya berbicara pada diri saya sendiri, maafkan saya."
Supir taksi : "Umm. Ngomong-ngomong, kemana tujuan anda sebenarnya?"
Vee : "Memang saya belum memberitahumu kemana tujuanku?"
Supir taksi : "Belum, anda hanya mengatakan untuk menjauh dari tempat anda naik."
Vee : "Kalau begitu antarkan saya ke Pattaya saja."
Supir taksi : "Baik."

Taksi pun melaju menuju tujuan baru yang Vee minta. Selama perjalanan Vee hanya melamun memikirkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

'Apa aku harus menjauh dari mereka? Atau aku membiarkannya saja? Jika aku menjauh dari mereka itu hanya akan membuat mereka semakin khawatir, tapi jika aku mengabaikannya pasti mereka akan memberitahu kepada yang lain termasuk orangtuaku. Aku belum siap untuk mengatakan semuanya pada orangtuaku. Argh. Semua ini karena Pad. Seharusnya aku tidak mempercayai semua ucapannya. Aku harus bagaimana huaaaaaaa.'

Supir taksi : "Sir... Sir... Siir..."
Vee : "Oh ya ada apa?"
Supir taksi :"Kita sudah sampai di tujuan anda."
Vee : "Benarkah?"
Supir taksi : "Ya."
Vee : "Baiklah."

Vee segera membayar tarif taksi tersebut dan segera keluar dari taksi. Setelahnya ia bergegas menuju kuil budha untuk berdoa. Jalan menuju kuil tidak jauh, hanya beberapa meter dari jalan raya. Tempatnya tidak terlalu ramai karena Vee datang saat weekday.

***

Selesai berdoa ia berkeliling Pattaya untuk mencari cemilan dan menghilangkan semua pikiran yang negative di kepalanya. Di Pattaya memang banyak penjual-penjual yang berdagang mulai dari pagi sampai tengah malam. Makanan disana pun sangat lezat dan harganya sangat terjangkau, tidak heran jika setiap hari tempat ini selalu saja ada pengunjung yang datang, baik pagi hari maupun malam hari. Tempat ini pula yang menjadi tujuan Vee jika ia sedang mengalami hari-hari yang sangat berat.

Vee mulai membeli beberapa cemilan dan juga minuman yang menurutnya cukup untuk menahan perutnya hingga siang atau mungkin malam hari. Setelah menurutnya cukup ia segera menuju taman yang biasa ia datangi, taman yang nyaman dan sepi dengan hembusan angin sejuk menambah kesan tenang. Tempat yang sempurna.

Saat hendak sampai di taman, ia berpapasan dengan seseorang yang ia kenal. Pria berparas asia yang mengenakan kaos hitam dengan celana panjang biru dongker dan denim jaket berbalut coat hijau panjang sekaki ditambah sneakers putih, terlihat seperti aktor-aktor korea yang tampan dan gagah.

Vee : "P'Naap."
Naap : "Vee."
Vee : "Apa yang P'Naap lakukan disini?"
Naap : "Aku sedang berkunjung ke rumah orangtuaku. Dan kau, apa yang kau lakukan disini?"
Vee : "Aku hanya ingin berdoa dan mampir sebentar disini untuk menghilangkan penat."
Naap : "Umm, sebenarnya aku juga sedang mencari tempat untuk berisitrahat, apa kau tidak keberatan jika aku bergabung denganmu?"
Vee : "Tidak juga, lagi pula aku juga tidak memiliki teman untuk mengobrol. Ayo."
Naap : "Ya, kau duluan saja, aku ingin membeli sesuatu."
Vee : "Baiklah."

Mereka pergi saling menjauh. Naap pergi menuju para penjual yang sedang menjajahkan apa yang mereka jual dan Vee kembali berjalan menuju taman mencari tempat paling strategis untuk bersantai.

Setelah menemukan tempat yang sesuai dan cocok untuknya, ia pun langsung menjatuhkan bokongnya pada rerumputan segar. Ia membuka salah satu makanan dan minuman yang tadi ia beli. Makanan pertama jatuh pada hamburger with mozarella cheese extra slice cheese dengan minumannya chocolate milkshake. Ia mulai memakan makanannya dengan 1 gigitan besar, melanjutkan ke gigitan kedua, dan seterusnya hingga sudah setengah potong baru lah Naap datang.

Vee : "Cukup lama."
Naap : "Hahaha aku bingung ingin membeli apa, jadi aku memutuskan untuk membeli hotdog dan orange juice."
Vee : "Duduklah."
Naap : "Ya."

Naap duduk disebelah tepat Vee. Vee tidak merasa risih karena ia sudah pernah duduk bersama dengan Naap kala itu di mall. Vee kembali memakan makananya. Mereka berdua hanya diam dan menikmati makanan dan minuman mereka hingga tuntas.Selesai makan baru Naap membuka percakapan.

Naap : "Apa kau sedang dalam masalah?"
Vee : "Ti-tidak, aku baik-baik saja."
Naap : "Benarkah?"
Vee : "Ya, bahkan aku sangat baik."
Naap : "Tapi wajah dan penampilanmu saat ini tidak mencerminkan itu, terlihat jauh dari kata baik atau bisa dikatakan sangat buruk."
Vee : "I-itu tidak benar."
Naap : "Keluarkan saja, aku siap menjadi pendengarmu."
Vee : "Tapi aku belum siap."
Naap : "Jika kau tidak menceritakannya itu hanya akan menambah buruk keadaan, setidaknya aku mungkin bisa memberi saran atau membantumu menyelesaikan masalahmu."
Vee : "Ini tidak mudah."
Naap : "Aku tau. Kau bisa menenangkan dirimu disini, setelahnya kau bisa menceritakan semuanya padaku."
Naap : "Tidurkan tubuhmu disini, ikuti aku."
Vee : "Tapi..."
Naap : "Sudah tidurkan saja, aku yakin kau akan merasa baik. Cobalah."
Vee : "Hmm."

Vee menidurkan tubuhnya pada rerumputan hijau ini. Angin yang berhembus membuat rerumputan bergerak mengikuti arah angin dan menimbulkan rasa nyaman pada tubuh mereka. Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya mereka tertidur disana.

***

17:15 pm

Cukup lama mereka tertidur hingga suara bising di sekitar taman membangunkan mereka.

Vee : "Hoaamm, jam berapa sekarang?"
Naap : "17:15 pm."
Vee : "Lama juga kita tertidur hehehe."
Naap : "Apa kau tidak khawatir jika semuanya mencarimu? Sudah lebih dari setengah hari kau tidak kembali."
Vee : "Kurasa tidak, aku sudah biasa menghilang seperti ini."
Naap : "Kau sudah lebih baik sekarang."
Vee : "Sedikit, tempat ini memang sangat nyaman, tidak ada yg bisa menggantikannya."
Naap : "Kupikir tidak juga."
Vee : "Hmm?"
Naap : "Aku tau tempat-tempat seperti ini yang lainnya, tapi itu cukup menghabiskan waktu. Lain kali aku akan mengajakmu kesana."
Vee : "Benarkah?"
Naap : "Tentu saja."
Vee : "Aku akan menagih janjimu."
Naap : "Kau kabari aku saja kapan kau memiliki waktu senggang."
Vee : "Okay."
Vee : "P'."
Naap : "Ya?"
Vee : "Apa kau tau penginapan terdekat disini?"
Naap : "Ya, aku tau, untuk apa?"
Vee : "Aku akan berada disini beberapa hari."
Naap : "Apa karena masalah ini?"
Vee : "Ya begitulah."
Naap : "Kau bisa menginap di tempatku."
Vee : "Tidak usah, aku tidak ingin merepotkanmu."
Naap : "Itu sama sekali tidak merepotkan. Aku juga tidak memiliki teman disini."
Vee : "Aku ingin sendiri untuk beberapa hari ini."
Naap : "Hmm, baiklah, kapan kau akan menginap?"
Vee : "Mungkin malam ini, aku ingin membeli beberapa potong pakaian dan celana dalam, setelah itu baru aku check in."
Naap : "Aku akan memesannya sekarang."
Vee : "Tapi usahakan jangan sampai yang lain tau kalau aku menginap disini."
Naap : "Tenanglah, aku akan membuatmu tidak dapat ditemukan siapapun, bahkan GPS sekalipun."
Vee : "Hehehe terima kasih, P'Naap."
Naap : "Tidak masalah."

Naap memesankan penginapan terdekat di Pattaya untuk Vee tinggali selama beberapa hari.

Naap : "Aku sudah memesannya, kau bisa check in kapanpun, dan masalah pembayarannya, aku sudah membayarnya."
Vee : "Aku akan menggantinya nanti."
Naap : "Tidak apa, anggap saja itu sebagai ucapan terima kasih karena sudah menemaniku seharian ini."
Vee : "Hehehe."
Naap : "Oh ya, apa kau mau aku temani berbelanja."
Vee : "Kau tidak sibuk?"
Naap : "Tidak, aku juga bosan jika hanya dirumah saja mendengarkan perbincangan orangtuaku tentang perjodohanku dan sebagainya."
Vee : "Hahaha apa P'Naap sudah mempunyai calon masa depanmu?"
Naap : "Belum, tapi aku sedang mendekati seseorang."
Vee : "Benarkah? Siapa?"
Naap : "Aku akan memberitahumu jika kau meberitahuku juga tentang masalahmu."
Vee : "Kau curang."
Naap : "Hahaha."
Vee : "Baiklah, aku akan menunggumu disini."
Naap : "Aku berangkat sekarang."
Vee : "Ya, cepatlah. 20 menit dari sekarang."

Tanpa membalas ucapan Vee, Naap langsung pergi meninggalkannya.

***

Fian pergi dengan mobilnya membelah jalan raya yang cukup ramai. Ia mencari Vee du berbagai tempat, termasuk tempat dimana mereka sering berkumpul, namun hasilnya nihil. Ia tidak menemukan Vee dimanapun. Di selang mengemudi ia mengambil ponselnya dan memberi pesan kepada teman-temannya.

LINE GROUP :

Fian : Teman-teman, aku butuh bantuan kalian.
Nae : Ada apa?
Fian : Vee pergi entah kemana, aku sudah mencarinya disekitar sini, namun dia tetap tidak ada.
Nae : Bukankah Vee memang sudah menghilang beberapa hari ini dari kita?
Met : Apa maksudmu?
Fian : Aku akan menceritakan semuanya nanti, kita berkumpul di 'Saxophone Bar' pukul 19:00 pm."
Met : Baiklah.
Nae : Kau tidak akan menjemputku @Fian ?
Fian : Untuk sekarang aku tidak bisa.
Met : Aku akan menjemputmu menggunakan mobilku.
Nae : Umm.
Fian : Usahakan kau menggunakan motor saja karena itu akan lebih berguna.
Met : Memang kenapa?
Fian : Aku akan membutuhkannya untuk pergi ke tempat-tempat yang tidak bisa dijangkau mobil.
Met : Kalau begitu aku akan menjemputmu @Nae menggunakan motorku.
Nae : Hmm, baiklah aku akan bersiap.
Fian : Aku sudah memesan tempat, jangan sampai telat.
Met : Ya ya ya.

Fian menaruh ponselnya dan kembali fokus pada perjalanannya.

18:58 pm

'Saxophone Bar'

Met dan Nae sudah stand by di tempat yang di pesan oleh Fian, sedangkan Fian masih belum datang, entah dimana dia sekarang.

2 menit kemudian baru lah Fian sampai disana. Dengan sedikit berlari ia menghampiri teman-temannya.

Fian : "Tepat waktu."
Nae : "Cepat ceritakan apa yang terjadi."
Fian : "Tunggulah sebentar, biarkan aku bernafas dan minum dulu, aku sangat lelah."
Fian : "Excuse me."

Setelah mengatakan itu tidak lama seorang waitress datang.

Waitress : "Anda ingin memesan, tuan?"
Fian : "Ya, aku ingin memesan ravioli with carbonara sauce dan whine."
Nae : Tidak, kau tidak boleh meminum whine. Kita ini ingin mencari Vee, jika terjadi sesuatu padamu, bagaimana?"
Fian : "Baiklah baiklah, berikan aku blue lemonade saja."
Waitress : "Baik, tunggu sebentar, tuan."

Waitress pun pergi dengan sebuah buku menu dan kertas yang bertuliskan pesanan Fian.

Met : "Cepat ceritakan."
Fian : "Aku akan menceritakannya, tapi kalian harus mendengarkannya dulu sampai aku selesai bercerita, tanpa dipotong, setelah itu barulah kalian bisa berkomentar, okay?"
Met : "Hmm.
Fian : "Baik. Huft. Jadi..."

Fian mulai menceritakan apa yang terjadi tadi pagi, namun ia tidak memberitahu mereka bahwa Vee sedang mengandung anak Pad karena pasti itu akan membuat mereka sangat marah dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan pada Pad. Ia menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat dan tanpa ada potong pembicaraan dari Nae dan juga Met.

Nae : "Ba-bagaimana bisa Vee berpacaran dengan P'Pad? Bukankah mereka tidak saling suka? Vee pun juga sangat membenci P'Pad."

Saat ingin menjawab pertanyaan Nae, waitress yang tadi melayaninya datang dengan membawa round tray berisi makanan dan minuman yang Fian pesan.

Waitress : "Pesanan anda, tuan."
Fian : "Oh ya terima kasih. Saya ingin meminta bill saya."
Waitress : "Tunggu sebentar, tuan."
Fian : "Ya."

Nae : "Hei bagaimana?"
Fian : "Aku juga tidak mengerti bagaimana mereka bisa berpacaran, P'Pad hanya memberitahuku kalau mereka bertemu di kelab milik kakak sepupuku dan dari situ mereka mulai berhubungan."
Met : "Jadi dia pergi karena kau beradu mulut dengannya?"
Fian : "Begitulah."
Met : "Tidak masuk akal."
Nae : "Maksudmu?"
Met : "Seperti ada sesuatu yang disembunyikan olehnya dan tidak ingin siapapun tau, termasuk kita."
Nae : "Apa seperti itu?"
Met : "Kurasa begitu. Apa kau menyembunyikan sesuatu dari kita?"
Fian : "Ti-tidak."
Met : "Benarkah?"
Fian : "Ya, untuk apa aku menyembunyikannya dari kalian."
Fian : "Sudahlah, aku mau makan, aku harus mengisi tenagaku karena aku akan menghabiskan banyak tenaga untuk mencari Vee."
Met : "Hm."

Fian dan yang lain memakan makanannya yang sudah mulai dingin. Tidak ada yang berbicara, hanya suara dentingan sendok dan piring yang terdengar. Mereka sangat menghayati makan mereka. By the way, Budaya disana memang seperti itu, jika sedang makan tidak baik berbicara karena dari situ akan terlihat attitude dan kepribadian seseorang.

Selesai makan dan membayar baru mereka pergi meninggalkan Bar tersebut.

Fian : "Tunggu, aku ingin ke toilet sebentar."
Nae : "Cepatlah."
Fian : "Ya."

Fian pergi menuju kamar mandi dengan sedikit berlari kecil.

Met : "Aku juga ingin ke. Toilet sebentar."
Nae : "Mengapa tiba-tiba kau juga ingin ke toilet? Apa kalian ingin melakukan sesuatu disana?"
Met : "Enyahkan pikiran kotormu itu dariku."
Nae : "Aku hanya bertanya saja. Huh."
Nae : "Aku akan menunggu di tempat parkir."
Met : "Ya."

Met pergi menuju toilet mengikuti langkah Fian.

Sekitar 1 menit mereka di dalam kamar mandi, setelah itu Fian dan Met baru keluar dan mencuci tangan mereka.

Met : "Bicaralah, aku akan merahasiakannya dari Nae."
Fian : "A-apa maksudmu?"
Met : "Aku tau kau menyembunyikan sesuatu."
Fian : "Bagaimana kau tau?"
Met : "Aku bukan teman yang mengenalmu beberapa hari."
Fian : "Kau benar."
Met : "Apa yang sebenarnya terjadi?"
Fian : "Sebenarnya... Mmm..."
Met : "Apa?"
Fian : "Vee sedang mengandung anak Pad."
Met : "APA!? BAGAIMANA BISA?"
Fian : "Pelankan suaramu, bod*h, Nae akan mendengarkannya nanti."
Met : "Maaf aku lupa, bagaimana bisa?"
Fian : "Apa kau tau tentang Kehamilan Ektopik?"
Met : "Ya aku pernah mendengar dan juga membaca ulasan tentang Kehamilan Ektopik."
Fian : "Itulah yang terjadi padanya."
Met : "Aku masih tidak percaya."
Fian : "Awalnya aku juga tidak percaya, tapi setelah Pad meperlihatkan padaku hasil ronsennya, dari situ lah aku mulai percaya."
Fian : "Padahal hanya dalam semalam mereka melakukannya."
Met : "Hanya semalam dan Vee langsung hamil?"
Fian : "Ya, itu karena Pad bercinta denganya selama beberapa ronde, makanya Vee bisa menjadi seperti itu."
Met : "Si Brengsek itu, berani sekali dia melakukan itu pada Vee. Jika aku bertemu denganya aku tidak akan mengampuninya. Lihat saja nanti."
Fian : "Aku mohon jangan beritahukan ini dulu pada Nae, aku takut Nae akan membenci Vee dan Pad. Biarkan Vee yang memberitahunya nanti."
Met : "Tenang saja, aku merahasiakan ini sampai kita bertemu dengan Vee."
Fian : "Terima kasih, Met."
Met : "Ayolah, Nae pasti sudah menunggu."
Fian : "Ya ayo."

Mereka keluar dari toilet menuju tempat parkir. Nae sudah menunggu dengan raut wajah yang terlihat jelas sangat kesal.

Nae : "Dugaanku memang tidak pernah meleset, kalian habis melakukannya, benar kan?"
Met : "Bisakah kau positive thinking pada kami. Dasar otak kotor."
Nae : "Kalian sangat lama, otakku menjadi travelling kemana-mana."
Fian : "Terserah kau saja, Nae. Ayo, kita pulang."
Nae : "Kau bilang ingin mence Vee?"
Fian : "Besok saja, ini sudah malam, kita akan kesulitan dalam mencarinya."
Nae : "Okay. Fian, aku pulang bersamamu, ya? Met tidak seru."
Fian : "Hm."
Met : Baiklah aku pulang sekarang. Sampai jumpa, hati-hati di jalan."
Fian : "Ya kau juga, sampai jumpa."
Nae : "Sampai jumpa."

***

22:20 pm

Vee dan Naap telah selesai membeli beberapa potong pakaian dan celana dalam. Mereka bersiap untuk kembali ke penginapan.

Naap : "Kau yakin sudah membeli semua keperluan untuk di penginapan?"
Vee : "Ya, aku juga sudah membeli beberapa bahan makanan untuk dinner dan breakfast besok."
Naap : "Kau tidak ingin membeli yang lain? Seperti cemilan mungkin?"
Vee : "Sepertinya tidak, aku hanya membawa beberapa baht saja, aku harus menghemat uangku."
Naap : "Aku yang akan membayarnya."
Vee : "Tidak usah, P', aku masih memiliki sisa cemilan pagi tadi."
Naap : "Baiklah, ayo aku akan mengantarmu."
Vee : "Ya."

Mereka pergi menaiki mobil meninggalkan keramaian yang tadi memenuhi mereka. Kini hanya mereka berdua dan alunan musik pop yang memenuhi mobil. Rasa canggung masih terlihat pada diri mereka masing-masing. Karena Vee merasa sedikit risih dengan kecanggungan ini, ia memutuskan untuk memulai pembicaraan.

Vee : "P'Naap."
Naap : "Hm?"
Vee : "Apakah aneh jika ada seorang pria yang hamil?"
Naap : "Tidak juga."
Vee : "Mengapa begitu?"
Naap : "Sebenarnya impianku dari dulu adalah menjadi seorang dokter yang hebat. Dokter yang dapat menyelamatkan banyak orang, dokter yang berguna bagi semua orang, dokter yang dibutuhkan siapa saja, dokter yang dapat diandalkan, dokter yang dapat menjadi malaikat bagi orang yang membutuhkan bantuan. Aku ingin menjadi orang yang berguna bagi banyak orang. Maka dari itu aku sudah lama mempelajari tentang hal-hal yang berbau medis, termasuk hal ini. Awalnya memang aku tidak percaya dan sedikit bingung, tapi setelah aku membaca dari beberapa artikel kedokteran, baru aku mengerti."
Vee : "Impianmu sangat luar biasa, tidak sepetiku, impianku hanya menjadi orang yang sukses dan dapat membahagiakan teman-temanku dan kedua orangtuaku. Aku terlihat sangat egois, ya? Begitu lah aku hehe."
Naap : "Menurutku itu wajar saja karena impianmu adalah dapat membahagiakan orang lain, itu sangat mulia. Aku dulu juga pernah memiliki impian sepertimu, bahkan lebih buruk, aku hanya ingin diriku bahagia, hanya itu. Akan tetapi, setelah aku mengenal dunia luar, mengenal teman-temanku, baru lah aku sadar bahwa aku hidup tidak sendiri. Aku hidup berdampingan dengan orang lain, maka aku harus dapat membahagiakan orang lain juga. Teman-teman dan orangtuaku juga selalu mengingatkanku aku tidak akan bisa hidup jika aku hanya memikirkan diriku sendiri, karena bagaimanapun juga, jika aku dalam kesulitan pasti orang lain lah yang akan membantu kita. Hidup itu kausalitas, apa yang kita berikan kepada orang lain maka kita akan mendapatkan itu kembali. Kau mengerti maksud ucapanku, kan?"
Vee : "Ya, aku mengerti."
Naap : "Maaf jika aku terlalu banyak berbicara hehehe."
Vee : "Tidak apa, aku lah yang seharusnya berterima kasih padamu, kau memberikan banyak pelajaran hidup padaku. Kau membuatku sadar bahwa aku terlalu egois."
Naap : "Semua akan berubah seiring berjalannya waktu, merubah kepribadian kita itu tidak mudah, semua itu membutuhkan proses dan dorongan, baik itu dari luar maupun dari dirimu sendiri, jika diri kita sendiri tidak ada keinginan untuk berubah bagaimana orang lain dapat mengubah kita. Sama seperti menasehati, kita mudah menasehati orang lain, tapi kita tidak mudah untuk menasehati diri sendiri."
Vee : "Kau benar, aku tidak bisa terus seperti ini. Aku harus mengubah sikapku, aku harus bisa membuka diri kembali. Terima kasih banyak, P'."
Naap : "Tidak masalah. By the way, untuk apa kau menanyakan tentang pria yang bisa hamil?"
Vee : "Mmm... itu... eee... nggg... sebenarnya... bagaimana ya... mmm..."
Naap : "Keluarkan saja, aku akan menjadi pendengar yang baik, mungkin aku juga bisa memberimu masukan."
Vee : "Sebenarnya... aku... sedang hamil."

Mobil yang Naap kendarai dihentikannya mendadak, membuat mereka terlempar ke depan.

Vee : "Aww."
Naap : "Benarkah?"
Vee : "I-iya."
Naap : "Siapa ayah dari bayi ini?"
Vee : "Tentu saja aku."
Naap : "Maksudku siapa ayah lain dari bayi ini."
Vee : "Itu... dia... dia adalah... mmm... P'Pad."
Naap : "Hah? P-P-Pad?"
Vee : "Ya."
Naap : "Kau bercinta denganya?"
Vee : "Sebenarnya bukan kita, hanya dia saja. Dia yang memaksaku untuk melakukanNYA, aku sudah mencoba menolak, tapi tenaganya sangat kuat, jadi aku hanya bisa pasrah menerima tiap hantaman demi hantaman yang diberikan P'Pad pada bagian bawahku."
Naap : "Tapi bagaimana mungkin hanya dalam semalam?"
Vee : "Dia melakukanNYA tidak hanya sekali, tapi berkali-kali, beronde-ronde. Bayangkan saja, dari malam sampai matahari akan terbit dia menghujaniku dengan sperma miliknya, bagaimana aku tidak hamil."
Naap : "Jadi, sekarang kau sedang mengandung dan kau pergi sendirian tanpa peduli dengan bayi yang ada di kandunganmu? Kau memang sudah tidak waras."
Vee : "Aku menjauhi semuanya karena aku belum siap untuk mengatakan pada mereka, aku masih memerlukan waktu untuk menerima semua kenyataan ini, tapi P'Pad dengan tanpa rasa bersalah mengatakan di depan teman-temanku bahwa aku sedang mengandung anaknya. Dia memang sudah gila."
Naap : "Sifat Pad memang seperti itu, dia tidak dapat menahan apa yang ada di benaknya. Dia akan mengatakan kepada siapapun mengenai semuanya, apapun itu."
Vee : "Jadi aku memutuskan untuk menjauh dari mereka untuk beberapa hari."
Naap : "Tapi itu tidak akan berjalan dengan baik, kau harus membutuhkan seseorang untuk menjaga kesehatanmu dan juga bayimu. Aku tidak akan selalu ada untukmu."
Vee : "Aku bisa menjaga diriku sendiri."
Naap : "Tidak, kau tidak bisa. Aku sudah katakan mau bagaimana pun juga kau akan membutuhkan orang lain, dan dengan keadaanmu sekarang, kau akan butuh perhatian yang lebih. Jadi, aku memutuskan hari ini kau tinggal bersamaku dan aku akan mengantarmu pulang besok."
Vee : "Tapi..."
Naap : "Aku tidak menerima penolakan."
Vee : "Huft. Terserah P' saja."

Mereka melanjutkan perjalanan menuju tempat orangtua Naap tinggal.

***

22:55 pm

Pad belum juga sampai di rumahnya. Ia masih setia mencari keberadaan Vee. Sudah berpuluh-puluh kali ia meneleponnya, namun Vee tetap tidak mengangkatnya. Ini pertama kalinya ia merasa khawatir yang amat sangat seperti ini.  Sebelumnya ia juga pernah khawatir saat Vee pingsan, namun kekhawatirannya tidak seperti sekarang ini. Sudah dari pagi semenjak ia meninggalkannya di kelab itu Vee masih juga belum kembali. Hari semakin larut dan matanya juga sudah mulai terasa berat. Pad belum makan sejak siang tadi, yang terpenting sekarang adalah keberadaan Vee, hanya itu yang ada di pikirannya, ia tidak peduli dengan kesehatannya sendiri. Yang ia pedulikan hanya orang yang ia cintai, hanya Vee.

Pad : "Kau dimana Vee, aku benar-benar khawatir, aku sudah mencarimu kemana-mana termasuk rumah orangtuamu, namun kau juga tidak ada. Aku tidak tau harus mencarimu kemana lagi. Ck."

Beberapa kali ponselnya berdering, Dham mencoba untuk menelepon dan memberinya pesan, namun Pad tidak ingin menjawab pesan ataupun panggilan dari siapapun selain Vee. Saat ini yang ia inginkan hanya keberadaan Vee.

Pad : "Sukumvit Road, Khao San,  semuanya sudah aku datangi, kemana lagi aku harus mencari, sudah semua tempat aku datangi, semuanya. Kau benar-benar senang membuat orang khawatir, Vee."

Dreeet... Dreeet... Dreeet...

Untuk kesekian kalinya ponsel Pad berdering lagi dan kali ini ia mengangkatnya dengan sedikit kesal.

CALL :

Pad : "ADA APA?"
Dham : "Hei, santai saja. Aku hanya ingin bertanya, apa kau sudah bertemu denganya."
Pad : "Belum, aku sudah mencari ke semua tempat dan tetap tidak ada, kecuali..."
Dham : "Kecuali?"
Pad : "Kecuali satu tempat yang belum aku datangi. Ya, tempat itu."
Dham : "Datangi apa? Tempat apa? Dimana?"
Pad : "Aku akan memberitahumu nanti, aku harus pergi kesana."
Dham : "Pad, ini sudah sangat larut, akan sulit untukmu menemukannya di malam hari seperti ini, sebaiknya kau pulang saja, besok pagi baru kau lanjutkan pencarianmu."
Pad : "Tapi aku tidak bisa menunggu hingga esok."
Dham : "Apa kau sudah makan?"
Pad : "Aku sudah membeli beberapa cemilan tadi siang, lagi pula aku tidak begitu lapar."
Dham : "Pad, kau pikir dengan seperti ini Vee akan suka? Dengan keadaanmu yang sekarang, itu hanya akan membuatnya menjadi khawatir dan merasa bersalah, kau hanya akan membuatnya semakin terpuruk, kau juga bangun dari pagi dan belum beristirahat, itu tidak baik untukmu. Sebaiknya kau pulanglah dulu, istirahat dengan cukup, isi kembali tenagamu, kau bisa melanjutkannya besok pagi."
Pad : "Kau benar, aku seharusnya tidak memperburuk keadaan. Baiklah, aku akan pulang sekarang. Terima kasih, Dham."
Dham : "Tidak masalah."

Pad menutup teleponnya dengan sepihak. Ia memutar balik mobilnya dan melaju menuju rumahnya untuk beristirahat.

'Tunggulah Vee, aku akan menemukanmu dan setelah menemukanmu, aku tidak akan membiarkanmu dan baby kita lepas lagi. Aku minta maaf, Vee.'

Bersambung

-------------------------------------------------------------------

Episode 11

07:00 am

Pad sudah siap dengan pakaian santainya untuk segera melanjutkan mencari Vee. Ia mengambil kunci mobil, dompet yang berisi debit card dJan beberapa lembar baht, dan ponsel miliknya yang berada di atas nakas. Berjalan dengan sedikit terburu-buru menuju garasi dan segera pergi. Belum sampai di garasi ponsel miliknya berdering.

Dreeet... Dreeet... Dreeet...

Ia melihat nama pada nomor yang meneleponnya dan mendapatkan nama 'Fian'. Tanpa basa-basi ia langsung mengangkatnya.

CALL :

Pad : "Ada apa?"
Fian : "Temui kami di 'Blue Sky Cafe'."
Pad : "Tapi aku..."
Fian : "Now!"

Tut.

Pad : "Shia! Berani sekali dia menyuruh dan menutup teleponku."

Ting.

1 message unread (Fian)

Pastikan kau datang dan jangan terlambat. Ini mengenai Vee.

Pad memasuki mobil dan menancapkan gas meninggalkan rumah dengan kecepatan antara 80-100 km/jam. Hari masih terbilang pagi dan jalanan juga masih lenggang, jadi lebih mudah baginya untuk menyetir dengan kecepatan tinggi.

Kurang lebih 25 menit Pad menyetir, akhirnya ia sampai di tempat persetujuan mereka, tidak, tapi persetujuan Fian, Blue Sky Cafe.

7:30 am

'Blue Sky Cafe'

Pintu cafe terbuka, seorang waitress telah membukakan pintu untuknya. Aroma kopi khas cafe dan cake langsung menyebar ke luar ruangan. Pad melangkahkan kakinya memasuki cafe. Seseorang yang sedang duduk bersama yang lain dengan nomor meja 8 melambaikan tangan padanya. Pad segera berjalan menuju asal lambaian tangan itu. Sesampainya di depan mereka, Pad langsung menjatuhkan bokongnya pada kursi kayu dengan tambahan bantalan diatasnya yang masih kosong.

Pad : "Ada apa?"
Fian : "Pesanlah dulu."
Pad : "Aku tidak punya banyak waktu."
Fian : "Kami juga, maka dari itu cepatlah pesan agar kita dapat menyelesaikan percakapan ini dengan cepat."
Nae : "P'Mork, kami ingin memesan."
Mork : "Tunggu sebentar."

Met : "Hai P'Mork."
Fian : "Hai P'Mork."
Nae : "Hai P'Mork."
Mork : "Hai Met, Fian, Nae, sudah lama kalian tidak datang kesini, aku kehilangan pelanggan setiaku sekarang."
Fian, Met, Nae : "Hahaha."
Nae : "Belakangan ini kita sibuk dengan banyak tugas, para pengajar itu benar-benar tidak mengerti dengan kondisi kita."
Mork : "Hahaha maka cepatlah kalian lulus agar cafe ku ramai lagi."
Nae :"Hahaha tenang saja, setelah urusan kita dengan para pengajar itu selesai, aku akan pastikan kita semua datang kesini setiap hari hingga berjam-jam, bahkan setiap saat."
Mork : "Hahaha aku akan menagih janjimu."
Nae : "Catatlah di kalender tahunan cafe mu."
Mork : "Hahaha."
Met : "Dimana P'Sun dan Rain?"
Mork : "Sun ada disana sedang membicarakan bisnis dengan temannya dan Rain seperti biasa, menghampiri Honey-nya."
Nae : "Mereka sangat tahan lama, ya, Hahaha."
Mork : "Begitulah."
Nae : "Dan P', bagaimana hubunganmu dengan P'Sun?"
Mork : "Sama dengan sebelumnya, tidak ada perbuahan, hanya dia yang sedikit berubah."
Nae : "Berubah bagaimana?"
Mork : "Semakin hari pikirannya semakin kotor dan dirinya semakin mesum, hampir setiap malam kami melakukanNYA."
Nae : "Benarkah?"
Mork : "Hm."
Nae : "Itu suatu kemajuan yang bagus."
Mork : "Bagus kau bilang? Rasanya pantatku sudah robek sekali, barang dia sangat besar dan nafsunya sangat liar, aku hampir tidak sanggup melayaninya tiap malam."
Nae : "Apa kau memiliki pemikiran untuk meninggalkannya?"
Mork : "Itu tidak mungkin, aku harus meminta pertanggungjawaban atas perbuatannya padaku."
Nae : "Hahaha intinya kami berharap yang terbaik dari hubungan kalian."
Mork : "Terima kasih."
Nae : "Tentu."
Mork : "Oh ya, kalian ingin pesan apa?"
Nae : "Mmm... apa ya? Mmm... aku ingin pesan seperti biasa saja."
Mork : "Iced Red Velvet?"
Nae : "Yes hehehe. Kalian ingin apa?"
Fian : "Aku pesan Chocolate Frape."
Met : "Aku pesan Latte saja."
Mork : "By the way, kami baru saja mempunyai varian baru, hot green tea, apakah kalian ingin mencobanya?"
Nae : "Mungkin lain kali saja, P', aku sedang ingin Red Velvet, sudah lama aku tidak meminumnya."
Mork : "Baiklah."
Pad : "Aku akan memesan itu."
Mork : "Umm okay."
Mork : "Tunggu, sepertinya kita pernah bertemu?"
Pad : "Aku pernah kesini sebelumnya dengan temanku."
Mork : "Hmm pantas saja."
Mork : "Tunggu sebentar, ya."
Fian : "Khap, P'."
Nae : "Terima kasih, P'."
Mork : "Ya."

Mork pergi dengan membawa note pesanan mereka.

Pad : "Apa yang ingin kalian bicarakan tentang Vee?"
Fian : "Jadi, hari ini kami berencana untuk mencari Vee, kami akan berpencar mencari tempat-tempat yang biasa dia datangi."
Met : "Dan yang pasti, kami mencarinya karena ingin menjauhkan dia dari Pria Brengsek sepertimu."
Nae : "Apa maksudmu, Met? Mengapa kau tiba-tiba mengeluarkan emosimu? Tidak biasanya kau seperti ini."
Met : "Aku hanya tidak suka dengannya, sama seperti Vee yang sangat membencinya."
Pad : "Kau tidak tahu apa-apa, lebih baik kau diam saja."
Met : "Kau mengatakan aku tidak mengetahui apa-apa? Huh, kau tidak pernah mengenalku, aku sudah mengetahui semuanya?"
Pad : "Fian?"
Fian : "Ee... itu..."
Nae : "Mengetahui apa?"
Fian : "Mmm itu bukan apa-apa, hanya masalah pribadi mereka."
Nae : "Aku tidak bodoh Fian, aku tahu ada sesuatu yang kalian sembunyikan dariku. Apa itu?"
Fian : "Itu bukan..."
Met : "Vee hamil."
Nae : "APA?!"
Fian : "Bu-bukan begitu, me-maksud Met adalah dia... bukan maksudku ibunya... eh maksudku ibu Vee, ya ibu Vee."
Nae : "Ada apa dengan Bibi Noe?"
Fian : "Dia... itu... dia ingin mempunyai seorang cucu, ya itu, makanya dia menyuruh Vee untuk segera menghamili seseorang agar dia segera mempunyai seorang cucu."
Met : "Huft, dasar bod*h!"
Nae : "Apa yang kau bicarakan?"

Mork : "Pesanan tiba."
Fian : "Lebih baik kita minum dulu, tenggorokanku sedikit gatal."
Mork : "1 iced red velvet, 1 chocolate frape, 1 latte, dan 1 hot green tea."
Fian : "Terima kasih, P'Mork."
Mork : "Oh ya, aku memberi kalian bonus 4 potong black forest cake untuk masing-masing."
Nae : "Benarkah? Terima kasih banyak, P'Mork, kebetulan perutku sangat lapar karena belum breakfast. Kau memang sungguh pengertian P', tidak seperti para pria ini, hanya bisa menyuruh dan menyuruh, tidak pernah sekali saja untuk menanyakan kondisiku baik atau buruk. Huh."
Met : "Jangan mengharapkan hal yang tidak mungkin."
Nae : "Aku sudah lama tidak mengharapkan itu."
Mork : "Hahaha kalian berdua sangat lucu, selalu bertengkar, kalian akan cocok jika menjadi sepasang kekasih."
Met & Nae : "TIDAK! ITU.TIDAK.MUNGKIN!"
Nae : "Itu tidak akan pernah terjadi karena jika itu terjadi, aku yakin pasti aku akan terlantar."
Met : "Huh, aku juga tidak akan pernah ingin bersamamu, lagi pula aku sudah memiliki Sa... maksudku aku sudah memiliki Fian, benar kan?"
Fian : "Terserah kalian saja."
Mork : "Hahaha kalian benar-benar sangat lucu. Baiklah, aku harus melayani yang lain lagi. Sampai jumpa."
Nae : "Sampai jumpa, P'Mork."
Met : "Sampai jumpa, P'."
Fian : "Sampai jumpa, P'."

Fian : "Ayo kita lanjutkan."
Pad : "Hm."
Nae : "Tunggu tunggu."
Met : "Ada apa lagi?"
Nae : "Kalian belum menjawab pertanyaan dariku."
Fian : "Pertanyaan apa?"
Nae : "Sesuatu yang kalian sembunyikan dariku."
Met : "Lupakan itu."
Nae : "Tidak! Aku harus mendapat jawaban itu. Aku ikut serta dalam mencari Vee, jadi aku harus tau semuanya."
Met : "Vee yang akan memberitahumu."
Nae : "Tapi Vee tidak ada."
Met : "Maka tunggulah sampai dia ada."
Nae : "Tapi..."
Met : "Nae, jangan mempersulit lagi, kita tidak punya banyak waktu. Fian, cepat katakan padanya, aku tidak bisa melihat wajahnya terlalu lama, aku takut kepalan tanganku melayang pada wajahnya."
Pad : "Lakukan yang kau mau."
Met : "Dasar brengsek..."
Fian : "MET! Kita disini membutuhkan bantuannya untuk mencari keberadaan Vee, jangan mencari masalah dengannya atau usaha kita akan sia-sia."
Met : "Huh."
Fian : "Baik. Jadi bagaimana? Apa kau ingin membantu kami?"
Pad : "Aku akan membantu hanya untuk untuk Vee."
Fian : "Kuanggap kau setuju."
Fian : "Jadi, kita akan berpencar mencarinya. Aku akan ke..."
Pad : "Tidak perlu."
Fian : "Hah?"
Met : "Hm?"
Pad : "Aku sudah mencari ke semua tempat yang biasa dia kunjungi dan hanya satu tempat lagi yang belum aku datangi."
Fian : "Dimana?"
Pad : "Pattaya."
Fian, Met, Nae : "Pattaya?"
Pad : "Ya."
Fian : "Untuk apa dia kesana?"
Pad : "Aku belum tau dia ada disana atau tidak, tapi hanya tempat itu yang belum aku datangi."
Fian : "Baiklah kita kesana sekarang."
Pad : "Ayo."
Nae : "Hei, tunggulah sebentar, setidaknya biarkan aku habiskan cake ini dulu, aku sangat lapar, kalian jahat sekali."
Pad : "Sangat merepotkan."
Nae : "Kau diamlah."
Fian : "Cepat habiskan makananmu."
Nae : "Apa kalian tidak ingin memakan itu?"
Fian : "Aku tidak lapar."
Nae : "Aku akan menghabiskannya untuk kalian."
Met : "Jangan makan punyaku, aku akan menyimpannya untuk nanti."
Nae : "Aku sudah yakin."

Sekitar 10-15 menit mereka menunggu Nae makan menghabiskan cake nya sambil memainkan ponsel mereka masing-masing tanpa berbicara satu sama lain.

Pad : "Bisakah kau mempercepat makanmu?"
Fian : "Nae cepatlah."
Nae : "One more."
Met : "Huft."

Setelah Nae benar-benar telah menghabiskan 3 piring black forest cake, mereka bergegas keluar dari cafe dan bersiap mencari Vee. 1 mobil sport bermerek Porsce dan 1 mobil sedan bermerek BMW telah melaju meninggalkan pekarangan cafe membelah jalanan.

***

Nae : "Hei, apa kalian merasakan sesuatu yang aneh?"
Met : "Ada apa?"
Nae : "Aku tidak bertanya padamu, aku bertanya pada Fian."
Fian : "A-apa maksudmu?"
Nae : "Maksudku sepertinya ada sesuatu yang aneh terjadi."
Fian : "Aneh bagaimana?"
Nae : "Apa kalian melihat perubahan pada P'Pad?"
Fian : "Sebaiknya kau jelaskan langsung pada intinya saja."
Nae : "Apa kau tidak melihatnya, P'Pad terlihat sangat khawatir saat Vee hilang. Saat di cafe pun sama, aku memperhatikan gerak-geriknya, sangat jelas kalau dia sangat takut, khawatir, dan sedikit frustasi."
Met : "Sepertinya kau terlalu banyak membaca buku cerita konyolmu itu."
Nae : "Aku tidak konyol, aku melihatnya sendiri, aku juga melihat banyak keringat yang mengalir pada wajahnya, bahkan kaos yang ia pakai juga tercetak jelas keringatnya."
Fian : "Met benar, sepertinya kau terlalu banyak membaca buku khayalanmu itu dan juga kau terlalu banyak makan, makanya otakmu mulai tidak beres."
Nae : "Ayolah, aku sangat yakin itu. Aku juga melihat dia selalu memalingkan wajahnya setiap aku menatapnya. Dia juga beberapa kali mencoba untuk menghubungi seseorang di sebrang panggilan ponselnya."
Met : "Nae, bisakah hari ini saja kau jauhkan pikiranmu itu? Kita sedang mencari Vee, kita harus memikirkan dimana Vee berada, setidaknya doakan dia agar selalu selamat dimana pun dia berada."
Fian : "Met benar, Nae, kita bisa membahasnya nanti setelah Vee ada."
Nae : "Umm okay okay, I'm sorry."

***

09:05 am

Di dalam rumah mewah bertingkat tiga berwarna coklat keputihan, kolam renang besar di depan rumah dengan kaca besar transparan yang terpampang di setiap tingkatan rumah membuat rumah tersebut terlihat dengan jelas, sangat besar, mewah, elegan, artistik, dan juga terlihat sangat futuristik, membuat semua orang yakin bahwa pemilik rumah ini adalah konglomerat dengan kekayaan yang tidak akan habis dalam 7 turunan, 7 tanjakan, dan 7 tikungan.


Naap sudah siap dengan pakaian casual nya, sedangkan Vee masih sibuk dengan kegiatannya di kamar mandi.

Naap : "Vee, cepatlah, kita harus berangkat pagi ini?"
Vee : "Mengapa?"
Naap : "Aku harus ke supermarket dulu untuk membeli beberapa bahan makanan, stock bahan makanan dirumahku sudah hampir habis."
Vee : "Ya tunggu sebentar."

Vee mempercepat aktivitasnya di kamar mandi. Selesai ia membersihkan badannya, ia keluar dari kamar mandi dengan bathrobe berwarna putih yang memang selalu tersedia di setiap kamar mandi rumah Naap.

Naap : "Pakaianmu ada diatas ranjang, aku sudah memilih pakaian itu untukmu, aku rasa itu akan cocok denganmu."
Vee : "Benarkah itu? Aku akan mencobanya."

Vee mengambil pakaian diatas ranjang yang telah disiapkan Naap dan segera ke fitting room untuk menggunakannya. Selesainya memakai, ia keluar dari ruang fitting dan memperlihatkannya pada Naap.

Vee : "Bagaimana?"

Kaos putih berbalut cardigan rajut beige berkolaborasi dengan ripped jeans dan sneaker putih kebanggaannya.


Naap : "Perfect."
Naap : "Aku akan menunggu di mobil."
Vee : "Apa kita tidak akan breakfast?"
Naap : "Tidak usah, aku akan membeli cheese cake nanti."
Vee : "YEAY, baik aku segera turun."

Naap keluar dari kamar menuju mobil. Saat melewati ruang makan, ia bertemu dengan orangtuanya yang sedang breakfast.

Naap's Mom : "Naap."
Naap : "Hai Bu, Hai yah."
Naap's Mom : "Kemarilah, kita makan bersama, ajak temanmu bergabung dengan kita juga."
Naap : "Tidak apa, Bu, aku dan Vee akan segera pergi, kami akan membeli makanan untuk dimakan dimobil."
Naap's Dad : "Duduklah sebentar, Naap, ada yang ingin ayah bicarakan juga denganmu."
Naap : "Lain kali saja, kami akan terlambat."
Naap's Mom : "Baiklah, hati-hati, nak."
Naap : "Oh ya, stock makanan sudah hampir habis, kami akan membeli beberapa bahan makanan untuk kita stock, jadi kalian tidak perlu keluar membelinya lagi."
Naap's Mom : "Tidak apa sayang, kau bisa bersenang-senang dengan temanmu, Ibu bisa membelinya sendiri, Ibu juga sudah lama tidak keluar, Ayahmu akan mengantar Ibu."
Naap's Dad : "Umm."
Naap : "Bu, itu sama sekali tidak merepotkan, sebaiknya kalian dirumah saja, Ibu dan Ayah harus menjaga kesehatan, tidak boleh terlalu lelah."
Naap's Mom : "Itu tidak melelahkan, Ibu akan istirahat jika lelah."
Naap : "Bu, kali ini saja, dengarkan aku, aku ingin yang terbaik untuk kalian, termasuk menjamin kesehatan kalian."
Naap's Mom : "Baiklah kalau kau memang itu keinginanmu. Terima kasih, sayang."
Naap : "Sama-sama, Bu. Baiklah aku berangkat sekarang, sampai jumpa. Aku sayang kalian."
Naap's Dad : "Ya, hati-hati."
Naap's Mom : "Ibu juga menyayangimu."

Vee : "Naap tunggu aku."
Naap : "Cepat."
Vee : "Bibi, paman, aku berangkat sekarang, ya."
Naap's Dad : "Ya, berhati-hatilah."
Naap's Mom : "Seringlah berkunjung kemari, ajak Naap bersamamu, Naap sangat jarang sekali datang kesini, dia akan kesini jika Ibu dan Ayahnya sedang sakit saja."
Vee : "Jangan khawatir, bibi, aku akan sering-sering datang kesini dan membawa P'Naap bersamaku."
Naap : "Vee, cepatlah atau aku akan meninggalkanmu."
Vee : "Aku datang."
Vee : "Baiklah bibi, aku jalan sekarang."
Naap's Mom : "Hm, berhati-hatilah kalian."
Vee : "Ya, bibi, sampai jumpa."
Naap's Mom : "Sampai jumpa."

Vee sedikit berlari menghampiri Naap. Seperti biasa, ia menaiki mobil kebanggaan Naap.

Naap : "Pasang seat belt mu."
Vee : "Sudah."
Naap : "Kau yakin tidak ada barangmu yang tertinggal?"
Vee : "Tidak."
Naap : "Kita berangkat sekarang."
Vee : "Berangkat."

Mobil mulai meninggalkan pekarangan rumah mewah tersebut. Tujuan pertama mereka, La Baguette French Bakery.

***

Met : "Nae, kau coba menelepon Pad, tanyakan dimana dia sekarang."
Nae : "Hm."

Tuuut... Tuuut... Tuuut...

CALL :

Nae : Kau dimana, P'?
Pad : Aku sudah hampir sampai di Pattaya, kalian dimana?
Nae : Kami juga hampir sampai, kami terjebak macet, ada sedikit masalah di jalanan ini dan sepertinya akan terlambat sampai, P' bisa mencarinya lebih dulu, kami akan mengabari jika sudah sampai.
Pad : Hm baiklah.
Nae : Aku tutup seka...

Tut.

Nae : "Dia menutup teleponku sebelum aku menyelesaikan omonganku? Benar-benar menyebalkan, aku mengerti sekarang mengapa Vee sangat membencinya."
Fian : "Uhuk uhuk."
Nae : "Ada apa denganmu?"
Fian : "Tidak ada, tenggorokanku terasa kering, jadi sedikit gatal."
Nae : "Aku juga merasakan itu. Bagaimana jika kita mampir ke toko kue untuk..."
Fian & Met : "Tidak lagi!"
Nae : "Aku belum selesai bicara."
Fian : "Nae, kau sudah memakan 3 potong cake dan 1 Iced red velvet, kau bisa gemuk dan tidak akan ada pria yang mau mendekatimu lagi."
Nae : "Memang tidak ada pria yang mendekatiku."
Fian : "P'Rain kau anggap apa?"
Nae : "Itu sudah lama sekali."
Met : "Tetap saja, mantan tetaplah mantan."
Nae : "Ayolah."
Fian : "Tidak, Nae."
Nae : "Please."
Met : "Nae."
Nae : "Ini untuk terakhir kali, setelah ini aku tidak akan memakan cake selama 1 minggu."
Fian : "1 bulan."
Nae : "1 minggu."
Fian : "1 bulan."
Nae : "2 minggu."
Fian : "1 bulan."
Nae : "2 minggu 3 hari."
Fian : "1 bulan, Nae."
Nae : "3 minggu. Fix."
Fian : "1 bulan. FIX. Tidak kurang dan tidak lebih."
Nae : "Okay fine, 1 bulan, 1 bulan aku tidak makan cake."
Fian : "Ayo."
Met : "Huft. Lagi dan lagi."
Fian : "Dimana tokonya?"
Nae : "Pattaya, aku pernah kesana sekali dan itu salah satu cake paling enak yang pernah aku makan dan sekarang aku akan makan untuk kedua kalinya."
Fian : "Apa nama tokonya?"
Nae : "La Baguette French Bakery."
Nae : "Kalian harus mencobanya, semua cake disana benar-benar sangat enak, aku jamin kalian pasti tidak akan bisa melupakan rasa itu."

Mereka pergi menuju toko cake yang Nae sebutkan. Karena letak mereka dengan tujuan mereka yang tidak terlalu jauh, jadi hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai di toko cake tersebut.

Dreeet... Dreeet... Dreeet...

Met : "P'Pad menelepon."
Fian : "Biar Nae yang mengangkatnya."
Nae : "Mengapa harus aku?"
Fian : "Kau yang ingin membeli cake, jadi kau yang bicara dengannya."
Nae : "Ck. Baiklah baiklah."

CALL :

Pad : Kalian dimana? Mengapa lama sekali?"
Nae : "Eee... ini... kita... kita hampir sampai, tadi kita terkena macet."
Pad : "Cepatlah, aku sudah hampir setengah pencarian."
Nae : "Kami segera tiba."

Tut.

Fian : "Beres?"
Nae : "Dalam kamus besar Nae, Tidak ada pekerjaan yang tidak beres."
Fian : "Good girl."
Met : "Kita lanjutkan?"
Nae : "Tentu saja."

Mereka melanjutkan menuju tujuan lain, La Baguette French Bakery.

***

Sementara itu, Naap dan Vee telah sampai di tujuan pertama mereka toko cake, mereka akan membeli beberapa slice cake untuk breakfast di dalam mobil.

Waitress : "Ada yang bisa saya bantu?"
Naap : "Kau ingin memesan apa, Vee?"
Vee : "Kau ingin apa?"
Naap : "Aku akan memakan apa saja yang kau beli."
Vee : "Baiklah kalau begitu."
Vee : "Aku ingin 1 signature cake with gold, 1 hazelnut and chocolate crepes, 1 macadamia cake, dan 1 brownies chocolate dengan minumnya 1 aromatic lemon lime ukuran large."


Waitress : "Baik, tunggu sebentar."
Naap : "Kau yakin dengan pesananmu itu?"
Vee : "Tentu saja, aku sangat ingin makan chocolate cake."
Naap : "Apa ini salah satu dari masa ngidam-mu?"
Vee : "Entahlah, mungkin saja. Lagi pula ini aku membelikannya untukmu juga."
Naap : "Kau bisa memakannya jika kurang."
Vee : "Tidak, aku sengaja membeli lebih untukmu."
Naap : "Umm."

5 menit kemudian

Waitress : "Ini dia pesanan anda, tuan."
Naap : "Berapa total semuanya?"
Waitress : "Totalnya sebesar 655 baht."
Naap : "Apa disini menerima cashless?"
Waitress : "Untuk saat ini kami tidak menerima cashless, tuan."
Naap : "Baiklah, ini dia uangnya."
Waitress : "Terima kasih, silahkan datang kembali."

Vee : "Terima kasih, P'Naap, aku jadi merepotkanmu."
Naap : "Tidak masalah."
Naap : "Kau ingin makan disini atau di dalam mobil?"
Vee : "Sebenarnya aku ingin makan disini karena itu akan membuatku merasa sangat nyaman, tapi Lebih baik di dalam mobil saja, kita juga harus membeli beberapa stock makanan, kan?"
Naap : "Tidak apa, itu bisa kita lakukan nanti."
Vee : "Tempat tidak menjadi masalah buatku untuk makan."
Naap : "Baiklah ayo."

Mereka berjalan menuju pintu keluar.

1 langkah

2 langkah

3 langkah

4 langkah

5 langkah

Tepat di depan pintu keluar-masuk. Naap membukakan pintu untuk mereka. Saat berjalan berjalan melewati  pintu coklat kemerahan tersebut, mereka berpapasan dengan seseorang, lebih tepatnya beberapa orang yang mereka kenal, sangat kenal, orang yang sudah lama tidak Vee temui selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Ya, mereka Nae, Met, dan orang yang yang paling dekat dari yang lainnya, Fian.

Nae : "Vee."
Fian : "Vee."
Met : "Vee."
Vee : "Kalian, apa yang sedang kalian lakukan disini?"
Nae : "Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, apa yang kau lakukan disini dan dengan sia...Oh Hai P' Naap."
Fian : "Hai, P'Naap."
Met : "Hai, P'Naap."
Naap : "Hai juga kalian."
Vee : "A-aku sedang..."
Naap : "Kami sedang membeli beberapa slice cake untuk breakfast karena saat berangkat kita belum sempat breakfast."
Nae : "M-maksudmu berangkat?"
Naap : "Ya, berangkat, semalam Vee menginap di tempatku. Sebenarnya kemarin aku sudah memesan kamar untuknya, tapi karena ada problem jadi aku memutuskan untuk mengajaknya menginap di tempatku, lebih tepatnya tempat orangtuaku."
Fian : "Vee, kau..."
Vee : "Tidak, jangan salah paham, aku hanya menumpang tidur saja, tidak lebih."
Naap : "Hahaha ya itu benar, kami tidak melakukan hal lainnya, tenang saja."
Met : "Baguslah."
Vee : "Dan kalian sedang apa disini?"
Nae : "Kami mencarimu, P'Pad juga ikut, tapi dia sedang mencarimu."
Nae : "Vee, kau tidak seharusnya seperti ini, kau membuat kami khawatir."
Vee : "Aku baik-baik saja."
Nae : "Fian sudah menceritakan semuanya dan saat itu aku benar-benar mengkhawatirkanmu."
Vee : "Semua?"
Nae : "Ya, semuanya."
Vee : "Fian?"
Fian : "Tidak semua, aku sudah memangkas beberapa cerita. Kau yang harus langsung menceritakannya pada kami."
Nae : "Apa maksudmu tidak semua?"
Fian : "Mintalah jawabannya dari dia."
Nae : "Aku sudah yakin kalian pasti menyembunyikan sesuatu dariku. Huh. Cepat ceritakan padaku."
Vee : "Masuklah dulu, kita bicara di dalam saja, tidak enak berbicara sambil berdiri, tidak apa, kan, P'Naap?"
Naap : "Tidak masalah."
Nae : "Tunggu, apa P'Naap juga sudah mengetahui semuanya?"
Naap : "Tentu saja."
Nae : "Kalian benar-benar jahat sekali, kalian memberitahu pada P'Naap, tapi aku, sahabat kalian sendiri, kalian menyembunyikannya dariku. Huh."
Fian : "Lebih baik kau diam dan masuk dulu, biarkan dia yang menjelaskan semuanya."
Nae : "Aku minta pertanggungjawaban, kau harus membelikan aku apapun yang ada disana."
Vee : "Hehehe ya baiklah, lagi pula tadi P'Naap yang membayarnya. Ayo."

Dreeet... Dreeet... Dreeet...

Fian : "Kalian masuklah dulu, aku akan mengangkat telepon."
Nae : "Ya."

Vee kembali masuk ke toko cake tersebut dengan teman-temannya, kecuali Fian. Dia mengangkat panggilan pada ponselnya yang tqdi berdering.

CALL :

Pad : Kalian dimana? Aku yakin kalian sedang di suatu tempat.
Fian : Ya, kami di toko cake.
Pad : Sudah kuduga, aku sudah aku katakan untuk cepat datang kesini, aku sudah lebih dari setengah pencarian.
Fian : Dia disini.
Pad : Siapa?
Fian : Orang yang kau cari.
Pad : Benarkah? Sedang apa dia disana?
Fian : Tidak perlu banyak bertanya, datang saja, aku di La Baguette French Bakery.
Pad : Aku berangkat sekarang.
Fian : "Y..."

Tut.

Fian : "Seperti biasa."

Selesai mengangkat telepon dari Pad, ia masuk ke dalam bergabung dengan yang lain.

Waitress : "Good Afternoon, ada yang bisa saya bantu?"
Nae : "Aku ingin memesan 1 rainbow crepe cake, 1 almond dessert, 1 almond croissant, dan 1 pancake with vanilla ice cream. Oh ya, minumnya..."
Met : "Nae, kau terlalu berlebihan, kau sudah makan 3 slice cake tadi pagi, dan sekarang kau ingin memesan 4 cake lagi? Aku yakin 100% kau akan gemuk dalam beberapa hari."
Vee : "Tidak apa, Met, hanya kali ini saja, besok aku akan mengontrol makannya dan menyuruhnya untuk kembali gym bersamaku."
Nae : "Kau memang yang terbaik, Vee. Aku pesan 1 nuts cappuccino ukuran large."
Waitress : "Anything else?"
Nae : "Tunggu."
Nae : "Terima kasih, Vee, aku sayang padamu."
Vee : "Hm. Met, kau ingin memesan apa?"
Met : "Aku ingin berry sensation saja."
Vee : "Cake?"
Met : "Tidak usah, aku masih menyimpan cake tadu pagi."
Vee :"Baiklah, Fian, kau ingin apa?"
Fian : "Aku mau 1 royal chocolate mousse dan 1 honey coffee."
Vee : "P'Naap, kau ingin memesan apa?"
Naap : "Aku mau Americano."
Vee : "Okay."
Vee : "Tambahannya 1 berry sensation, 1 royal chocolate mousse, 1 honey coffe, dan 1 americano."
Waitress : "Baik, tunggu sebentar."
Vee : "Ya, aku ingin meminta bill nya juga."
Waitress : "Baik, tuan."

Vee : "Ayo duduk dulu."

Mereka mencari tempat yang paling strategis untuk berbincang masalah ini dan tempat yang terpilih adalah meja pojok dengan 1 sofa leter L dan 2 kursi dengan bantalan dibawahnya.

Nae : "Cepat ceritakan semua, ingat, SE.MU.A.NYA, tidak boleh ada yg ditutupi lagi."
Fian : "Nae, bisakah kau diam dulu? Biarkan dia santai dulu, dia harus menenangkan dirinya karena ini tidak mudah untuknya."
Nae : "Aku sedang berbicara dengannya, bukan denganmu."
Fian : "Tapi..."
Vee : "Sudahlah Fian, Nae benar, tidak seharusnya aku menyembunyikan semua ini dari kalian, kalian sahabatku, kalian orang terdekatku, bahkan lebih dekat daripada orangtuaku."
Nae : "Sebenarnya ada apa, Vee?"
Vee : "Sebenarnya... saat ini aku sedang..."
Pad : "Dekat denganku."

Tiba-tiba saya Pad muncul entah dari mana dan langsung memotong pembicaraan Vee.

Vee : "Pad?"
Nae : "Hah?"
Fian : "Kau sudah sampai? Kemarilah, P'."

Pad menghampiri mereka dan duduk tepat di sebelah Vee. Kini Vee diapit oleh 2 pria tampan dan keren.

Vee : "Pad, apa yang kau lakukan disini?"
Nae : "Hei, apa maksudmu 'Pad'? Apa sekarang kau sudah melupakan statusnya sebagai senior kita, huh?"
Vee : "Aku memang tidak pernah menganggapnya sebagai seniorku."
Pad : "Tapi lebih dari itu."
Vee : "Diamlah kau."
Nae : "Sudah kuduga, kalian ada sesuatu yang lebih dari teman, katakan padaku, sejak kapan kalian menjadi sahabat?"
Pad : "Apa yang kau katakan? Sahabat? Tidak mungkin aku dan Vee hanya sekedar sahabat."
Vee : "Pad."
Nae : "Tunggu tunggu, aku masih tidak mengerti apa yang kalian katakan, tolong jelaskan intinya saja, okay?"
Vee : "Biar aku saja yang menjelaskan semuanya pada mereka."
Pad : "Aku akan mengalah kali ini."
Vee : "Huft. Ya, aku dan Pad berpacaran dan besok atau lusa aku akan menemui orangtuaku untuk meminta restu dari mereka agar menyetujui pernikahanku dengan Pad."
Nae : "Kau dan P'Pad akan menjadi sepasang kekasih? Tapi bagaimana mungkin? Pertama, kau dan P'Pad tidak pernah akur, kedua, kau dan P'Pad masih di fase remaja baru menuju dewasa, bagaimana bisa kalian ingin menikah?"
Pad : "Hei, di negara barat usia 18 tahun sudah dianggap bebas, bebas bergaul, bebas berpacaran, bebas mabuk, dan bebas lainnya."
Nae : "Kau pikir ini negara barat, huh?"
Met : "Kau jangan lupa kalau orangtuanya memang berasal dari sana."
Nae : "Ya ya aku tau."
Nae : "Tapi mengapa harus menikah? Kalian bisa berpacaran dulu."
Vee : "Tidak bisa."
Nae : "Mengapa?"
Vee : "Karena... mmm... itu... aku... eee... mmm... huft. Aku sedang mengandung."
Nae : "APA?!"
Nae : "Hahaha jangan bergurau, mana mungkin kau mengandung."
Vee : "Awalnya aku memang tidak bisa memercayai itu, tapi dokter yang menanganiku sendirilah yang mengatakannya, tidak, tidak mengatakan, melainkan memberikan hasil otopsiku."
Nae : "Tapi... Tapi, bagaimana bisa? Kau saja tidak pernah dekat dengan siapapun."
Fian : "Nae, kumohon, jangan terlalu bod*h, bukalah matamu itu."
Nae : "Aku sudah membuka mataku."
Fian : "Argh."
Met : "Kita harus bersabar menghadapi wanita seperti ini."
Fian : "Huft."
Nae : "Up to you."
Nae : "Memang siapa yang sudah menghamilimu, siapa dia? Biar aku memberinya pelajaran, berani sekali dia menghamilimu tanpa bertanggungjawab."
Vee : "Kau sudah melihatnya dari tadi."
Nae : "P'NAAP?"
Naap : "Hahaha tidak mungkin, aku hanya tidur dengannya semalam, tidak mungkin aku aku yang menghamilinya."
Pad : "Kau tidur dengannya?"
Naap : "Santai saja, aku tidak melakukan apapun dengannya, kami hanya sekedar tidur."
Pad : "KA..."

Waitress : "Permisi, saya ingin mengantar pesanan anda."
Vee : "Oh ya."
Waitress : "1 rainbow crepe cake, 1 almond dessert, 1 almond croissant, 1 pancake with vanilla ice cream, 1 royal chocolate mousse, 1 nuts cappuccino, 1 berry sensation, 1 honey coffee, dan 1 americano."
Vee : "Terima kasih."
Waitress : "Ini bill nya, totalnya sebesar 1.150 baht."
Vee : "Baik, tunggu sebentar."
Pad : "Ini uangnya, ambil saja kembaliannya."
Waitress : "Terima kasih, tuan."
Pad : "Ya, sama-sama."
Vee : "Pad, aku bisa membayarnya."
Pad : "Kita akan hidup bersama, pengeluaranmu sama dengan pengeluaranku."
Vee : "Tapi aku masih ada uang untuk membayarnya."
Pad : "Kau bisa membayarku nanti di rumah."
Vee : "Pad."
Fian : "Hei, kalian benar-benar tidak bisa melihat situasi."
Pad : "Ayo kita pulang."
Nae : "P', kita baru saja ingin makan, dan kau menyuruh kita untuk pulang?"
Pad : "Sebenarnya bukan kalian, hanya Vee saja."
Nae : "Shia! Jahat sekali, biarkan kita habiskan makanan ini dulu."
Pad : "Kalian makan saja, aku akan membawa Vee pulang. Sampai jumpa, terima kasih karena sudah membantuku mencari Vee."
Vee : "Pad, aku masih ingin bertemu dengan teman-temanku."
Pad : "Kau bisa bertemu dengan mereka lagi nanti. Ayo."

Pad mendekatkan kepalanya tepat di samping telinga Vee untuk berbisik.

Pad : "Aku sudah tidak sabar hihihi."
Vee : "Pad."
Pad : "Aku bercanda, aku hanya kangen denganmu."
Vee : "Hm."

Vee : "Baiklah teman-teman, aku pulang dulu ya, terima kasih sudah mencariku, jangan lupa nanti malam kita berkumpul di 'Saxophone Bar'."
Met : "Tenang saja."
Vee : "P'Naap, terima kasih karena sudah memberi tumpangan untuk bermalam di rumahmu, sampaikan salamku dengan orangtuamu juga."
Naap : "Tidak masalah."
Pad : "Naap, aku duluan."
Naap : "Ya, hati-hati dijalan."
Pad : "Ya."

Pad dan Vee pergi meninggalkan yang lain. Mereka memasuki mobil favorit Pad yang terparkir tepat di depan toko.

Pad : "Bagaimana rencana bertemu dengan orangtuamu?"
Vee : "Akuuu...."
















Bersambung

Komentar